Pahala Hilang Karena Maksiat Saat Sendiri, Apakah Bisa Kembali?

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki adab dan akhlak yang luhur berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang pahala hilang karena maksiat saat sendiri, apakah bisa kembali?
Silahkan membaca.


Pertanyaan :

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga Allah Azza wa Jalla selalu menjaga Ustadz & keluarga.

UStadz, mau tanya.. ada hadist yang menyatakan bahwa jika  kita melakukan maksiat di kala sepi… maka terhapus semua pahala.. nah yang saya tanyakan adalah.. apakah pahala itu Allah kembalikan jika hambanya bertobat dan berdoa di sepertiga malam (tahajud)?
Karena sebagai hamba.. bisa kalah dengan syahwatnya di kala sepi..
Mohon jawabanya.. karena ini sangat membingungkan saya.. jazakumullah khoir..

(Disampaikan oleh Fulan, Member grup WA BiAS)


Jawaban :

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillāh
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du

Jika hadits yang anda maksud adalah hadits yang berasal dari riwayat sahabat Tsauban radhiallahu ‘anhu di mana Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam pernah bersabda,

لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا قَالَ ثَوْبَانُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لَا نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ قَالَ أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا

“Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih. Kemudian Allah menjadikannya debu yang berterbangan.”

Tsauban bertanya, “Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka dan jelaskanlah perihal mereka agar kami tidak menjadi seperti mereka tanpa disadari.”

Beliau bersabda: “Sesungguhnya mereka adalah saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka shalat malam sebagaimana kalian, tetapi mereka adalah kaum yang jika bersendirian mereka menerjang hal yang diharamkan Allah.”
(HR. Ibnu Majah, no. 4245. Dan Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Maka maksud hadits di atas tidak terlepas dari 3 penjelasan para ahli ilmu;

1. Yang dimaksud mereka menerjang larangan Allah Ta’ala dikala sepi yaitu orang-orang yang memiliki sifat kemunafikan, inilah yang menunjukkan keadaan orang-orang munafik, walaupun kemunafikan yang ia perbuat adalah kemunafikan dari sisi amal, bukan i’tiqad (keyakinan), hanya saja mereka menyembunyikan keburukan mereka dari hadapan manusia agar tidak diingkari. Mereka pun pada akhirnya mengakui hal tersebut kelak pada hari kiamat, karena Allah Yang Maha Kuasa mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang ada di dalam hati mereka.

2. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam “إذَا خَلوا بِمَحَارِمِ الله” tidak hanya berarti bahwa pelaku dalam hadits Tsauban melakukan apa yang dilarang Allah tatkala bersendirian di rumah!

Namun dapat diartikan bahwa mereka terkadang melakukan hal tersebut bersama dengan kawan-kawan dan orang yang semisal dengannya. Dengan demikian, dalam hadits ini terkandung penjelasan perihal mereka bersama-sama bersembunyi dari pandangan manusia, bersepakat secara rahasia, saling memaklumi keadaan untuk melakukan apa yang dilarang Allah Ta’ala, bukan berarti bahwa setiap dari mereka menyendiri di rumah masing-masing menerjang larangan Allah.

3. Mereka yang disebutkan dalam hadits ini disifati dengan kalimat “ينتهكون محارم الله” (menerjang larangan Allah). Sifat ini menunjukkan akan penghalalan mereka terhadap larangan Allah Ta’ala tersebut atau menunjukkan bahwa mereka sangat melampaui batas dalam melakukannya dalam kondisi tersebut. Melampaui batas karena mereka merasa aman dari makar dan siksa Allah Yang Maha Kuasa, serta absennya perhatian mereka bahwa sebenarnya Allah Yang Maha Tahu pasti mengetahui perbuatan mereka. Oleh karena itu, mereka berhak memperoleh hukuman berupa gugurnya amalan shalih yang telah dikerjakan oleh mereka.

Poin Penting!!!

Poinnya adalah terdapat perbedaan antara kemaksiatan yang mendatangkan penyesalan dengan kemaksiatan yang tidak mendatangkan penyesalan bagi pelakunya.

Ada orang yang melakukan maksiat sembunyi-sembunyi namun penuh penyesalan. Orang tersebut bukanlah orang yang merobek tabir untuk menerjang yang haram. Karena asalnya orang semacam itu mengagungkan syari’at Allah Ta’ala. Namun ia terkalahkan dengan syahwatnya.
Adapun yang bermaksiat lainnya, ia melakukan maksiat dalam keadaan berani, congkak, sombong tanpa tunduk dan rendah diri kepada peraturan Allah Yang Maha Tinggi, Itulah yang membuat amalannya terhapus.
(lihat penjelasannya dalam Syarh Zaad Al-Mustaqni’, no. pelajaran 332, oleh Syaikh Muhammad Al-Mukhtar Asy-Syinqithi)

Maka jika anda terus menerus istighfar dan bertaubat, setiap berbuat salah selalu berusaha kembali kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Pengampun di tengah malam dengan shalat tahajud mengharap kasih sayang dan ampunan Nya Yang Maha Luas, maka Allah Yang Maha Mulia akan mendatangkan pahala yang berlimpah, menghapus dosa, pahala amalan yang telah dilakukan dengan ikhlas akan kembali, karena Dia lah Yang Maha Pengasih Dan Penyayang bagi para hamba Nya.

Semoga Allah Ta’ala menganugerahkan taufiqNya, agar kita dapat menjauhi dosa dan maksiat di kala sepi dan kala terang-terangan. Aamiin Ya Rabbana.

Wallahu Ta’ala A’lam.

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله
Kamis, 04 Rabiul Akhir 1442 H / 19 November 2020 M

BIMBINGAN ISLAM