Saudaraku, Mana Senyummu?

DAN janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Lukman: 18).

Ibnu Katsir menjelaskan mengenai ayat tersebut, “Janganlah palingkan wajahmu dari orang lain ketika engkau berbicara dengannya atau diajak bicara. Muliakanlah lawan bicaramu dan jangan bersifat sombong. Bersikap lemah lembutlah dan berwajah cerialah di hadapan orang lain,”. (Tafsir Al Quran Al Azhim).

Kita harus melatih diri kita agar banyak senyum. Apalagi semakin berilmu agama, jangan sampai semakin jarang tersenyum. Padahal Nabi shalallaahu alaihi wasallam dikenal sebagai orang yang murah senyum. Tidak sedikit hadits yang menyebutkan bahwa Nabi murah senyum.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, dariJarir bin Abdullah al-Bajaliradhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah melarangku untuk menemui beliau sejak aku masuk Islam, dan beliaushallallahu alaihi wa sallam tidak pernah memandangku kecuali dalam keadaan tersenyum di hadapanku”.

Selain Nabi shalallahu alaihi wasallam adalah orang yang murah senyum, Nabi juga menganjurkan kita untuk banyak tersenyum. Hadits Nabi, “Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu” (HR. Imam Muslim). Begitu juga hadits yang diriwayatkan Abu Dawud dan Tirmidzi, “Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau hanya berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan”.

Disamping mendapatkan pahala kebajikan, di antara faidah murah senyum adalah menghilangkan kegelisahan. Kalau kita sering melatih wajah kita untuk tersenyum, maka cepat atau lambat kegelisahan di hatinya akan pergi. Kalau orang susah tersenyum maka kegelisahan, kejengkelan, dendam dan yang semisalnya akan sulit hilang dari hatinya.

Sabda Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam,””Sesungguhnya kalian tidak bisa menarik hati manusia dengan harta kalian. Akan tetapi kalian bisa menarik hati mereka denganwajah berseridan akhlak yang mulia” (HR. Al Hakim dalam mustadroknya. Al Hakim mengatakan bahwa hadits inishahih).

Orang yang murah senyum akan mudah dikenal orang lain dan mudah mengambil hati orang lain. Orang yang tidak mudah senyum tidak lepas dari keadaan sedang bersedih, sedang marah, atau orang yang sombong. Orang yang sedih tidak tersenyum namun menampakkan kesedihan. Orang yang sedang marah pun tidak akan tersenyum. Begitu juga orang yang sombong, yang menganggap rendah orang lain, pasti dia tidak akan tersenyum pada orang lain.

Tidak sedang marah, tidak pula sedang sedih atau sakit, maka yang kita dapati pada diri orang yang susah tersenyum, tidak lain adalah kesombongan. Betapa susahnya bos tersenyum pada bawahan, betapa sulitnya bos tersenyum pada sopirnya, tidak pula pada pembantunya. Karena dia menganggap orang-orang ini rendahan. Dia hanya senyum pada sesama koleganya, atau dengan partner kerjanya yang satu level. Dia menyangka dengan sikapnya tersebut menyebabkan wibawanya tinggi di hadapan orang lain. Hendaknya orang seperti ini melihat sunnah Nabi yang mengajarkan bahwa Nabi tersenyum pada siapa saja. Dan hal demikian tidak menyurutkan wibawa Nabi sedikitpun.

Orang-orang yang murah senyum biasanya dikenal sebagai orang yang tawadhu dan berakhlak mulia. Orang yang murah senyum pada saudara sesama muslim, dia dipenuhi oleh husnuzh-zhan pada setiap saudara muslim yang ditemuinya. Dia selalu menilai saudaranya ini adalah orang Islam yang telah mendahuluinya dalam hal kebaikan, sedangkan dia penuh kesalahan dan dosa.

Jadi untuk apa baginya sombong di depan saudaranya ini. Sikap ini adalah sikap tawadhu. Dan tawadhu seperti ini hendaknya diaplikasikan pada setiap muslim yang ditemuinya. Dan murah senyum pada setiap muslim, adalah sarana agar kita memiliki sifat tawadhu.

Semoga Allah melunakkan hati kita agar mau tersenyum dan menampakkan wajah ceria di hadapan saudara kita. [*]