Serba-serbi Haji (9): Nasehat Sederhana yang Tepat

RUANG makan selalu saja menjadi tempat favorit para jamaah haji untuk saling berkenalan, berbagi pengalaman dan bahkan ada yang berbagi peluang kerja sama. Saya kadang ikut nimbrung juga di dalamnya. Ada banyak ilmu yang saya dapatkan dari dialog informal ini. Teringatlah saya pada salah satu petuah sahabat: “salah satu cara lobby yang baik adalah lewat meja makan.”

Namun, tak ada kaidah atau teori yang tak berkecualian. Semua punya pengecualian. Mustatsnayat kata orang Arab, exceptions kata orang Barat. Mat Kelor bercerita bahwa semalam dia ditelpon oleh sahabatnya yang sedang tengkar hebat dengan istrinya. Saat ditanya sejak kapan tengkarnya, ternyata sejak makan bersama di meja makan.

Kami tak tertarik dengan materi pertengkarannya karena itu urusan internal. Namun, saya tertarik dengan kisah Mat Kelor selanjutnya tentang penyelesaian pertengkaran yang sempat memuncak itu. Mat Kelor yang lugu banget ini sesungguhnya tak begitu percaya bagaimana bisa suami isteri itu bertengkar pas setelah baru usai prosesi haji. Tak adakah pertambahan harmonis sebagai hikmah haji? Pikir Mat Kelor.

Menariknya, pertengkaran sahabatnya itu terjadi di atas tidur menjelang tidur malam. Istrinya teriak: “Aku tak mau melihat wajahmu lagi. Aku capek, aku sedih.” Diucapkannya 3x sambil terisak dan meneteskan air mata. Sahabat Mat Kelor ini diam-diam mengirim pesan WA ke Mat Kelor untuk mendapatkan saran bagaimana menyikapi istri yang model begini. Apakah harus pergi atau bagaimana?

Dengan kalem dan bijak, Mat Kelor membalas WA itu: “Jangan lawan istrimu. Tanda haji mabrur adalah memaafkan dan memaklumi. Cukup matikan semua lampu di kamarmu. Lalu tidurlah. Maka dia tak akan bisa melihatmu lagi karena gelap.”

Istri sahabatnya itu tak ada suaranya lagi, sang suaminyapun diam. Tak lama kemudian mereka tertidur. Saat pagi menyapa, mereka terbangun. Dan mereka kaget saat sadar bahwa mereka bangun bersama dalam keadaan berpelukan. Benar-benar jitu nasehat Mat Kelor. Hahahaa.

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

ININLAH MOZAIK