tahudi

Tafsir Al-Quran: Pandangan Yahudi tentang Kehidupan Dunia

Al-Quran banyak mengulas kaum Yahudi, yang disebut manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia),di bawah ini tafsir Al-Quran Surat Al-Baqarah tentang kehidupan Yahudi

KAUM YAHUDI dan Bani Israil banyak diulas dalam Al-Quran.  Di antara surat yang banyak mengulas sifat dan kehidupan mereka adalah Surat Al-Baqarah, di bawah ini.

قُلْ اِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الْاٰخِرَةُ عِنْدَ اللّٰهِ خَالِصَةً مِّنْ دُوْنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْن َ ۞وَلَنْ يَّتَمَنَّوْهُ اَبَدًاۢ بِمَا قَدَّمَتْ اَيْدِيْهِمْ ۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢ بِالظّٰلِمِيْنَ ۞ وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛوَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛيَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَلْفَ سَنَةٍۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَابِ اَنْ يُّعَمَّرَۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا يَعْمَلُوْنَ ࣖ ۞

“Katakanlah (Muhammad), “Jika negeri akhirat di sisi Allah, khusus untukmu saja bukan untuk orang lain, maka mintalah kematian jika kamu orang yang benar.” Tetapi mereka tidak akan menginginkan kematian itu sama sekali, karena dosa-dosa yang telah dilakukan tangan-tangan mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang zalim. Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka, ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS:al-Baqarah { 2 } : 94-96)

Cinta dunia

Ayat 94-96 dalam Surat al-Baqarah ini membahas tentang pandangan Yahudi terhadap kehidupan dunia dan akhirat. Hal itu bisa dijelaskan dalam poin-poin di bawah ini :

(A).  Kaum Yahudi mengklaim (mengaku-ngaku) bahwa mereka adalah putra-putra Allah dan kaum pilihan yang dicintai Allah. Allah Subhanahu wa ta’ala menceritakan perkataan mereka :

نَحْنُ اَبْنٰۤؤُا اللّٰهِ وَاَحِبَّاۤؤُهٗ

“Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih kekasih-Nya.” (QS:al-Maidah { 5 } : 18)

Mereka juga mengklaim bahwa tidak akan masuk surga kecuali kelompok mereka saja. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَقَالُوْا لَنْ يَّدْخُلَ الْجَنَّةَ اِلَّا مَنْ كَانَ هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى ۗ

“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, “Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau Nasrani.”  (QS:al-Baqarah { 2 } : 111)

Seandainya mereka masuk neraka pun karena dosa-dosa mereka, mereka mengklaim tidak akan lama di neraka, melainkan hanya beberapa hari saja. Allah Subhanahu wa ta’ala  berfirman :

وَقَالُوْا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ اِلَّآ اَيَّامًا مَّعْدُوْدَةً ۗ قُلْ اَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللّٰهِ عَهْدًا فَلَنْ يُّخْلِفَ اللّٰهُ عَهْدَهٗٓ اَمْ تَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

“Dan mereka berkata, “Neraka tidak akan menyentuh kami, kecuali beberapa hari saja.” Katakanlah, “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah, sehingga Allah tidak akan mengingkari janji-Nya, ataukah kamu mengatakan tentang Allah, sesuatu yang tidak kamu ketahui?”  (QS:al-Baqarah { 2 } : 80)

(B). Di sisi lain kaum Yahudi adalah kaum yang sangat mencintai dunia dan rakus untuk mendapatkannya. Bahkan saking rakusnya, mereka ingin menikmati dunia sampai 1000 tahun lagi.

Allah Subhanahu wa ta’ala  berfirman :

وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ

“Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia).” (QS:al-Baqarah { 2 } : 96)

(C). Oleh karenanya, Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk menguji klaim mereka bahwa mereka adalah satu-satunya kelompok yang akan masuk surga dan mereka adalah kekasih-kekasih Allah, mereka diuji untuk bercita-cita mati.

Arti “tamanna  al-Maut”

Para ulama berbeda pendapat di dalam menafsirkan ”Tamanna al-Maut.”

Pendapat pertama

Tamanna al-Maut artinya mintalah kematian yang mengantarkan kepada kenikmatan abadi yang dikhususkan bagi kalian. Hal itu karena seseorang yang meyakini dirinya adalah ahli surga, tentunya akan lebih memilih kematian dari pada hidup di dunia yang penuh masalah dan ujian ini.

