Ikhlas Berbuat Baik

ADA cerita tentang seorang santri yang sudah pulang ke rumah setelah dua tahun belajar di sebuah pesantren. Santri ini seorang yang rajin dan salehah. Sebelum ikut pesantren dia sudah rajin beribadah, maka tidak heran apabila sesudah lulus dari pesantren dia pun semakin rajin.

Lalu, setibanya di rumah dia bangun pagi-pagi untuk salat Tahajud, selanjutnya menyapu, mengepel lantai, mencuci piring, dan memasak air. Menjelang subuh, setelah semuanya selesai, dia beranjak beristirahat di sofa dan tertidur.

Santri itu memiliki seorang adik yang baru duduk di sekolah dasar. Adiknya ini terbangun hendak pergi ke kamar mandi. Tiba-tiba dia terpeleset ringan, dengan tangannya yang menempel pada kain pel yang ada di pinggir. Pada selang waktu yang sama, orangtua mereka juga terbangun. Orangtuanya menyangka kalau adiknya ini sedang mengepel dan bersih-bersih rumah.

Maka, disanjung dan dipujilah adik. Adapun santri yang tertidur di sofa tadi, dia dibangunkan oleh orangtuanya sambil dimarahi. Percuma saja menjadi santri dan tidak ada gunanya dua tahun belajar di pondok pesantren katanya. Dia dianggap tidak bisa lebih baik dari adiknya yang masih kecil.

Apabila kita mengalami kejadian serupa, kita tidak perlu membela diri, sakit hati, apalagi berbalik menyakiti, Sesungguhnya, Allah melihat semua yang kita lakukan dan Allah pasti senang melihat kita berbuat baik.

Allah Ta’ala yang membangunkan adik dan orangtuanya, lalu membuat sang adiknya terpeleset saat dia tertidur kelelahan. Semua itu merupakan ujian keikhlasan bagi santri tersebut. Pada waktunya, Allah akan membukakan kenyataan sesungguhnya dan sangat mudah bagi-Nya untuk membeberkan seluruhnya.

Maka, apabila kita memiliki usaha jasa kepada orang lain, layanilah para pelanggan dengan baik. Semua kebaikan itu bukan bermaksud untuk menarik mereka datang kembali, tetapi cukup sebagai amal saleh agar Allah meridhai. Soal ramai atau tidak yang menggunakan jasa kita, serahkan kepada Allah karena Dialah yang mengatur segalanya.

La haula wala quwwata ila billah. Semua makhluk tidak memunyai daya dan upaya, termasuk hatinya. Kita tidak perlu berharap disukai orang lain karena tidak mungkin orang akan suka kepada kita apabila hatinya di balikan oleh Allah untuk tidak suka. Kita tidak perlu merekayasa atau melebih-lebihkan perbuatan agar dicintai orang karena Allah yang membo|ak-balik hati manusia.

Bagi para pedagang, berdaganglah dengan jujur dan berilah pelayanan terbaik tanpa bermaksud agar disukai pembeli, apalagi sampai menjelek-jelekkan pedagang saingannya. Bagi siswa-siswi yang ingin memuliakan guru, lakukanlah tanpa berharap disayang dan diberi nilai tinggi. Pastikan diri kita tidak berstrategi mencari perhatian guru.

Ada yang membeli atau tidak dagangan kita, terserah Allah yang menggerakkan. Diperhatikan atau tidak oleh guru, semua ilmu hanyalah Dia yang memiliki. Cukup ikhlas saja dalam berbuat baik. Yakinilah bahwa seluruh makhluk itu ada dalam genggaman Allah Ta’ala. Jika niatnya selain Allah, apa yang kita lakukan hanya akan berakhir dengan kegelisahan dan kekecewaan.

Begitu pula kalau ingin membersihkan rumah, kita jangan menunggunya saat ada tamu. Jika ingin membersihkan pekarangan dan lingkungan, bersihkan saja tanpa berharap piala Adipura. Ketika ingin berbuat baik dan menolong orang lain, kita tidak usah berharap dan menanti ucapan terima kasih. Kita berbuat baik tidak berurusan dengan bonus, kamera, dan pencitraan.

