Putri Salehah

Anak-anak adalah perhiasan hidup. Firman Allah SWT:Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS al-Kahfi: 46).

Namun, hanya anak yang terdidik dengan baik yang akan menjadi perhiasan hidup. Pembiasaan baik terhadap anak akan sangat ampuh dilakukan melalui keteladanan. Keteladanan hidup dari ayah dan ibu sangat menentukan kadar keberhasilan pendidikan di keluarga.

Pendidikan pada masa kecil bagaikan memahat batu. Bahkan, menurut Freud, sebagian besar dari kompleks kejiwaan yang tampak saat dewasa merupakan dampak dari perlakuan dan pengalaman saat kanak-kanak. Ibu, karena kedekatan dan keterikatan batinnya, berperan dalam pembentukan watak anak.

Saya teringat Syifa, putri semata wayang kesayangan kami. Sepanjang istri sakit dan meninggal dunia beberapa waktu lalu, sikap Syifa menyiratkan banyak pelajaran hidup, khususnya bagi saya sebagai seorang ayah. Sejak kecil, Syifa sudah dikenalkan dengan konsep kematian oleh ibunya. Kematian itu keniscayaan. Jangan takut dengan kematian, tetapi takutlah jika kita tak punya bekal amal kebajikan yang cukup untuk hidup setelah mati.

Syifa memiliki kesabaran dan ketabahan dalam menjalani ujian hidup yang seolah terwariskan dari ibunya. Saat kami dihadapkan dengan kenyataan sulit, istri harus keluar masuk rumah sakit untuk mengobati penyakit yang dideritanya maka Syifa sering kami tinggalkan. Jika waktu libur sekolah, Syifa ikut bersama kami tinggal di rumah sakit. Luar biasanya, kemandirian belajar dan kemandirian hidup Syifa terbangun dengan sendirinya.

Syifa tetap menjalani hari-hari indah di sekolah dengan penuh kec eriaan. Hal tersebut membuat guru- guru Syifa heran sekaligus menimbul kan rasa salut karena Syifa sangat tegar menghadapi satu kenyataan hidup, ibunya sedang sakit. Sikap hidup Syifa merupakan cerminan sikap hidup ibunya. Sosok ibu yang memahami puncak kesabaran, tetap tersenyum menikmati ujian sakit yang mendera, mensyukuri ujian sakit yang Allah berikan. Allah SWT berfirman:Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik. (QS al-Ma’arij: 5).

Syifa punya sifat penyayang dan mudah berempati dengan kesusahan orang lain. Tulisan penyemangat Syifa untuk ibunya sungguh mengharukan. Saat ibunya dilanda sakit hebat, secarik kertas berisi tulisan Syifa dititipkan kepada saya agar dibacakan khusus untuk ibunya, Syifa sayang Bunda (pang gilan sayang untuk ibunya). Bunda harus kuat. Bunda harus semangat. Aku yakin Bunda bisa sembuh.

Tak terasa air mata menetes di pelupuk mata saya. Tiba-tiba Syifa sudah berada di belakang saya dan mengusap punggung saya sambil berucap, Ayah sabar ya! Tangis saya tertahan, lalu saya anggukkan kepala dan mengusap kepala Syifa.

Menjelang detik-detik terakhir kepergian istri, kami menyaksikan dokter dan perawat berjibaku mengembalikan kesadaran istri setelah mengalami koma selama enam jam. IIkhtiar sudah sempurna dilakukan. Di satu titik, kami sudah ikhlas melepas kepergian sosok yang sangat kami sayangi.

Syifa menghampiri ibunya dan berbisik di telinga kiri ibunya, Syifa sayang Bunda. Syifa ikhlas Bunda pergi. Ketegaran Syifa menguatkan saya untuk melakukan hal serupa, membisikkan kata-kata di telinga kanan istri saya, Ayah tahu Bunda sudah berjuang luar biasa melawan sakit ini. Terima kasih sudah menemani perjuangan Ayah selama ini. Ayah ikhlas melepas kepergian Bunda. Ayah dan Syifa sayang Bunda.

Saat dokter menyatakan istri sudah meninggal dunia, Syifa memeluk saya dan berkata, Alhamdulillah Bunda gak akan merasa sakit lagi, Yah. Syifa, putri salehah. Anugerah terindah dari Allah SWT yang dihadiahkan untuk kami.Wallahu a’lam bishawab.

OLEH ASEP SAPA’AT

 

KHAZANAH REPUBLKA