Surga Paling Dekat: Rumah Kita

SURGA yang paling terdekat ialah ada di rumah kita.

Banyak yang tidak tahu bagaimana cara meraihnya dan betapa sulitnya untuk mendapatkan Surga yang belum pernah kita lihat dan tidak dapat kita bayangkan bagaimana wujudnya, sedangkan surga terdekat pun kita lupa bahkan tidak mengetahui bahwa surga itu juga ada di dalam rumah kita sendiri.

Kita boleh merantau sejauh kaki melangkah, hingga di ujung belahan dunia sekalipun. Namun jangan pernah melupakan surga yang ada di rumah kita. Jika tidak sempat bertatap muka, bercengkrama manja, merasakan belaian kasih sayang mereka, bersandar di bahu mereka dan duduk di pangkuan mereka, kita yang jauh dari orangtua bisa bercengkrama lewat telepon.

Kedua orangtua adalah surga bagi kita. Tempat kita mengadu pilu, resah dan sedih ialah kedua orangtua. Maka ketika sudah sukses, jangan pernah lupakan mereka. Jangan lupa dan bagilah kabar sukses, bahagiamu, canda tawamu dan bahagiakanlah mereka dengan kata-kata manismu meskipun lewat telepon. Karena cengkramanya anak kepada kedua orangtua bukanlah gombalan, dan tidak akan dibilang gombal oleh kedua orangtua. Bercengkrama kepada kedua orangtua adalah pribahasa yang murni, bukan gombalisasi.

Saya juga suka duduk di samping teman yang sedang menelepon dengan orangtuanya dan ia juga tidak keberatan saya mendekatinya dan duduk di sampingnya. Saya mendengarkan lantunan kata manis-manjanya kepada kedua orangtuanya, kata-kata yang mengunggah jiwa, dan itu murni lagi-lagi bukan gombal alias basi.

Surga yang dirindukan adalah kedua orangtua.

Ada sebuah cerita dari anak yang sukses. Dia seorang pengusaha, karyawannya banyak. Bahkan setiap tahun ia meng-umrohkan karyawannya dan hampir setiap tahunnya ia berangkat haji.

Sehingga seorang pemuda lain pun yang sedang duduk di dekatnya pada sore itu berkata padanya, “Luar biasa ibadahmu!” Pemuda itu pun berkata, “Saya mau masuk surga” Temannya yang duduk di sampingnya tersenyum mendengarnya, dan tidak lama kemudian sedang asiknya mengobrol, handphonenya berdering, tetapi dia tidak mengangkatnya. Berbunyi lagi dan berbunyi lagi tetapi tetap tidak pernah di angkatnya. Temannya berkata, “Angkat…”

Dia menjawab, “Tidak usah, biar saja, ganggu!”. Tidak lama kemudian handphone itu kembali berbunyi, lalu temanya berkata, “Tidak apa-apa, lebih baik di angkat.”

Namun, temanya malah berkata, “Nanti saja saya urus, bisa saya telepon balik kok.”

Karena temannya penasaran, lalu temannya mengambil handphonenya ternyata dilayarnya tertulis ibunya yang menelpon. Lalu ia sodorkan handphone itu kepada temanya, berkata “Angkat!” Maka dengan sangat terpaksa pemuda Pengusaha itu mengambil handphone itu lalu dia mengangkatnya. Dan dia bilang, “Ada apa bu?”

Ibunya menjawab, “Nak, ibu rindu sama kamu, ibu kangen, datang ke rumah sebentar saja. Ibu mau bertemu kamu, ibu ingin melihat wajahmu. ”

Pemuda itu pun menjawab, “Buk, saya lagi banyak urusan, saya sibuk! Saya banyak pekerjaan, kapan-kapan lah saya datang ke rumah.”

Ibunya menjawab, “Sekali-sekali saja nak.”

“Ya nanti saja bu…”

Lalu ia mematikan handphonenya.

Ketika temannya yang duduk dengannya sore itu sampai di rumah, malam tiba dan temannya itu dikagetkan oleh sebuah telepon yang ternyata adalah dari temannya yang bertemu sore itu (Pemuda Pengusaha). Dia bicara dengan nada yang begitu keras, sehingga temannya tidak bisa mendengar bahwa ia bicara apa, dan temannya bertanya, “Ada apa?”

“Ibu saya meninggal dunia,” jawab pemuda Pengusaha itu.

Innalillahi wa inna ilaihi roji’un…

Para pembaca teman-teman yang InsyaAllah dimuliakan Allah,…

Kita selalu mencari surga-surga yang jauh, pergi haji berkali-kali, memberi makan anak yatim begitu banyak, amal begitu murah hati dan puasa senin kamis setiap minggu, tetapi kita lupa surga kita yang begitu dekat, begitu mudah kita dapatkan, kita lupakan!

Surga tersebut ada di rumah kita, surga yang paling mudah dan paling cepat kita dapatkan adalah orangtua kita.

*Cerita ini diambil (saya tulis kembali) dari sebuah film yang berjudul, ” Ada Surga di Rumahmu”

Teman-teman semuanya, mari kita raih surga terdekat kita.

Yang lagi jauh dari orangtua, ayo…telepon mereka.

Yang lagi rajin ngaji di Pesantren, orangtua gak bisa datang ke pesantren karena jauh, pinjam handphone ustadz/ustadzah atau hp wartel, telpon surga kita.

Yang lagi kuliah dan ngekos, mari kita telpon surga kita.

Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Oleh: Muhammad Daud Farma
ulviyeturk94@gmail.com

ISLAMPOS

Baca Buku-Buku Sunnah Digital dari HP Adroid Anda, undu dan instal aplikasinya di sini!