Renungan Kematian

MINGGU ini ada banyak orang yang kita kenal yang kembali ke haribaan ilahi. Disebut “kembali” karena ruhnya tak mati, yang mati adalah jasadnya. Jasadnya dikembalikan ke tanah, sementara ruhnya kembali kepada Allah. Bagaimana nasib ruh setelah meninggalkan jasadnya?

Sungguh nasibnya sangat bergantung pada amal perbuatannya selama hidup di dunia. Berbahagialah mereka yang kembali kepada Allah tanpa beban dosa.

Kematian adalah sebuah kepastian. Kematian adalah tamu yang mungkin saja datang tanpa diduga. Kematian itu tak berada jauh di balik gunung. Ia berada dekat sekali di balik punggung. Mempersiapkan diri untuk kematian adalah lebih baaik dan lebih rasional dibandingkan lari menjauhinya.

Ada beberapa dawuh ulama yang perlu menjadi perenungan kita. Di antara dawuh itu adalah: pertama, “setiap sesuatu, perbuatan, atau keadaan yang kita tidak ingin mati karenanya, jauhilah dan tinggalkanlah.” Sebodoh dan sejahat apapun orang, sesungguhnya tak ada yang ingin mati dalam keadaan hina dan nista penuh dosa. Jauhi perbuatan hina dan tinggalkan semua perbuatan nista penuh dosa.

Kedua adalah bahwa “wafatnya orang shalih merupakan kebahagiaan bagi dirinya. Sementara matinya orang jahat merupakan kebahagiaan bagi selain dirinya.” Orang baik akan tersenyum menyambut kematian, orang di sekitarnya menangis merasa kehilangan dirinya.

Sementara orang tak baik akan menangis sedih dan malu saat bertemu kematian, sedangkan orang di sekitarnya berbahagia karena terbebas dari ketakbaikannya. Yang manakah yang akan kita pilih? Semoga semua kita nantinya husnul khatimah. Salam, AIM. [*]

KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK