Remehkan Salat sama dengan Sepelekan Agamanya

DALAM sehari semalam kita diwajibkan untuk menjalankan salat sebanyak lima kali. Tahukah Anda, dalam ibadah yang satu ini terkandung keistimewaan yang luar biasa?

Ternyata salat adalah ibadah yang memiliki kekhususan tersendiri dari ibadah-ibadah lainnya. Di antara kekhususan tersebut adalah berikut:

Pertama: salat adalah rukun Islam yang kedua, setelah dua kalimat syahadat.

Urutan selanjutnya, yang dilakukan oleh seorang yang masuk Islam; setelah ia mengikrarkan syahadat adalah, melaksanakan salat. Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengabarkan,

Islam didirikan di atas lima: Bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah, dan bahwa Nabi Muhammad utusan Allah, mendirikan salat, mengeluarkan zakat, haji ke baitullah bila ada kemampuan, dan puasa bulan Ramadan.” (HR. Bukhari & Muslim)

Kedua: Salat adalah tiang agama.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Salat adalah tiangnya agama.” (HR. Tirmidz. Beliau mengatakan, “hadis ini derajatnya hasan sahih.”)

Sahabat Umar bin Khatab radhiyallahuanhu berpesan kepada gubernur-gubernur di wilayah kekuasan khilafah beliau,

“Sungguh urusan terpenting yang ada pada kalian bagi saya adalah salat. Barangsiapa yang menjaga salatnya, maka dia telah menjaga agamanya. Sesiapa yang menyepelekan salat, maka untuk urusan lain ia akan lebih sepelekan lagi. Tak ada bagian dari Islam, untuk orang-orang yang meninggalkan salat ” (Al Mudawwanah 1/156).

Imam Ahmad rahimahullah mengatakan,

“Siapa saja yang meremehkan urusan salat, ia akan didapati menyepelekan Islamnya. Sungguh kualitas Islam seseorang, berbanding lurus dengan kualitas salatnya. Dan loyalitasnya terhadap Islam, sesuai kadar loyalnya terhadap salat.” (Tadhzimu Qodri As Sholah hal. 22)

Ketiga: Allah mensyariatkan salat kepada RasulNya, tanpa perantara dan di malam yang paling mulia.

Berbeda dengan ibadah lainnya, seperti zakat, puasa, jihad dst. Allah mesyariatkan kebanyakkan ibadah melalui perantara malaikat Jibril. Kemudian malaikat Jibril menyampaikannya kepada Rasulullah shallallahualaihi wasallam. Adapun sholat, tidak demikian. Allah langsung memanggil RasulNya ke atas langit ke 7. Ke Sidrotul Muntaha. Dalam peristiwa yang kita kenal dengan Isra Miraj. Di malam yang paling mulia yaitu malam lailatul qadr.

Ini menunjukkan betapa penting dan istimewanya sholat.

Keempat: Amalan pertama (yang berkaitan dengan hak Allah), yang akan dihisab di hari Kiamat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu. Bahwa Nabi Muhammad shallallahualaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Taala mengatakan, Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah? Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”

Dalam riwayat lain disebutkan, “Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula.” (HR. Abu Daud, Ahmad, al Hakim, dan Baihaqi. Al Hakim menilai sanad hadits ini shahih. Dan disepakati oleh Adz Dzahabi).

Kelima : Akhir dari wasiat Nabi shallallahualaihi wa sallam sesaat sebelum beliau meninggal dunia. Dari Ummu Salamah radhiyallahuanha. Beliau mengatakan,

“Di antara akhir dari wasiat Nabi shallallahualaihi wa sallam adalah, “Jagalah salat jagalah salat dan budak-budak kalian.” (HR. Ahmad).

Keenam: Bagian Islam yang terakhir dicabut dari muka bumi.Dari Zaid bin Tsabit, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Yang pertama kali diangkat dari diri manusia adalah amanat dan yang terakhir tersisa adalah shalat.” (HR. Al Hakim dan Tirmidzi. Disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Jami, 2: 353).

Ketujuh: Allah menyebutkan salat sebagai ciri awal/pertama amalan orang-orang yang beruntung.

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang beriman itu. Yaitu orang-orang yang khusyu sholatnya. Menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Menunaikan zakat. Menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki. Sesungguhnya sarangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang menjaga amanat-amanat dan janjinya. Dan orang-orang yang menjaga salatnya” (QS. Al Mukminun: 1-9).

Kedelapan : Allah menyebut sholat sebagai Iman.

“Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan iman kalian. Sungguh, Allah maha pengasih, maha penyayang kepada manusia” (QS. Al Baqarah: 143).

