Positif dalam Kata Hasilkan Cita

Pimpinan PPPA Da’arul Quran Ustaz Yusuf Mansur mengajak umat Islam untuk mengeluarkan kata kata yang positif. Menurut ustaz yang akrab disapa UYM ini, kalimat baik yang dihasilkan bisa menjadi pendorong tujuan hidup ke depan.

“Kita harus terus belajar bagaimana memproduksi omongan-omongan yang positif dan baik, pikiran yang positif dan baik, perasaan, impian, dan cita-cita yang positif juga baik. Bahkan, jika perlu tidak hanya baik, tapi juga fenomenal dan menggelegar,” ujar UYM dalam kajian di Masjid Istiqlal, Jakarta, belum lama ini.

Menurut dia, Allah SWT selalu menunggu umat-Nya untuk mengatakan hal-hal yang bagus dengan modal yang sudah dipunyai, yaitu mulut. Modal ini diberikan oleh Allah secara cuma-cuma dan hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya. Jangan sampai dengan modal dari Allah ini, kaum Muslimin malah menggunakannya untuk memproduksi sesuatu yang jelek dan payah.

Dia menegaskan, apa yang umat nikmati selama hidup sebetulnya adalah hasil dari apa yang diproduksi, termasuk dalam hal ucapan. Karena itu, ada baiknya segala sesuatu yang diucapkan adalah yang baik karena ucapan juga doa.

Setelah melahirkan atau mem produksi sebuah kata-kata, cita-cita, dan niat, langkah selanjutnya yang harus dilakukan ada lah merawatnya. Menjaga niat itu untuk tetap tumbuh dan menjadi terlaksana, agar umat bisa menikmati hasilnya. Tentu dalam per jalanan mewujudkan niat akan ada ujian. Ujian adalah hal yang pasti dalam kehidupan manusia.

Allah SWT bersabda dalam QS Ali Imran ayat 186, “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orangorang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.”

Menurut dia, ayat ini menunjukkan jika Allah tidak akan mem berikan sesuatu secara cu ma-cuma tanpa adanya ujian. Apalagi jika hambanya sekali ber ucap dan seketika itu dikabulkan. Ke depannya, jika hal ini terjadi, yang bermasalah adalah hambanya sendiri. “Ketika sekali ngomong langsung jadi, ini kamu sen diri yang bermasalah. Kayak buah, tengahnya bolong atau nggak mateng,” ujar Ustaz Yusuf Mansur.

Cobaan pun akan datang dari berbagai sisi dan dalam beragam bentuk. Dari atas, bawah, kanan, dan kiri. Seringnya umat pun akan dibuat seperti digencet dan tertekan. Karena hal ini, tidak sedikit yang kemudian memilih mundur, berpaling dari kata-kata dan cita-citanya sendiri, bahkan membunuh kalimatnya sendiri.

“Tuhan kami ialah Allah,” kemudian mereka meneguhkan pen dirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” Kamilah Pelindung-Pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan mem peroleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Ma ha Penyayang,” demikian firman Allah tentang ujian dalam surat Fushshilat ayat 30-32.

Ustaz Yusuf menjelaskan, tindakan yang akan membunuh niat diri sendiri ini hendaknya dihindari. Ketika sudah bermimpi, mengapa membunuh mimpi itu? Mengapa menyerah? Dia menjelaskan, ketika ujian datang, yang harus dilakukan oleh umat ada lah terus merawat dan jangan me nyerah. Masih ada banyak ca ra bagi umat untuk merawatnya sambil berubah menjadi lebih kuat dan berani. Kalaupun da tang cobaan, umat harus ingat untuk kembali kepada Allah.

Dia pun mengajak umat un tuk terus berikhtiar sambil ber doa. Tanyakan kepada Allah ka pan pertolongan untuk cobaanco baan ini akan datang. Salah sa tu cara yang bisa dilakukan ada lah dengan bangun malam untuk shalat Tahajud, dan berdoa. “Bia sa kan setelah melahirkan kata-kata, rawat, dan besarkan. Jangan setelah dilahirkan itu dibunuh atau ditenggelamkan. Ja ngan membunuh kata-kata sendiri. Anda yang melahirkan, masak Anda yang melemahkan?” kata Ustaz Yusuf Mansur.

Ustaz Yusuf Mansur lalu menganalogikan orang yang mem produksi sebuah cita-cita se perti sedang memesan nasi goreng. Ketika ada yang datang ke sebuah warung dan memesan nasi goreng, ia pun harus menunggu proses makanan itu diolah hingga disajikan kepadanya. Jika kemudian orang ini pergi sementara ma kanan itu sedang diproses, sang pedagang pun akan kebingungan.

Sama dengan niat dan citacita yang sudah diucapkan, Allah pun sedang berusaha mengolah dan mewujudkannya. “Ketika im pian kamu ini sudah siap di antar, kamu malah membunuh ka limatmu sendiri. Jangan sam pai,” ujarnya. Dalam bermimpi atau bercita-cita, Ustaz Yusuf Mansur pun menyarankan agar membuat niat yang spektakuler dan fenomenal. Dengan begitu, motivasi dan harapan yang di gan tung pun akan besar.

Ketika sudah tercapai, rasa bahagia dan bangga tidak akan terkira. Ketika sedang berusaha mewujudkan cita-cita, Ustaz Yusuf Mansyur mengajak umat untuk tidak berhenti berzikir. Salah satu zikir yang bisa dipanjatkan adalah, “Allahumma antas salam waminkassalam wa ilai ka ya’udussalam fahayyina robbana bissalam wa adkhilnaljannata darossalam tabaarokta rob bana wata’alaita yadzal jalali wal ikrom.”

Terakhir, ia menyebut dalam hidup tiap manusia akan diuji de ngan tiga hal. Yaitu, al-baza atau kemiskinan, ad-dhara atau penyakit, dan al-zulzila, yaitu keta kutan yang teramat. Ia meng ingat kan kepada jamaah yang hadir, jika seseorang sedang diuji oleh Allah dengan tiga hal ini, ia harus percaya bahwa pertolongan Allah sudah dekat. Umat hanya perlu yakin dan terus berikhtiar.