Perjuangan Menggapai Taman Surga di Raudhah dengan Kursi Roda

MADINAH – Bunyi kursi roda berderit karena terdorong jarak pendek. Tampak wajah Ernaini (70) asal Cirebon tidak lelah mengantre panjang sekira 40 meter. Sepanjang itu pula ratusan kursi roda mengantre berkelok-kelok menuju Raudhah.

Ernaini dibantu tetangganya, Emi, sudah mengantre hingga 1 jam lebih. “Saya di Raudhah ingin baca doa untuk anak cucu saya supaya bisa ke sini, menunaikan ibadah haji dan umrah,” ujarnya dengan wajah berbinar. Selain Ernaini, banyak jamaah lain yang tampak sabar menanti giliran masuk. “Kita sudah dari tadi tapi belum dapat giliran,” keluh jamaah lainnya.

Raudhah adalah salah satu tempat mustajab bagi umat muslim yang terletak di bagian dalam Masjid Nabawi. Berbeda dengan jamaah laki-laki, bagi jamaah wanita untuk bisa masuk ke Raudhah membutuhkan perjuangan ekstra. Apalagi yang menggunakan kursi roda.

Raudhah merupakan area di sekitar mimbar yang biasa digunakan oleh Nabi Muhammad SAW untuk berkhutbah. “Antara rumahku dan mimbarku adalah taman (raudhah) dari taman-taman surga”. Demikian hadist mengisahkan penyataan Rasulullah. Area itu merupakan area mustajab, sehingga banyak yang berlomba-lomba untuk bisa bermunajat di sana.

Bagi kaum Hawa, dibutuhkan kesabaran. Karena untuk bisa masuk sekaligus ziarah ke makam Rasulullah hanya di waktu-waktu tertentu, yakni setelah Salat Subuh dan setelah Isya. Dengan area yang terbatas sekira 5 x 15 meter, ribuan jamaah wanita harus berdesak-desakan bahkan kerap terjadi adu mulut dengan jamaah berbeda negara dengan postur yang lebih besar dari jamaah Asia Tenggara. Saling langkah dan dorong menjadi pemandangan yang lumrah. Namun pada dasarnya tujuan mereka sama, ingin berada di Raudhah dengan waktu yang lama.

Mengantisipasi terjadi cek-cok, pengurus Masjid Nabawi telah mengaturnya. Pada waktu yang telah ditentukan, jamaah wanita bisa menuju pintu nomor 25. Di sana jamaah wanita tidak bisa langsung masuk. Namun harus mengikuti kelompok berdasarkan negara yang telah ditentukan.

Para Askar akan mengelompokkan dengan membawa tiang berpapan bertuliskan nama negara, antara lain Afrika, Pakistan, Turki dan India. Bagi jamaah Indonesia masuk ke dalam kelompok Melayu. Pengelompokan ini wajib dipatuhi karena Jamaan non Melayu memiliki fisik yang besar, bertenaga kuat dan kebudayaan yang berbeda.

Setelah itu, para Askar akan memberikan aba-aba kelompok mana yang akan dibolehkan masuk. Namun sebelum masuk ke Raudhah, jamaah akan kembali diminta mengantre di sekitar depan rumah Nabi Muhammad SAW. Begitu nama negara disebutkan jamaah sudah saling berlari dan berebut hingga menimbulkan kegelisahan kelompok negara lain.

“Ibu duduk, ibu duduk, sabar.. sabar,” teriak pada Askar wanita yang menggunakan cadar hitam. Setelah dipekikan nama Melayu, semua pun berlari. Namun lagi-lagi jamaah wanita harus sabar. Karena meski Raudhah di depan mata, jamaah harus menunggu Jamaah yang di dalam selesai beribadah.

Bisa dibayangkan bagaimana nasib jamaah kursi roda harus berlomba kecepatan dan saling lomba. Namun, ternyata Masjid Nabawi telah mengantisipasinya, khusus bagi jamaah kursi roda.

Salah satu Askar Melayu Adilla, jamaah bisa masuk jalur khusus sehingga tidak perlu berdesakkan dengan jamaah lainya. “Jamaah tinggal datang dan bilang akan menggunakan kursi roda,” ujarnya.

Nanti jamaah akan ditempatkan pada ruang khusus berwana terpal putih. Di sana jamaah akan diatur secara tertib. “Kami tidak mengenakan biaya untuk masuk jalur khusus ini, tapi jamaah harus membawa kursi rodanya sendiri,” ujar Adilla.

OKEZONE