Serba-serbi Haji (21): Silat ada di Tanah Suci?

PERTANYAAN tersebut sepertinya sudah lama bersarang di kepala Mat Kelor. Wajar saja kalimat tanya itu muncul darinya karena Mat Kelor itu sesungguhnya adalah aktifis pencak silat Madura yang dikenal dengan istilah “pencak pamor.”

“Pencak pamor adalah seni bertarung dengan gaya yang indah, elastis dan berwibawa,” kata Mat Kelor suatu malam saat ditanya polisi tentang apa yang dipraktekkan.

Ceritanya di suatu malam Mat Kelor ingin berkeringat karena badannya terlalu lama diam. Lalu dia berolahraga pencak silat itu. Baru masuk jurus ketujuh, polisi datang dikira ada yang berkelahi. Mat Kelor ditanya-tanya, saya terjemahkan dan polisi minta supaya adegan diulangi lagi untuk ditontonnya. Polisi Arab itu berkata: “Bagus. Tapi di sini tidak ada model begini karena di tanah suci tidak ada yang berkelahi. Paling parahnya bertengkar adalah bentakan dengan suara keras.” Akhirnya Mat Kelor mendapatkan jawaban.

Olah raga malam itu selesai. Namun Mat Kelor bertanya-tanya lagi, jangan-jangan pencak silat itu populer di negara yang kasus perkelahian juga populer. Saya hanya diam. Saya bersyukur di Asean Games kemaren cabang olahraga pencak silat memboyong banyak medali emas. Semoga bukan indikasi bahwa Indonesia jago berkelahi.

Tadi pagi, Mat Kelor hampir saja berkelahi saat plastik berisi air zamzam yang dibawanya dari masjid dengan di”sunggi” atau diletakkan di atas kepalanya dicoblos oleh orang Arab sambil ketawa-ketawa. Bagi orang Madura, air zamzam adalah air suci, membawanya harus hati-hati.

Saat marahnya memuncak hampir saja jurus silatnya keluar. Namun, dia ingat akan kata polisi bahwa di Arab tidak ada kelahi, paling kerasnya adalah bentakan keras. Mat Kelor mau membentak, tapi tak tahu cara mengungkapkannya dalam bahasa Arab. Mau memakai bahasa Madura atau Indonesia ya percuma saja orang Arabnya tidak akan paham.

Mat Kelor semakin marah melihat orang Arab itu terus cekikikan bersama temannya. Wajah Mat Kelor yang aslinya sudah hitam karena bersahabat dengan matahari gunung itu berpadu dengan aura merah di putih matanya. Didatangi orang Arab itu, dipegang leher bajunya kemudian dibentaknya dengan puncak oktav suara: “MAN RABBUKA.”

Orang Arab itu ketakutan dan minta maaf lalu lari. Terdengar kata-kata orang Arab itu pada temannya yang ikut lari: “Jangan-jangan orang itu temannya malaikat Munkar dan Nakir.” Saya tertawa, hahahaha. Apakah Anda tertawa juga? Kalau tidak: “MAN RABBUKA?” Salam, AIM. [*]

INILAH MOZAIK