Sholat Sebagai Pokok Agama

SHOLAT wajib adalah amal shalih utama dalam agama kita. Dari Muadz bin Jabal radliyallahu anhu, Nabishallallahu alaihi wa sallambersabda, “Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Dari hadits ini dapat diambil pelajaran bahwa apabila penopang suatu bangunan runtuh, tentu bisa dipastikan bangunan tersebut pun ikut runtuh. Demikian pula keadaan sholat pada diri seseorang. Apabila ia mengabaikan sholat, pastilah agama baginya ikut runtuh.

Sholat pula amalan yang kelak pertamakali dihisab di akhirat. Apabila baik keadaan sholatnya, maka baiklan seluruh amalannya. Namun apabila rusak sholatnya, maka rusak pulalah keadaan amalan selain sholat. Bagaimana mungkin keadaan amal saleh seseorang akan baik sementara ia tidak menegakkan syariat berupa beribadah kepada Allah (sholat)?

Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shalallaahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Taala berfirman, Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah. Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi dan An-Nasai).

Melaksanakannya dengan khusyu’ dan pada waktunya merupakan tanda keislaman dan keimanan seseorang. Apalagi bagi seorang laki-laki mukim yang sehat, melaksanakan shalat berjamaah di masjid atau musholla setempat adalah sebuah kewajiban agama. Hal ini karena sholat adalah ciri utama agama Islam. Maka pemeluk

Banyak keutamaan tentang shalat. Keutamaan tentang shalat dimulai sejak dari bersuci atau berwudhu di rumah, kemudian berjalan mendatangi masjid, berdoa saat keluar rumah dan saat masuk masjid, hingga keutamaan berdoa diantara adzan dan iqamat. Serta keutamaan shaff pertama.

Orang-orang yang telah meninggal mendahului kita, mereka menginginkan kembali hadir di dunia untuk melakukan amalan shaleh terutama bersujud (sholat) kepada Allah. Karena semasa hidupnya orang seperti ini telah meninggalkan sholat, atau pun meremehkan sholat dengan menunda-nunda pelaksanaannya. Kelak pun orang yang meninggalkan sholat akan ditempatkan di (neraka) Saqar.

Orang-orang di dalam surga saling menanyakan tentang keadaan orang-orang yang berdosa. Firman Allah, “Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam (neraka) Saqar?” Mereka menjawab, “Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang melaksanakan shalat,” (QS. Al Mudatstsir: 42-43).

Mari, mulai saat ini, kita berazzam memperbaiki diri dengan memulainya dari shalat. Kita perbaiki shalat kita. Baik cara atau kaifiyahnya, maupun waktu pelaksanaannya. Jangan sampai kita menunda-nunda shalat sehingga di akhir waktu. [*]

INILAH MOZAIK