Selain Menghina Nabi Muhammad, Inilah 10 Aksi dan Ujaran Kebencian Politikus Hindu terhadap Umat Islam

Di tengah kecaman internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya, menyusul pernyataan Islamofobia juru bicara partai nasionalis Hindu Bharatiya Janata (BJP) Nupur Sharma dan Naveen Kumar Jinda, pemerintah India telah berusaha keras untuk menjauhkan diri dari kontroversi tersebut.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis segera setelah serangan balasan meledak di Arab, jubir Kedubes India di Qatar mengatakan pihaknya telah mengklarifikasi bahwa pernyataan itu dibuat oleh “elemen tidak mainstream” dan tidak mewakili sikap pemerintah.

Sementara dalam pernyataan resminya sendiri, BJP tampaknya berniat mengendalikan kerusakan dan bukan menyangkal niat anti-Muslim.

Partai penguasa India itu juga berusaha menjauhkan diri dari sentimen tersebut tanpa pertanggungjawaban yang sah atas fakta bahwa anggotanya terjangkit Islamofobia – bagaimana bisa jubir resmi partai berkuasa dapat disebut elemen “tidak mainstream”?

Rilis resmi itu bahkan tidak menyebutkan pernyataan Sharma dan Jindal sama sekali.

Namun, pernyataan pemerintah telah membuka pembicaraan ganda dalam menghadapi tekanan internasional. Sentimen anti-Muslim dan anti-Islam tidak hanya dilakukan oleh Sharma dan Jindal, tetapi secara konsisten telah dilakukan oleh anggota tinggi BJP dan pemerintah dengan impunitas.

Berikut 10 aksi dan ujaran kebencian yang dilakukan anggota BJP terhadap umat Islam selama setahun terakhir:

Pertama, Yogi Adityanath: Ratusan ‘dog whistle’ terhadap Muslim

Menjelang dua pemilu dewan Uttar Pradesh terakhir, salah satu kampanye utama ketua menteri Yogi Adityanath adalah dengan memicu kebencian dan perpecahan anti-Muslim.

The Wire melakukan analisis mendalam terhadap 34 pidatonya yang tersedia untuk umum dan menghitung ujaran kebencian yang dibuatnya terhadap Islam.

Selain “dog whistle” atau lolongan anjing – mengacu pada Muslim sebagai mereka yang mengatakan ‘abba jaan’ serta menghina mereka, menggunakan singkatan seperti (apradhiyon) penjahat, mafia dan perusuh – ia juga secara konsisten menganggap umat Islam sebagai teroris.

Menyebut Muslim sebagai “Taliban” (kata yang sangat familiar bukan?), dia berkata “Lekin Talibanikaran qatayi hum sweekar nahi hone denge aur jo bhi Taliban ka samarthan UP ki dharti par karega sakhti ke saath ussey nipatne ka karye bhi sarkar karegi (Tapi kami tidak akan membiarkan Taliban didirikan, dan siapapun yang mendukung Taliban, pemerintah akan menghentikannya dengan kekuatan).

Kedua, anggota BJP menganiaya seseorang yang dikiranya Muslim

Pada bulan Mei, seorang pria 65 tahun dengan gangguan kognitif bernama Bhawarlal Jain dari Madhya Pradesh, pulang ke rumahnya setelah menghadiri pernikahan. Namun, dia kehilangan arah. Tiga hari kemudian, dia ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa.

Sementara itu, di sosial media viral sebuah video yang memperlihatkan seorang anggota BJP bernama Dinesh Kushawa, menganiaya pria tersebut sambil menanyakan namanya.

Dalam video tersebut, anggota BJP itu berkaja, “Tera naam kya hai? ‘Mohammed‘ naam hai tera?… Kartu Aadhaar dikha… (Siapa namamu? Mohammed? Tunjukkan Kartu Aadhaarmu).”

Dalam video berdurasi satu menit itu, Kushwaha terlihat tak henti-hentinya memukuli Jain. Keesokan paginya Jain ditemukan tewas.

Pejabat BJP dari distrik Neemuch mengkonfirmasi bahwa Kushwaha adalah anggotanya dan polisi menambahkan bahwa istrinya adalah mantan korporator BJP.

Ketiga, ‘Muslim harus dibakar’

Kurang dari sebulan lalu, seorang anggota legislatif BJP bernama Haribhushan Thakur Bachaul mengatakan bahwa Muslim harus dibakar seperti halnya pengikut Hindu membakar patung Rahwana dalam festival Dussehra.

