Pesan Rasulullah SAW, Penjamin Surga Itu Ada di Sebelah Kita

Rasulullah SAW menyatakan pentingnya menjaga hak-hak tetangga kita.

Sejak manusia belum terlahir hingga setelah meninggal, pasti butuh kehadiran orang lain. Sangat tidak tepat bila kita menjadi egois, mementingkan diri sendiri. Dalam posisi seperti inilah arti penting tetangga sebagai orang yang dekat dengan kita.

Terkadang kedudukan tetangga jauh lebih penting daripada saudara, karena merekalah pihak pertama yang kita mintai pertolongan saat dalam posisi bahaya. Demikian pentingnya tetangga, hingga Rasulullah SAW pernah menyebutkan, kualitas keimanan seseorang, salah satu tolak ukurnya adalah sejauh mana ia mampu berbuat baik kepada tetangganya.

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah menyakiti tetangganya.” (HR Bukhari dan Muslim). 

Bahkan berbuat baik kepada tetangga merupakan salah satu penjamin seseorang bisa masuk surga. 

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ

“Tidak masuk surga seseorang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya.” (HR Bukhari dan Muslim). 

يا رسولَ اللهِ، إنَّ فُلانةَ يُذكَرُ مِن كَثرَةِ صَلاتِها، وصيامِها، وصَدَقتِها، غَيرَ أنَّها تُؤذي جيرانَها بلِسانِها. قال: هي في النَّارِ. قال: يا رسولَ اللهِ؛ فإنَّ فُلانةَ يُذكَرُ مِن قِلَّةِ صيامِها، وصَدَقتِها، وصلاتِها، وإنَّها تصَدَّقُ بالأثوارِ مِنَ الأقِطِ، ولا تُؤذي جيرانَها بلِسانِها. قال: هي في الجنَّةِ.

Seseorang berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya fulanah banyak melakukan sholat, sedekah, dan puasa. Hanya saja ia menyakiti tetangga dengan lisannya.”

Rasulullah SAW bersabda, “Seseorang diceritakan sedikit melakukan puasa dan sholat, tapi ia bersedekah dengan beberapa potong keju dan tidak menyakiti tetangganya, maka wanita ini ada di dalam surga.” (HR Ahmad, Ibnu Hibban, dan Hakim). Untuk itu, mulailah berbuat baik kepada tetangga kita. 

خَيْرُ الأَصْحَابِ عِنْدَ اللَّهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ وَخَيْرُ الْجِيرَانِ عِنْدَ اللَّهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ

“Sebaik-baik teman di sisi Allah adalah orang yang paling baik di antara mereka terhadap temannya. Dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah orang yang paling baik di antara mereka terhadap tetangganya.” (HR Tirmidzi).

Berbuat baik kepada tetangga bisa diwujudkan seperti berbahagia ketika tetangga mendapat karunia dan ikut bersedih (berempati) bila mendapat musibah, sehingga melahirkan sikap saling membantu; berpikir positif terhadap yang dilakukan tetangga dan jangan berprasangka negatif; bila kita punya kelebihan rezeki, hendaklah berbagi dengan tetangga.

Rasulullah SAW menganjurkan untuk saling memberi hadiah, karena itu akan melahirkan kecintaan di antara sesama. Bahkan saat orang lain berbuat keburukan, kita tidak dianjurkan untuk membalasnya dengan keburukan yang serupa. Hal ini sebagaimana wasiat Rasulullah kepada Abu Dzar Al-Ghifari:

إذا طبختَ فأكثِر من المَرقِ ثمَّ انظُر بعضَ أهلِ بيتٍ من جيرانِك فاغرِف لهم منها

“Kalau kamu memasak sayur, maka perbanyaklah kuahnya. Kemudian lihatlah keluarga dari tetanggamu. Dan berilah mereka dengan baik.” (HR Muslim). 

Bukhari pun meriwayatkan: ليسَ المؤمنُ الَّذي يشبَعُ وجارُهُ جائعٌ إلى جنبِهِ “Tidaklah disebut Mukmin orang yang kenyang, sedangkan tetangganya kelaparan.” 

KHAZANAH REPUBLIKA