Pendapat pertama ini lemah, karena tidak mesti orang yang shalih atau orang yang menyakini dirinya ahli surga lantas ingin segera mati. Justru sebaliknya banyak orang shalih yang ingin hidup panjang untuk memperbanyak amal shalih yang akan menambah bekal nanti di akhirat. Dan ini sesuai dengan Hadist Abdulah bin Busr Radhiyallahu Anhu:

 عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُسْرٍ أَنَّ أَعْرَابِيًّا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ

“Dari ‘Abdullah bin Busr, seorang badui bertanya: Wahai Rasulullah, siapa orang terbaik itu? Rasulullah ﷺ menjawab : “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya”.” (HR: at-Tirmidzi, 2251)

Pendapat kedua

Pada ayat di atas artinya : “Doakan kematian bagi salah satu pihak, terutama kalian yang paling dusta klaimnya (pengakuanya).” Hal ini sering disebut “al-Mubahalah” yang sering diartikan juga “saling mendoakan keburukan atau kematian atau kehancuran bagi lawan debatnya yang berbohong atau tidak jujur.” Biasanya “al-Mubahalah” digunakan dalam perdebatan penting terutama masalah akidah seperti antara umat Islam dan orang kafir, sebagaimana yang dilakukan Nabi ﷺ ketika berdebat dengan Para Pendeta Nasrani dari daerah Najran tentang  Nabi Isa Alaihi as Salam.

Sayangnya sebagian umat Islam pada hari ini salah dalam menerapkan “al-Mubahalah”, ketika berselisih dengan kawannya dalam hal-hal yang tidak penting dari prinsip pun mereka menggunakan “al-Mubahalah” padahal konsekuensinya sangat berat, mendoakan kehancuran temannya sesama muslim.

Ketika kaum Yahudi diminta untuk bercita-cita mati atau saling mendoakan kehancuran bagi yang berdusta, mereka tidak mau melaksanakannya, karena mereka takut bahwa sebenarnya mereka berdusta atas klaim (pengakuan) mereka, dan karena sebenarnya mereka sangat mencintai dunia. Mereka sadar bahwa mereka telah banyak berbuat dosa.

Maka kaum Yahudi sering disebut kaum yang sangat takut mati atau pengecut. Seandainya mereka berperang, selalu berada dibalik benteng.

Allah Subhanahu wa ta’ala  berfirman :

لَاَنْتُمْ اَشَدُّ رَهْبَةً فِيْ صُدُوْرِهِمْ مِّنَ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَفْقَهُوْن َ ۞ لَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ جَمِيْعًا اِلَّا فِيْ قُرًى مُّحَصَّنَةٍ اَوْ مِنْ وَّرَاۤءِ جُدُرٍۗ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ ۗ تَحْسَبُهُمْ جَمِيْعًا وَّقُلُوْبُهُمْ شَتّٰىۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَۚ۞

“Sesungguhnya dalam hati mereka, kamu (Muslimin) lebih ditakuti daripada Allah. Yang demikian itu karena mereka orang-orang yang tidak mengerti. Mereka tidak akan memerangi kamu (secara) bersama-sama, kecuali di negeri-negeri yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu padahal hati mereka terpecah belah. Yang demikian itu karena mereka orang-orang yang tidak mengerti.” (QS:al-Hasyr { 59 } : 13-14)

Begitu juga terdapat atsar Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu yang menyebutkan, “Sekiranya kaum Yahudi menginginkan kematian, niscaya mereka mati dan melihat tempat mereka di neraka.”

‘Hidup seribu tahun’

وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛوَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛيَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَلْفَ سَنَةٍۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَابِ اَنْ يُّعَمَّرَۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا يَعْمَلُوْنَ ࣖ

“Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari  mereka, ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS:al-Baqarah { 2 } : 96).

Tafsir dalam ayat di atas menjelaskan bahwa kaum Yahudi adalah kaum yang sangat mencintai dunia dan takut mati. Bahkan mereka ingin hidup seribu tahun lagi, maksudnya ingin hidup selamanya. Karena mereka tahu jika mereka mati, tempat mereka adalah neraka.

Bahkan kerakusan kaum Yahudi terhadap dunia ini lebih dibanding orang-orang musyrik. Perbedaan antara dua kelompok tersebut bahwa Kaum Yahudi mengatakan adanya hari kebangkitan dan hari kiamat sedangkan kaum musyrikin tidak percaya adanya hari akhir.

Kaum Yahudi walaupun diberi tangguh sampai seribu tahun lamanya, tetapi hal itu tidak menyelamatkan mereka dari adzab yang pedih. Allah Subhanahu wa ta’ala  berfirman :

وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛوَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛيَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَلْفَ سَنَةٍۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَابِ اَنْ يُّعَمَّرَۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا يَعْمَلُوْنَ ࣖ

“Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka, ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka- dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS:al-Baqarah { 2 } : 96)

Salah satu lirik nasyid anak-anak mengambil tulisan dari ayat diatas. Lirik tersebut berbunyi “Walapun hidup seribu tahun, kalau tak sembahyang (shalat) apa gunanya!” Semoga Allah menjauhkan kita dari adzab api neraka, Amin. Wallahu A’lam.*/Tafsir An-Najah diasuh Dr Ahmad Zain an-Najah, Pusat Kajian Fiqih Indonesia (PUSKAFI)

HIDAYATULLAH