Sebelumnya, pada Februari 2022, dia juga mengatakan bahwa Muslim yang tinggal di India harus dicabut hak pilihnya atau tidak boleh “nyoblos” dan diperlakukan sebagai warga negara kelas dua.

Keempat, teriakan slogan ‘Muslim harus dibunuh’

Pada 10 Agustus 2022, pemimpin BJP dan hakim Mahkamah Agung bernama Ashwini Upadhyay ditangkap karena berperan dalam sebuah demonstrasi di Jantar Mantar. Demonstrasi tersebut dipenuhi oleh teriakan slogan-slogan anti-Muslim.

Diantaranya adalah slogan “Muslim harus dibunuh”. Upadhyay bersikeras bahwa dia telah dijebak dan dia tidak ada hubungannya dengan slogan-slogan tersebut.

Namun, pada November 2021, dia tampil dalam sebuah diskusi terkait “thook jihad”. Dalam diskusi itu dia mengatakan, “In thook jihadiyon ko ya toh maa baap sikha rahe hai ya koi school mein jaa rahe hai (Para jihadis thook ini diajarkan semua ini oleh orang tua mereka atau di sekolah mereka)”.

Dia bahkan memberi kesan bahwa penjual Muslim mungkin mengotori makanan yang mereka siapkan dengan cairan tubuh mereka, Newslaundry melaporkan.

Satu bulan kemudian pada Desember 2021, dia menjadi narasumber utama dalam pertemuan Dharma Shansad.

Dharma Sansad adalah pertemuan Hindu yang kemudian menjadi ajang penyebaran kebencian terhadap umat Islam.

Di mana dalam acara itu, muncul ujaran kebencian terhadap Islam seperti genosida Muslim India ala Rohingya Myanmar serta ajakan eksplisit untuk membantai umat Islam.

Pooja Shakun Pandey berkata, “Bahkan jika 100 dari kita siap untuk membunuh 20 lakh dari mereka (Muslim), maka kita akan menang, dan masuk penjara.”

Acara diakhiri dengan pengambilan sumpah yang menyerukan “perlindungan” agama Hindu terhadap semua orang yang mungkin mengancamnya ‘dengan cara apapun yang diperlukan’.

Lima, seruan untuk Menyerang Muslim oleh Mahila Morcha (Front Perempuan) BJP

Pemimpin Mahila Morcha, Udita Tyagi, juga hadir di Dharma Sansad di mana seruan genosida dilakukan, tetapi ini bukan pertama kalinya dia berafiliasi dengan hal yang sama.

Dalam sebuah wawancara dengan saluran yang disebut ‘DO Politik’, dia hadir dan secara konsisten menawarkan afirmasi yang mendukung kepada pendeta Hindu radikal Yati Narsinghanand.

Percakapan tersebut menampilkan sejumlah ujaran kebencian dan sentimen negatif terhadap umat Islam, di antaranya adalah bahwa komunitas Hindu perlu dimobilisasi melawan komunitas Muslim untuk perlindungan mereka dan bahkan untuk melukai.

Percakapan itu menyerukan untuk mengangkat senjata melawan komunitas Muslim, dan Narsinghanand berbicara dalam istilah fundamentalis tentang perang agama yang akan membutuhkan pengorbanan, di mana dia akan rela mengorbankan hidupnya.

Enam, ancaman mencabut jenggot

Menjelang pemilu, seorang pemimpin BJP dari Uttar Pradesh berpidato mengancam akan melukai umat Islam hanya karena umat Islam eksis.

“Jika umat Hindu di Hindustan bangkit, janggut akan ditarik dan dibuat menjadi choti (kepang yang dikencangkan). Jika kalian tinggal di Hindustan, kalian harus mengatakan ‘Radhe Radhe’, jika tidak seperti mereka yang pergi ke Pakistan selama partisi, kalian juga bisa pergi … kalian tidak ada gunanya di sini,” katanya dalam video.

Tujuh, kehadiran Politisi BJP di ‘Kamp Pelatihan Senjata’ milisi nasionalis Hindu

Pada tanggal 5 Mei, sebuah ‘kamp pelatihan’ yang diselenggarakan oleh Bajrang Dal di distrik Kodagu di Karnataka menjadi viral di media sosial yang menunjukkan para pemuda, yang tampaknya masih di bawah umur, membawa senapan angin, trisula, dan senjata lainnya.

Bajrang Dal adalah sebuah milisi sayap kanan Hindu yang berhubungan dengan partai BJP dan berusaha menyebarkan paham Hindutva.

