6 Nasehat Ibnu Qayyim untuk Kaum Muda dan Milenial

AL-HAFIZ IBNU RAJAB menggambarkan Ibn Qayyim al-Jauziyah sebagai, seorang ulama yang menguasai ilmu tafsir yang tiada duanya, menguasai ushuluddin hingga puncaknya, menguasai ilmu hadits, baik makna maupun fikihnya, bahasa Arab. Ibnu Qayyim melahirkan murid-murid besar seperti Ibnu Rajab al-Hambali, Ibnu Katsir dan banyak karya tulis.

Berikut ini sedikit curahan ilmu dari beliau untuk menjadi nasehat, pengingat dan bimbingan kepada anak muda dan kaum milenial.

#1. Mengetahui Tujuan Penciptaan Diri

Tujuan kita diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah s.w.t tanpa menyekutukan-Nya (syirik) dengan apapun.

Para Nabi dan Rasul diutus untuk menyampaikan hal ini kepada umat manusia. Firman Allah (artinya):

وَمَنْ يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ (١٣٠) إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ (١٣١) وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (١٣٢) أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (١٣٣)

“Dan tidak ada yang membenci agama Ibrahim (Islam), melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri. Sungguh, Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang-orang yang saleh.  Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.”  Dan Ibrahim mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini[6] untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim”.

Apakah kamu hadir ketika Ya’qub hendak dijemput oleh maut[9], ketika dia berkata kepada anak-anaknya[10], “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Mahaesa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (Surah al-Baqarah: 130-133).

#2. Memahami Arti Ibadah

Ibadah bukan hanya sekedar shalat, puasa, zakat, haji dan lain-lain tetapi mencakup semua aspek kehidupan termasuk kematian.

Firman Allah (artinya):

قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (١٦١) قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (١٦٢) لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).” (Surah al-An’am: 162-163).

Menurut Ibn Qayyim, sebagian ulama mendefinisikan ibadah sebagai;  “Kata-kata yang meliputi segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah, baik perkataan atau perbuatan, lahiriah, maupun batiniah.”

#3. Tekankan Perlunya Ibadah

Firman Allah (artinya):

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

مَآ أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَآ أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ

إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلرَّزَّاقُ ذُو ٱلْقُوَّةِ ٱلْمَتِينُ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.  Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.   Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS: Az Zariyyat: 56-58)

Ibadah lebih penting dibanding hal lain di dunia ini seperti makan dan minum karena ibadah berfungsi untuk menopang jiwa dan seluruh tubuh.  Ini bukan kegiatan untuk manusia saja, tetapi untuk semua makhluk. Ibadah tidak membawa manfaat bagi Allah yang memang Maha Kaya.

Tapi, ibadah itu bermanfaat bagi makhluknya karena akan mensucikan dan menghilangkan segala penyakit hati dan syahwat.

#4.  Utamakan Niat

Ibadah tidak akan diterima kecuali ada keikhlasan dan mutaba’ah (menurut) Nabi s.a.w.  Semua amal kita hanyalah satu amalan kecuali jika kita melakukannya dengan niat untuk mendukung ketaatan kepada Allah dan menunjukkan nikmat-Nya kepada-Nya.

Oleh karena itu, kita akan diberi imbalan atas tindakan itu.

عَنْ أَبِى ذَرٍّ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالُوا لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالأُجُورِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ بِفُضُولِ أَمْوَالِهِمْ. قَالَ « أَوَلَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُونَ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأْتِى أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ « أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِى الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Sesungguhnya sebagian dari para sahabat Rasulullah ﷺ berkata kepada Nabi ﷺ, “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya lebih banyak mendapat pahala, mereka mengerjakan shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka bershodaqoh dengan kelebihan harta mereka”. Nabi ﷺ bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu sesuatu untuk bershodaqaoh? Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah shodaqoh, tiap-tiap tahmid adalah shodaqoh, tiap-tiap tahlil adalah shodaqoh, menyuruh kepada kebaikan adalah shodaqoh, mencegah kemungkaran adalah shodaqoh dan persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah shodaqoh“. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya, ia mendapat pahala?” Rasulullah ﷺ  menjawab, “Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia berdosa. Demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia mendapat pahala”.  (HR. Muslim no. 2376)

#5.  Megingat Diri Tentang Siapa yang Kita Sembah

Menurut Ibnu Qayyim; “Menyembah Allah s.w.t adalah ibadah yang paling mulia, paling suci, paling agung dan tertinggi. Sedangkan menyembah selain-Nya adalah syirik, kesesatan dan kerugian di dunia dan akhirat.”

Firman Allah (artinya):

إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ أَنتُمْ لَهَا وَٰرِدُونَ

“Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya.” (QS:Surat al Anbiya: 98)

#6. Menghindar dari Syirik Mahabbah

Kaum muda adalah tempatnya produktifitas dan berkarya. Di sini urusan dunia sering menggoda, karenanya Nabi mengingatkan soal ini.

Rasulullah Muhammad ﷺ bersabda;

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, berkata:” Rasulullah ﷺ bersabda:

« تعس عبد الدينار والدرهم والقطيفة إن أعطي رضي وإن لم يعط لم يرض »

“Binasalah (semoga binasa) hamba dinar, dirham, kain tebal dan sutra. Jika diberi maka ia ridha jika tak diberi maka ia tak ridha.” (HR: al-Bukhari).

Amal ibadah selain Allah tidak hanya menyembah berhala, atau percaya kuburan saja. Bahkan termasuk rasa cinta terhadap sesuatu yang setara dengan cinta kita kepada Allah juga masuk amal yang tidak diridhoi Allah.

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ ٱللَّهِ ۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ إِذْ يَرَوْنَ ٱلْعَذَابَ أَنَّ ٱلْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعَذَابِ

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya.” (niscaya mereka menyesal).” (QS: Al Baqarah: 165).*

HIDAYATULLAH