Para ulama tafsir menerangkan, makna kata “Iman” pada ayat ini adalah sholat. Yakni salat yang dikerjakan sebelum terjadinya pemindahan kiblat; dari Baitul Maqdis ke Kabah. Sebagaimana disebutkan hadis riwayat Tirmidzi, Dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhuma, beliau mengatakan,

“Saat Nabi shallallahualaihi wa sallam mengalihkan kiblat ke arah Kabah, para sahabat bertanya,” Bagaimana dengan saudara-saudara kami yang telah meninggal ya Rasulullah. Sementara mereka shalat menghadap Baitul Maqdis?” Maka turunlah ayat:

“Dan Allah tidaklah menyia-nyiakan Imanmu” (HR. Tirmidzi No. 2890. Beliau berkata: Hadits ini hasan shahih)

Imam Qurtubi rahimahullah berkata, “Pada ayat ini salat disebut dengan Iman. Karena ibadah ini mencakup niat (ibadah hati), ibadah lisan, dan ibadah anggota badan.” (Lihat: Tafsir Al Qurtubi 2/440)

Kesembilan: Allah mewajibkan salat pada setiap keadaan. Tidak gugur meski saat keadaan genting sekalipun. Seperti saat perang, sakit, perjalanan jauh dan lain sebagainya. Meski ada keringanan dalam hal syarat dan jumlah rakaatnya. Namun tidak menggugurkan kewajiban salat secara keseluruhan.

Kesepuluh : Pada awalnya, Allah mewajibkan salat salam sehari sebanyak 50 kali salat. Ini bukti bahwa Allah amat mencintai ibadah ini. Namun kemudian Allah memberi keringanan, sehingga menjadi lima kali dalam sehari semalam. Lima kali salat namun pahalanya sama dengan 50 kali pahala salat. Ini menunjukkan agungnya kedudukan ibadah ini. (Lihat dalam Shahih Bukhori hadis nomor 7517 dan Muslim nomor 162. Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahuanhu)

Kesebelas : Saking pentingnya ibadah ini, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tetap memerintahkan kepada orang-orang yang lupa atau tertidur saat waktu sholat untuk memqodonya saat ia ingat. Nabi shallallahualaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang meninggalkan salat karena tertidur atau lupa, maka hendaknya ia melakukan salat setelah ingat dan tidak ada kafarat (pengganti) selain itu.” (HR. Bukhori Muslim)

Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan, “Barang siapa yang kelupaan shalat atau tertidur sehingga terlewat waktu salat maka penebusnya adalah dia segera shalat ketika ia ingat.” (HR. Muslim )

Masuk dalam hal ini adalah orang yang pingsan. Para ulama menjelaskan, bila pingsannya tidak lebih dari tiga hari, maka wajib baginya untuk memqodo salat yang terluputkan selama tiga hari ia koma tersebut. Sebagai penjelasan ini diriwayatkan dari sahabat Amar, Imron bin Hushoin, dan Samuroh bin Jundub -radhiyallahu anhum. Adapun bila seorang koma lebih dari tiga hari, maka hukumnya disamakan dengan orang yang gila. Jadi tidak ada kewajiban memqodo salat setalah ia sadarkan diri. (Lihat: Al Mughni 2/50-52. Dan Asy-Syarhul Kabir karya Ibnu Qudamah 3/8)

Keduabelas: Allah mengkhususkan penyebutan salat dalam Alquran.

“Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan salat” (QS. Al Anbiya: 73).

Padahal salat sudah termasuk dalam amalan kebajikan. Namun Allah khususkan penyebutannya, untuk diketahui bahwa ibadah ini adalah ibadah yang paling penting. Dan seperti ini banyak ditemui dalam Alquran. Washallah ala Nabiyyina Muhammad, wa ala aalihi wa shohbihi wa sallam. [muslimorid]

  • Al Mudawwanah, karya Imam Malik. Cetakan ke 1 th 1415. Terbitan: Dar Kutub Ilmiyah.
  • Tafsir Al Qurtubi (Al Jami Li Ahkaamil Quran). Tahqiq: Dr. Abdullah bin Abdulmuhsin At Turki. Cetakan: Mu-assasah Ar Risalah.
  • Fiqhul Ibadah, Syaikh Muhammad bin Sholih al Ustaimin rahimahullah. Cetakan th 1425. Terbitan : Madar al Wathon Lin Nasyr.
  • Tadhzimu Qodri As Sholah, Syaikh Abdurrazaq bin Abdulmuhsin Al Badr. Cetakan pertama, Terbitan : Al Humaishi, Riyadh.

 

www.alukah.net