Pemimpin BJP K.G. Bopaiah, Appachuranjan dan Suja Kushalappa didakwa setelah Partai Sosial Demokrat India mengajukan pengaduan terhadap mereka.

Namun, petugas yang didakwa menyelidiki kasus tersebut kemudian dikenai ‘hukuman’, dipindahkan ke Karnataka Lokayukta – tidak dianggap sebagai posisi yang menguntungkan di lingkungan kepolisian negara bagian.

Delapan, mengancam dan Menghina Muslim di Siaran Televisi

Raghvendra Pratap Singh, anggota BJP lain, menjadi viral setelah videonya mengancam Muslim dan menuduh semua umat Hindu yang tidak memilih dia sebagai Muslim menuai kecaman.

Dia berkata, “Setiap orang Hindu yang tidak memilih saya memiliki darah Miyan di nadinya. Dia adalah seorang pengkhianat. Dia adalah putra Jaichand yang b***sat. Dia adalah putra ayahnya yang berdosa… Kali ini saya peringatkan… pengkhianat agama Hindu akan dihancurkan.”

Dia juga melanjutkan untuk mengancam umat Islam dengan mengatakan, “Dengarkan umat Islam, jika ada orang Hindu yang dihina dan jika Anda menatap gadis Hindu mana pun, maka saya akan membuat Anda dipukuli dan dipotong begitu banyak…itu…”. Bagian terakhir peringatannya tenggelam di tengah nyanyian ‘Jai Shri Ram’.

Dalam panel 15 Februari di TV India, dia menyela seorang panelis Muslim untuk melontarkan hinaan dan pelecehan agama terhadapnya, mengancam akan memberi susu babi (menghina Muslim) kepada panelis, yang dia gambarkan sebagai “anjing b***sat dan anak haram orang Hindu”.

Sembilan, ancaman bolduser

Seorang pejabat BJP, bernama T. Raja Singh, telah membangun sejarah sebagai penyebar kebencian terhadap Muslim. Pada pidato terbarunya, dia mengancam akan menghancurkan rumah mereka yang tidak memilih Yogi Adityanath (biksu Hindu radikal yang juga politikus BJP).

Dia mengatakan para penghianat (sebutan mereka untuk Muslim) akan menghadapi buldoser ‘yang maha tahu’.

Sepuluh, penutupan properti Muslim

Seorang anggota legislatif BJP, Nand Kishor Gurjar, secara terbuka mendukung penutupan toko daging di Loni. Toko daging sebagian besar dimiliki umat Islam.*

Sementara pada tahun 2020, Gurjar mengatakan kepada umat Islam untuk “mengorbankan anak-anak mereka alih-alih hewan yang tidak bersalah” pada Idul Adha. Dia mengatakan daging mengakibatkan penyebaran virus corona.

Ini bukan daftar lengkap dari setiap ujaran kebencian atau seruan untuk melakukan kekerasan yang dilakukan oleh mereka yang terkait dengan BJP kepada Islam, atau dorongan buta dan implisit yang ditawarkan partai tersebut kepada para anggota yang terlibat dalam ujaran kebencian, dan insiden kejahatan kebencian.

Itu tidak memperhitungkan penerimaan individu seperti Pragya Thakur, yang dituduh terorisme dalam kasus ledakan Malegoan 2008. Ini tidak memperhitungkan pembongkaran Masjid Babri (digambarkan oleh Mahkamah Agung sebagai kejahatan yang “mengguncang struktur sekuler India”) dan papan politik yang dibangun di belakangnya, dengan para pemimpin BJP bahkan hari ini dengan bangga mengakuinya.

Elemen tidak mainstream?

Maka patut dipertanyakan, apakah Nupur Sharma adalah elemen “tidak mainstream” yang menemukan dirinya berada di dalam tembok rumah BJP, apakah dia penyusup, atau dia diundang?

Hanya seminggu yang lalu dia membual tentang dukungan dari anggota senior partai. Jika pernyataannya, seperti yang dikatakan pemerintah Persatuan, adalah pernyataan yang tidak masuk akal, BJP dapat mendamaikan dirinya dengan fakta bahwa sekarang adalah pihak yang mewakili, memungkinkan, dan memperkuat pinggiran ini.

BJP adalah partai yang tanpa ampun mendukung politik dan retorika anti-Muslim – sekarang ia harus menyesuaikan diri dengan kenyataan bahwa dunia akan memperlakukannya seperti itu.*

HIDAYATULLAH