Sejarah Munculnya Pemalsuan Hadis (1)

Prof Dr Muhammad ibn Muhammad Abu Syahbah, Guru Besar Ilmu Alquran dan Hadis Universitas Al Azhari Kairo, Mesir, dan Universitas Ummul Quro Makkah, Arab Saudi dalam bukunya berjudul Israiliyyat & Hadits-Hadits Palsu, Tafsir Alquranmenjelaskan, salah satu akibat dari meluasnya wilayah Islam adalah banyaknya generasi umat yang terkalahkan dalam Islam.

Prof Muhammad ibn Muhammad Abu Syahbah kemudian mencontohkan negara-negara yang terkalahkan, seperti Persia, Romawi, dan Mesir. ”Di antara mereka ada yang tulus menerima Islam. Ada orang munafik yang sengaja menyembunyikan dalam dirinya kebencian terhadap Islam dan berpura-pura mencintainya,” ungkap Prof Muhammad ibn Muhammad.

Selain itu, sambung Prof Muhammad, ada pula orang Zindik yang berusaha dengan berbagai cara untuk menghancurkan Islam dan menimbulkan keraguan pada diri manusia terhadapnya. ”Ada juga orang Yahudi yang masih terikat dengan ke-Yahudiannya serta ada pula orang Nasrani yang masih merindukan ke-Nasraniannya.”

Para musuh Islam, seperti orang-orang munafik, zindik dan Yahudi, jelas Prof Muhammad ibn Muhammad Abu Syahbah, telah memanfaatkan toleransi dan kehalusan budi yang dimiliki Sayyidina Utsman bin Affan ra, yang sangat pemalu, dan akibatnya benih-benih bencana pun tersebar.

”Ibn Saba’, si Yahudi yang tercela, berkeliling ke berbagai negeri dan mengumpulkan manusia di sekitarnya. Dia menyembunyikan racun-racun yang dia tiupkan di bawah tabir ajaran Syiah serta kecintaan kepada Sayydina Ali dan Ahli Bait yang mulia. Dia mengklaim, Ali ra adalah penerima wasiat Nabi SAW dan orang yang paling berhak untuk memangku kekhalifahan, bahkan jika dibandingkan dengan Abu Bakar dan Umar ra sekalipun,” ungkap Prof Muhammad.

Menurut Prof Muhammad ibn Muhammad Abu Syahbah, Ibn Saba’ memalsukan sebuah hadits atas Nabi Muhammad SAW yang artinya, ”Setiap Nabi memiliki penerima wasiat, dan penerima wasiatku adalah Ali.” Bahkan, jelas Prof Muhammad, permasalahan tidak berhenti pada klaim ini saja, tapi dia juga mengklaim ketuhanan Ali.

Sayyidina Utsman memburu Ibn Saba’. Sehingga dia pun kabur. Pada masa Sayyidina Ali, beliau juga memburu dan menghalalkan darah Ibn Saba’. Tidaklah pantas bagi Ali untuk menerima seruan keji yang diteriakkan oleh orang yang sangat membenci dan mendendam kepada Islam dan kaum Muslimin.

 

sumber: Republika Online