Suami Menghina Istri, Apakah Istri Boleh Balas Menghina?

Hubungan suami-istri merupakan sebuah hubungan yang sangat sakral dalam islam. Ikatan pernikahan yang sah secara syariat Islam menandakan bahwa Allah telah menghalalkan hubungan antara lelaki dan perempuan yang sebelumnya adalah haram. Suami dan istri harus saling menjaga dan menghormati. Oleh karena itu, suami menghina istri atau sebaliknya itu harus dihindari semaksimal mungkin. Dalam menjaga keharmonisan hubungan tersebut, Allah telah mengaturnya lewat QS. An-Nisa: 19:

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

Artinya: “… Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak pada-nya.”

Meskipun dalam berbagai ayat yang lain, Allah menjelaskan bahwa seorang suami merupakan imam atau pemimpin dalam keluarga yang harus ditaati oleh istri, namun demikian, ayat QS. An-Nisaa: 19 di atas memberikan kejelasan bahwa seorang suami tidak boleh semena-mena terhadap istrinya dan harus mengedepankan prinsip kebaikan dalam mempergauli istri. Kebaikan dalam mempergauli ini meliputi segala macam interaksi antara suami dan istri, termasuk di dalamnya adalah pola komunikasi.

Begitu pentingnya komunikasi yang baiki  antara suami dan istri, sampai-sampai Rasulullah SAW sendiri menyatakan bahwa suami terbaik adalah mereka yang mampu mempertahankan kebaikan akhlaknya di hadapan istri:

 أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ

Artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada isterinya.” HR. Ahmad

Sebaliknya, bagi seorang istri, sebagaimana kita ketahui, wajib taat dan berbakti kepada suaminya mengingat suami adalah Imam atau pemimpin bagi Istri.

Namun demikian, dalam kenyataannya seringkali perdebatan terjadi antara suami istri hingga berujung pada komunikasi yang tidak baik hingga sering terlontar kata-kata kasar, makian, ataupun hinaan yang saling bersautan antara keduanya. Tidak jarang, hinaan tersebut justru keluar terlebih dahulu dari mulut suami kepada istrinya. Jika sudah begini, apakah seorang istri boleh balas menghina?

Secara hukum, ketika seseorang mengalami penghinaan atau tersakiti, maka ia boleh membalas hinaan tersebut dengan kadar tidak boleh melebihi dari hinaan yang ia terima. Namun, perlu diingat bahwa syariat Islam bukan hanya menilai aspek hukum saja, namun ada aspek lainnya yaitu akhlak. Apalagi jika ini terkait dengan kelangsungan rumah tangga, maka pertimbangannya bukan hanya pertimbangan hukum saja, namun membutuhkan sebuah solusi yang baik hingga di kemudian hari.

Secara umum, Rasulullah SAW sudah mengingatkan pada mukminin dan mukminah untuk tidak saling menghina, siapapun mereka, baik antara suami-istri atau lainnya:

لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً، إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ

“Tidak boleh seorang mukmin menjelekkan seorang mukminah. Jika ia membenci satu akhlak darinya maka ia ridha darinya (dari sisi) yang lain.” HR. Muslim

Khususnya dalam hubungan pernikahan, Rasulullah bahkan menjanjikan surga bagi para istri yang tetap sabar terutama ketika menghadapi suaminya yang sedang marah:

وَنِسَاؤُكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ: اَلْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ الْعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا؛ اَلَّتِي إِذَا غَضِبَ جَائَتْ حَتَّى تَضَعَ يَدَهَا فِيْ يَدِ زَوْجِهَا وَتَقُوْلُ: لاَ أَذُوْقُ غَمْضًا حَتَّى تَرْضَى

“Wanita-wanita kalian yang menjadi penghuni Surga adalah yang penuh kasih sayang, banyak anak, dan banyak kembali (setia) kepada suaminya yang apabila suaminya marah, ia mendatanginya dan meletakkan tangannya di atas tangan suaminya dan berkata, ‘Aku tidak dapat tidur nyenyak hingga engkau ridha.” HR. Ath-Thabrani, No. 307

Dengan demikian bisa kita simpulkan bahwa ketika seorang suami menghina istrinya, maka ia wajib bertaubat dan meminta maaf kepada istrinya, dan bagi seorang istri, apabila ia mampu bersabar, maka Allah sudah menyiapkan surga untuknya. Wallahu a’lam bi shawab.

BINCANG SYARIAH