Rasulullah SAW Mewarisi Umatnya Kejujuran

SUATU hari, seorang kafir bercerita kepada Abu Jahal, “Sungguh kami saling bersaing dengan Bani Abdul Manaf. Mereka memberikan makan, kami juga memberikan makanan.”

“Mereka membawa barang, kami pun melakukan hal yang sama. Mereka berbuat baik, maka kami pun melakukan kebaikan. Sampai tatkala kami membagi hasil kepada para kafilah dagang, mereka berkata, Kami mempunyai seorang nabi yang mendapat wahyu dari langit. Kapan kami mendapatkan hal ini? Demi Allah, aku tidak akan pernah beriman, selamanya kau tidak akan membenarkannya!” (al-Mubarokfury: Shahih Sirah Nabawiyah, hal. 152)

Tidak ada celah bagi kaum kafir sekalipun untuk mengatakan bahwa Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wassallam berdusta. Mereka ingka terhadap risalah yang dibawa oleh Baginda Nabi hanyalah karena kesombongan mereka. Hakekat kesombongan adalah meremehkan manusia dan menolak kebenaran.

Allah SWT berfirman; “Karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang yang zalim itu mengingkari ayat ayat Allah.” [QS: al-Anam: 33]

Menafsirkan ayat ini, Imam Tirmidzi menuturkan sebuah riwayat bahwasannya Abu Jahal pernah berkata, “Wahai Muhammad, kami tidak mendustakan mu, tetapi kami mendustakan apa yang engkau bawa!” [Tirmidzi dalam Tafsir surah al-Anam, V/234]

Syeikh Dr. Hisyam Kamil, Ulama Al-Azhar, Kairo ketika menjelaskan Kitab Manzumat Aqidatul Awam. Sampai pada Bab sifat-sifat wajib bagi nabi dan rasul. Beliau menjelaskan bahwa sifat jujur adalah keniscayaan bagi seorang nabi dan rasul. Bahkan Kaum Kafir tidak berani menuduh Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wassallam berdusta. Sebelum ataukah sesudah kenabian.

“Pernahkah kalian menemukan sebuah riwayat, bertutur bahwa ada orang arab yang menuduh Nabi berdusta? Tidak pernah sama sekali! Ya, mereka tuduh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassallam seorang penyair, orang gila. Namun, tidak satupun dari mereka mengatakan Nabi berdusta. (Alasannya, karena mereka berfikir-red) Empat puluh tiga tahun beliau tidak pernah berdusta, mungkin kah beranjak dewasa tiba-tiba berdusta? Mustahil!” katanya, sebagaimana disiarkan TV Al-Azhar, 3 Januari 2013.

Dalam kesempatan yang sama, Syeikh Hisyam Kamil menjelaskan bahwa sifat jujur adalah keniscayaan bagi nabi dan rasul. Sebagai pembawa risalah langit, Allah membekali mereka dengan sifat yang mulia tersebut. Sebagai hujjah atas manusia. Hingga tidak ada alasan bagi mereka menolak kebenaran.

Pepatah Arab yang mengatakan, “Katakanlah kebenaran, sekalipun itu pahit!” Mengatakan kebenaran adalah bagian dari berkata jujur. Berkata jujur tidak hanya berangkat dari hati yang bersih, namun juga teguh. Perkasa dengan keimanan.

Bukan tanpa konsekuensi Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wassallam menyampaikan kebenaran tanpa tending aling-aling.

Baginda Nabi jujur atas risalah yang beliau bawa. Beliau enggan berdusta atas nama Allah hanya untuk secuil ridho manusia. Demi itu beliau menerjang mara bahaya.

Gelar al-Amin yang beliau sandang di tengah kaum nya harus berganti dengan sebutan orang gila. Sanjungan dan pujian itu berubah menjadi kotoran onta yang dilemparkan ke pundaknya. Beliau diburu, dikepung, bahkan berkali kali koalisi kabilah-kabilah besar berusaha membunuh nya. Allahumma Sholli Wasaallim ala Habibina Rosulillah

Thalibul ilmi calon pewaris Nabi

Ulama ialah pewaris para nabi. Bagai pelita yang menerangi jalan manusia menuju Allah. Rasulullah Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wassallam menobatkan mereka melalui sabda nya, “Sungguh para ulama itu ialah pewaris para Nabi. Sedangkan para Nabi itu tidak mewariskan dinar tidak pula dirham. Mereka hanya mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambil warisan tersebut, ia telah mengambil bagian yang banyak!” [H.R Imam Turmudzi dalam Kitab Sunan no. 2681]

Pertanyaaan nya. 30 Juz Al-Quran kita khatamkan, beribu hadits telah kita hafalkan, beragam cabang ilmu juga telah kita kaji. Namun sudah kah sifat kenabian yang satu ini kita warisi? Berkata jujur tentang risalah ini, dengan ragam resikonya? Sebagai santri, ulama, sudah kah? [Muhammad Rizqi Utama]

INILAH MOZAIK