Penuh Harap kepada Allah

Oleh: Moch Hisyam

Allah SWT itu Mahaluas karunia-Nya. Sekecil apa pun kebaikan yang kita lakukan, Allah SWT akan membalasnya dengan yang lebih baik dan lebih banyak dari apa yang kita lakukan, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Sebesar dan sebanyak apa pun dosa kita kepada Allah SWT, jika kita bertobat kepada-Nya, Allah SWT akan mengampuninya. Karenanya, salah satu hal yang harus kita tumbuhkan dalam diri kita ketika berinteraksi dengan Allah SWT adalah sifat raja, yakni mengharap akan karunia dan rahmat-Nya.

Dalam kitab Madariju al-Salikina Manazilu Iyyaka nabudu waiyyaka nastain, Ibnu Qayyim al-Zaujiyah mengatakan, raja(mengharap) merupakan ayunan langkah yang membawa hati ke tempat sang kekasih, yakni Allah SWT dan negeri akhirat.

Ada yang berpendapat raja artinya kepercayaan tentang kemurahan Allah SWT. Raja (mengharap) berbeda dengan berangan-angan. Berangan-angan adalah harapan yang disertai dengan kemalasan, pelakunya tidak pernah bersungguh-sungguh dan berusaha.

Sementara, raja itu disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh dan tawakal. Oleh karena itu, para ulama sepakat bahwa raja tidak dianggap sah kecuali disertai dengan usaha.

Raja atau mengharap terbagi tiga macam. Dua macam merupakan perbuatan terpuji dan satu lagi merupakan perbuatan tercela. Pertama, harapan seseorang agar bisa taat kepada Allah SWT berdasarkan cahaya dari-Nya, lalu dia mengharap pahala-Nya.

Kedua, seseorang yang berbuat dosa, lalu bertobat dan mengharap ampunan-Nya, kemurahan dan kasih sayang-Nya. Ketiga, orang yang melakukan kesalahan dan mengharap rahmat Allah SWT tanpa disertai usaha. Ini sesuatu yang menipu dan harapan yang dusta.

Mengharap (raja) terletak di saat dan setelah seseorang melakukan ikhtiar atau usaha. Hal ini dapat dipahami dari firman Allah SWT yang termaktub dalam Alquran surah al-Baqarah [2] ayat 218, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Orang yang senantiasa berharap akan keluasan karunia Allah SWT (raja) adalah orang yang selalu membukakan pintu harapan baginya. Cirinya, hatinya selalu mengharapkan kesempurnaan nikmat Allah dan kesempurnaan ampunan-Nya.

Ahmad bin Asim pernah ditanya, “Apakah tanda raja pada diri seorang hamba?” Dia menjawab, “Jika dia dikelilingi kebaikan, ia mendapat ilham untuk bersyukur, sambil mengharap kesempurnaan nikmat dari Allah SWT di dunia dan di akhirat, serta mengharap kesempurnaan ampunan-Nya di akhirat.

Keadaannya yang seperti demikian itu menjadikan orang yang raja senantiasa berbaik sangka kepada Allah SWT, bersabar, dan berlapang dada serta tidak mudah putus asa dan frustrasi karena ia meyakini akan keluasan rahmat dan ampunan Allah SWT.”

Cara untuk menumbuhkan raja (mengharap) dalam diri kita adalah dengan mengetahui dan meyakini akan keluasan dan kesempurnaan karunia dan rahmat Allah SWT dan berupaya meraihnya dengan amal-amal yang kita lakukan. Dengan hal inilah sifat raja akan tumbuh dalam diri kita. Insya Allah. Wallahu alam.

 

sumber: Republika Online