Jakarta (Kemenag) — Sekretaris Jenderal Kementerian Agama M. Nur Kholis Setiawan berpesan agar petugas haji memegang teguh komitmen untuk melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kepada jemaah haji Indonesia. Pesan ini disampaikan Sekjen saat menutup Pembekalan Terintegrasi Petugas Haji Arab Saudi 1440H/2019M, di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta.
Sekjen M. Nur Kholis menguraikan, terpilih jadi petugas haji merupakan sebuah anugerah dari Allah SWT. Untuk itu, Nur Kholis meminta petugas haji untuk menjadi hamba yang bersyukur, ridho, rela, dan ikhlas terkait posisinya sebagai petugas haji.
“Kalau sudah memiliki kualitas sebagai pelayan tamu Allah, jangan nodai itu. Jangan cederai komitmen yang sudah Anda ucapkan,” pesan Sekjen, Kamis (02/05).
Pembekalan Terintegrasi Petugas Haji Arab Saudi 1440H telah berlangsung selama 10 hari sejak 23 April-2 Mei 2019. Pembekalan ini diikuti oleh 1.108 petugas yang berasal dari Kemenag, Kemenkes, TNI, Polri, instansi terkait lainnya serta awak media yang tergabung dalam Media Center Haji 2019.
Lebih lanjut, Nur Kholis menjelaskan semua kegiatan yang dilakukan petugas haji itu adalah ibadah. Sehingga menurutnya, tidak ada alasan bagi petugas yang bergabung dalam PPIH untuk tidak mematuhi aturan dan menjalankan tugas dengan baik.
Mengutip avorisme dalam Kitab Al Hikam, M Nur Kholis mengatakan “Idza futiha laka wijhatun minat-ta’arrufi fa laa tubaali ma’ahaa in qalla ‘amaluka. Fa innahu ma futiha laka illaa wahuwa yuriidu an yata’aarfa ilaika” (Ketika Allah membuka satu dimensi ma’rifat kepadamu, jangan lagi pedulikan berapa banyak amal perbuatanmu, karena Allah tidak membukakan pintu ma’rifat, kecuali memang sudah dikehendaki-Nya).
“Bertugas menjadi PPIH adalah ibadah, sehingga willingness to serve, harus mampu mengalahkan ego pribadi, semua dicurahkan utk tamu tamu Allah,” pesan M Nur Kholis Setiawan.
Ia menambahkan bahwa untuk mewujudkan kesuksesan haji, maka dibutuhkan dukungan dari seluruh piranti yang ada, termasuk petugas. Peran petugas sangat diperlukan khususnya untuk mengawal kesempurnaan ibadah jemaah haji melalui pendidikan manasik.
“Kesempurnaan manasik haji bagi jemaah adalah sebuah keniscayaan, sehingga semua piranti untuk mewujudkannya juga keniscayaan,” ujar Nur Kholis.
Menurut Nur Kholis, petugas menjadi piranti penting bagi kesempurnaan ibadah karena petugas memiliki pengetahuan terkait ibadah haji. Apalagi setelah diberi pembekalan selama 10 hari, petugas dianggap telah memiliki kemampuan untuk membina jemaah haji.
“Wa laa yajuuzul ibtida bin-nakirah, maa lam tufid ka ‘inda zaidin namirah,” tutur M Nur Kholis mengutip salah satu bayt Alfiyah Ibn Malik.
“Sebelum dibekali selama 10 hari, calon petugas masih “nakirah” (kemampuannya bersifat umum). Setelah 10 hari digembleng, mereka bisa dianggap ma’rifat (memiliki kemampuan spesifik) yang bisa diperkenankan menjadi “pemimpin”, guide dan segala fungsinya sebagai pembina, pelayan, dan pelindung Jemaah,” lanjutnya.