Rahasia Panjang Umur Menurut Kakek Sepuh Ini

SAYA ceramah si sebuah masjid pinggir pantai sebuah desa sederhana penghasil ikan teri terbaik. Saya duduk bersebelahan dengan kakek tersepuh di desa ini yang bernama Kakek Haji Rasyidi bin Syakur. Usianya adalah 98 tahun, masih segar bugar, duduk bersila tanpa berubah posisi selama saya ceramah. Beliau memakai baju seragam hajinya pada masa dulu, baju kesayangannya.

Awalnya saya tak terlalu banyak bertanya tentang pengalaman hidupnya karena saya sudah terbiasa bertemu dengan orang yang berusia lebih dari 98 tahun. Namun saya kaget setelah diberitahu bapak kepala desa bahwa beliau pernah mengalami meninggal dunia lebih dari 5 jam, dan prosesi penyelesaian urusan jenazah sudah dimulai. Semua anak cucunya sudah berkumpul dan ridla semuanya dengan kepergiannya.

Beliau ternyata hidup kembali dan merasakan badannya sakit semua. Beliau bertanya ada apa ini. Semua menyatakan bahwa beliau sudah tak sadarkan diri mulai jam delapan pagi dan dinyatakan meninggal sudah lebih 5 jam sampai jam 8 malam. Semua memijat dan mencubit beliau supaya hidup kembali sampai resmi dinyatakan meninggal. Apa yang dialami beliau selama dinyatakan meninggal itu? Menarik sekali kisahnya.

Beliau bercerita tentang pertemuannya dengan tetangga-tetangganya yang telah meninggal dunia sebelumnya. Beliau bercerita tentang alam arwah dan peristiwa kematian. Mata saya tak berkedip, dada saya dagdigdug mendengarkan kisah serunya. Beliau bercerita lancar. Sayangnya beliau sudah mulai kurang mendengar suara kecuali nyaring dan dekat sekali dengan telinga beliau.

Saya bertanya tentang rahasia sehat dan panjang umurnya. Sambil tersenyum beliau menjawab dengan serius: “Makanlah Shalawat dan Minumlah Istighfar.” Maknanya adalah jadikan shalawat dan istighfar sebagai menu harian. Saya memimta ijin kepada beliau untuk foto bersama beiau. Beliau berkenan. Saya mohon ijin dan mohon didoakan panjang umur, beliau menjabat tangan saya sambil bershalawat nyaring “Allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammad.”

Sungguh saya senang duduk dengan kakek sederhana ini. Ada bahagia di wajahnya, karena ada Allah dan Rasulullah di hatinya. Sejatinya, bahagia itu tak butuh syarat yang ruwet-ruwet. Salam, AIM. [*]

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

Foto: Kakek Haji Rasyidi bin Syakur bersama KH Ahmad Imam Mawardi – (Foto: Facebook)

INILAH MOZAIK