9 Alasan Heraclius Yakin Muhammad adalah Seorang Nabi

Dilansir di aboutislam.net, Selasa (7/12), setelah Perjanjian Hudaibiyah, Nabi mengirim banyak surat kepada para pemimpin dan penguasa tetangga untuk mengajak mereka masuk Islam. Dia mengirim Dihyah al-Kalbi dengan surat yang ditujukan kepada Kaisar Romawi Timur Heraclius. Dia memerintah wilayah Timur Tengah yang luas pada waktu itu.

Surat ini mungkin dikirim kepadanya pada tahun 628 M. Heraclius sedang berada di Yerusalem pada waktu itu untuk merayakan kemenangannya atas Persia. Surat itu diberikan kepada gubernur Busra, yang menyampaikannya kepada Kaisar. 

Kaisar tertarik dengan surat yang mulia ini. Dia ingin tahu lebih banyak tentang orang yang mengiriminya surat ini dan apakah dia benar-benar utusan Allah. Pada saat Rasulullah mengadakan gencatan senjata dengan Abu Sufian dan orang-orang kafir Quraisy. Jadi Abu Sufian dan teman-temannya pergi ke Heraclius di Ilya’ (Yerusalem). 

Heraclius memanggil mereka di pengadilan. Heraclius berkata kepada penerjemahnya untuk menyampaikan kepada Rasulullah tentang alasan keyakinannya bahwa Rasulullah adalah utusan Allah:

Pertama, dia bertanya tentang keluarganya dan jawaban Abu Sufyan adalah bahwa dia termasuk keluarga bangsawan. Faktanya, semua Rasul berasal dari keluarga bangsawan di antara bangsanya masing-masing.

Kedua, dia bertanya apakah ada orang di antara kaum anda yang mengklaim hal seperti itu, dan jawaban Abu Sufyan tidak. Jika dia menjawab ya, Heraclius akan berpikir bahwa orang ini meniru perkataan orang sebelumnya. 

Ketiga, dia bertanya apakah salah satu dari nenek moyangnya adalah seorang raja. Jawaban Abu Sufyan adalah tidak. Jika dia menjawab ya, Heraclius akan berpikir bahwa pria itu ingin mengambil kembali tahta kerajaan leluhurnya.

Keempat, dia  lebih lanjut bertanya apakah dia pernah dituduh berbohong sebelum dia mengatakan apa yang dia katakan, dan jawaban Abu Sufyan tidak. Jadi Heraclius bertanya-tanya bagaimana seseorang yang tidak berbohong tentang orang lain bisa berbohong tentang Allah.

Kelima, dia kemudian bertanya apakah orang kaya mengikutinya atau orang miskin. Abu Sufyan menjawab bahwa orang miskinlah yang mengikutinya. Faktanya, orang miskin selalu menjadi pengikut para Rasul.

Keenam, dia bertanya apakah pengikutnya bertambah atau berkurang. Abu Sufyan menjawab bahwa mereka meningkat.  Sesungguhnya, inilah jalan iman yang benar, sampai sempurna dalam segala hal.

Ketujuh, dia bertanya apakah ada orang yang setelah menerima agamanya menjadi tidak senang dan meninggalkan agamanya. Jawaban Abu Sufyan adalah tidak. 

Sesungguhnya inilah tanda iman yang sejati, ketika kenikmatannya menembus lubuk hati yang terdalam 

Kedelapan, dia bertanya apakah dia pernah berkhianat dan jawaban Abu Sufyan tidak. Demikian juga, para Rasul tidak pernah berkhianat.

Kesembilan, dia bertanya apa yang dia perintahkan untuk Abu Sufyan lakukan, dan jawaban Abu Sufyan adalah dia memerintahkan untuk menyembah Allah, dan tidak menyembah apa pun bersama-Nya dan melarang untuk menyembah berhala dan memerintahkan untuk berdoa, berbicara kebenaran dan menjadi suci. 

Jika apa yang Abu Sufyan katakan itu benar, dia akan segera menempati tempat ini. Heraclius tahu dari tulisan suci bahwa dia akan datang tetapi dia tidak tahu bahwa Rasulullah akan datang dari bangsa arab.

Jika Rasulullah bisa menghubunginya, Heraclius akan segera pergi menemuinya dan jika dia bersamanya, Heraclius pasti akan membasuh kakinya.

IHRAM