nama dan sifat Allah

Pengaruh Nama dan Sifat Allah bagi Insan Beriman (Bag. 1)

Mengilmui sifat-sifat Allah ‘Azza wa Jalla dan mengimaninya sesuai dengan keagungan sifat tersebut bagi Allah, kemudian diikuti dengan mentadaburi maknanya, akan membuahkan pengaruh yang luar biasa dan manfaat yang besar bagi insan beriman. Hal ini akan menyebabkan seorang hamba akan merasakan manisnya iman, di mana kebanyakan orang yang menolak nama dan sifat Allah, seperti kelompok mu’atthilah dan musyabbihah, tidak akan bisa merasakannya.

Di antara buah iman kepada sifat-sifat Allah adalah seorang hamba akan mengetahui bahwa Allah Ta’ala mencintai nama-nama dan sifat-sifat-Nya sekaligus juga mencintai dampak dan pengaruh dari sifat-sifat tersebut bagi hamba. Allah Maha Indah dan mencintai keindahan, Dia Maha Pengampun dan menyukai pengampunan dosa bagi hamba, Dia Maha Kuat dan mencintai mukmin yang kuat, Dia Maha Mengetahui dan mencintai ahli ilmu di antara para hamba-Nya, Dia Maha Adil dan mencintai keadilan, dan seterusnya.

Berikut ini beberapa pengaruh dari keimanan yang benar terhadap sifat-sifat Allah bagi seorang hamba.

Pengaruh mengimani nama Allah As Samii’Al Bashiir, dan Al ‘Aliim

Seorang hamba wajib meyakini bahwa Allah adalah Zat yang Maha Mendengar (As-Samii’), Maha Melihat (Al-Bashiir), dan Maha Mengetahui (Al-‘Aliim). Tidak tersembunyi satupun -mesikpun seberat dzarrah– segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Dia-lah Allah yang mengetahui yang samar dan tersembunyi, mengetahui mata yang khianat dan apa yang tersembunyi dalam hati, dan ilmu Allah meliputi segala sesuatu.

Barangsiapa mengilmui bahwa Allah mengetahui dan melihat seluruh aktiftas dirinya, maka semestinya akan membuat hamba senantiasa menjaga lisan, anggota badan, dan gerak-gerik hati dari segala sesuatu yang tidak diridai oleh Allah dan akan senantiasa menggunakan seluruh aktivitas jasadnya untuk melakukan perbuatan yang dicintai dan diridai-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى

Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?” (QS. Al-‘Alaq: 14)

وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”  (QS. Al-Hujurat: 1)

اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Perbuatlah apa yang kamu kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”  (QS. Fushilat: 40)

وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ يَعْلَمُ مَا فِي أَنفُسِكُمْ فَاحْذَرُوهُ

Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu. Maka takutlah kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 235)

Tidak diragukan lagi bahwasanya pengilmuan tentang ini akan membuahkan dalam diri hamba rasa khusyu’ dan merasa diawasi oleh-Nya, sehingga akhirnya akan menjadikan ketaatan kepada Allah merupakan tujuan hidupnya.

Imam Ibnu Rajab Rahimahullah mengisahkan bahwa ada seorang lelaki yang merayu seorang wanita di padang yang luas pada suatu malam. Kemudian wanita tersebut menolak ajakannya. Lelaki tersebut berkata kepada sang wanita, “Tidak ada yang melihat kita kecuali hanya bintang-bintang.”

Wanita tersebut pun menjawab, “Lalu di manakah Zat yang menjadikan bintang-bintang tersebut bercahaya?” Maksudnya, “Di manakah Allah? Bukankah Dia melihat kita?” Maka dengan sebab pengilmuannya tersebut dia terhindar dari perbuatan dosa dan terjatuh dalam perbuatan kejelekan. (Syarhu Kalimatil Ikhlas)

Pengaruh mengimani nama Allah Ghaniyyun Kariim

Seorang hamba wajib mengilmui dan mengimani bahwa Allah adalah Ghaniyyun (Maha Kaya dan tidak butuh kepada makhluk-Nya), Kariim (Maha Pemurah), dan Rahiim (Maha Penyayang). Dia-lah yang kebaikannya sangat banyak. Dia Zat yang tidak butuh sama sekali terhadap hamba-Nya, namun Dia tetap berbuat baik dan kasih sayang terhadap mereka, menginginkan kebaikan untuk mereka, dan melindungi mereka dari mara bahaya. Allah melakukannya bukan karena ingin mendapatkan manfaat dari hamba-Nya atau terhindar dari kemudaratan hamba-Nya. Namun itu semua adalah bentuk kebaikan dan kasih sayang dari Allah untuk mereka. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki riziki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat: 56-58)

وَقُلِ الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَداً وَلَم يَكُن لَّهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُن لَّهُ وَلِيٌّ مِّنَ الذُّلَّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيراً

Dan katakanlah, ‘Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.’” (QS. Al-Isra’: 111)

Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda,

يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّى فَتَضُرُّونِى وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِى فَتَنْفَعُونِى

Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan dapat membinasakan-Ku dan kalian tidak akan dapat memberikan manfaat kepada-Ku.” (HR. Muslim)

Jika hamba mengilmui hal ini, maka akan membuahkan kuatnya rasa harap kepada Allah dan merasa butuh kepada Allah, dan menampakkan kefakirannya kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاء إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

Hai manusia, kamulah yang butuh kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir: 15)

Rasa harap akan membuahkan berbagai bentuk ibadah lahir dan batin sesuai ilmu yang dimiliki hamba tersebut.

Pengaruh mengimani Allah memiliki sifat adil, marah, dan memberi hukuman

Jika hamba mengilmui tentang sifat keadilan Allah (al-‘adl), sifat memberi hukuman (al-intiqam), dan sifat marah (al-ghadab), maka ini akan membuahkan sifat khasyah, takut, waspada, serta jauh dari perbuatan yang dimurkai-Nya. Allah Ta’ala berfriman,

وَاتَّقُواْ اللّهَ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 196)

وَاتَّقُواْ اللّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 203)

فَإِن زَلَلْتُمْ مِّن بَعْدِ مَا جَاءتْكُمُ الْبَيِّنَاتُ فَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah: 209)

Jika mengimani sifat Allah al-Ghadab (marah), maka seorang hamba akan berupaya beramal dengan perbuatan yang tidak membuat Allah marah dan murka.

Pengaruh mengimani Allah Maha Agung dan Maha Tinggi

Jika seorang hamba mengilmui tentang keagungan dan kebesaran Allah Ta’ala serta Maha Tinggi Allah dia atas seluruh makhluk-Nya -baik tinggi dalam Zat-Nya maupun tinggi kedudukan dan kekuasaan-Nya-, maka ini akan membuahkan rasa ketundukan dan kecintaan serta menumbuhkan berbagai bentuk jenis ibadah kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq. Dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil. Dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Hajj: 62)

وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Baqarah: 255)

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعاً قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat, dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Az-Zumar: 67)

[Bersambung]

Penulis: Adika Mianoki

Artikel: Muslim.or.id