Jadi, dalam berbuat baik, membantu dan menolong urusan kita hanya kepada Allah Ta’ala. Perkara ganjaran dan rezeki serahkan kepada-Nya. Dengan begitu, Insya Allah hidup kita lebih tenang, tenteram, dan bahagia. Sekali pun. seandai orang yang ditolong atau dibaiki ma|ah menghina, kita tetap tenang.Tujuan kita hanyalah Allah Ta’ala. ‘Dan Dia bersamamu di mana pun kamu bemda.” (QS. al-Hadid [571:4).

Allah Mahadekat, Maha Melihat, dan Mahakuasa untuk memberi balasan dengan sempurna. Allah lebih tahu keperluan hidup kita dibanding diri kita sendiri. Adapun balasan dari-Nya tidak harus saat itu juga. Apabila datang waktu bagi Allah untuk memberi ganjaran, tidak ada seorang pun yang bisa menghalangi.

“Kalau kita berbuat baik, lalu dituduh tidak baik, tetaplah tenang. Allah Ta’ala pasti menyaksikan dan tidak akan menyia-nyiakan semua yang kita lakukan.” [*]

* Sumber: Buku Ikhtiar Meraih Ridha Allah Jilid 1

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar 

INILAH MOZAIK

Tersenyumlah…

SEMOGA Allah Swt Yang Maha Mendengar setiap bisikan yang ada di dalam hati kita, menggolongkan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang senantiasa antusias menjaga kebersihan hati. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada Rasulullah Saw.

Tersenyum adalah hal sederhana, malah sering dipandang sebagai hal yang remeh. Namun, jika tersenyum dilakukan dengan ikhlas dan dengan cara yang benar, ia bisa bernilai ibadah. Subhanallah, betapa lengkapnya Islam ini, hingga hal-hal kecil pun mendapat perhatian luar biasa.

Senyum adalah perbuatan ringan yang berdampak besar. Senyuman yang tulus bisa mencairkan suasana di antara dua orang yang sedang bermusuhan. Senyuman yang tulus pun bisa menularkan kebahagiaan pada orang-orang di sekitar kita. Senyuman yang tulus bisa mengeratkan persaudaraan.

Rasulullah Saw adalah orang yang paling banyak tersenyum dan paling baik senyumannya. Abdullah bin Al Harits bin Jazi pernah mengatakan, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang paling banyak senyumannya selain Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.” (HR. Tirmidzi)

Bertemu dan bertegur sapa dengan orang lain sambil tersenyum jauh akan lebih menentramkan daripada sambil cemberut. Bermuka masam selain menimbulkan rasa tidak enak bagi orang yang sedang kita hadapi, juga merupakan perbuatan yang tidak disukai oleh Allah Swt.

Bahkan, Allah Swt pernah mengingatkan Rasulullah Saw agar tidak bermuka masam kepada salah seorang sahabatnya yaitu Abdullah Ibn Ummi Maktum yang buta. Singkat kisah, Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa ketika itu Rasulullah Saw sedang berdialog dengan para pemuka kaum Quraisy. Lalu, datanglah Abdullah ibn Ummi Maktum yang meminta kepada Rasulullah Saw untuk diajarkan ayat-ayat Al Quran.

Masih menurut keterangan Ibnu Abbas, mungkin karena merasa terganggu dengan kedatangan Abdullah, Rasulullah Saw tidak sempat menghiraukan permintaan Abdullah itu. Nampak, wajah Rasulullah Saw agak masam dan melanjutkan dialognya dengan para pemuka Quraisy itu.

Kemudian, Allah Swt secara halus mengingatkan Rasulullah Saw dengan firman-Nya, “Dia bermuka masam dan berpaling. Karena datang kepadanya orang buta itu. Padahal adakah yang memberitahumu boleh jadi dia akan jadi orang yang suci.” (QS. Abasa [80] : 1-3).

Setelah ayat ini turun, barulah Rasulullah Saw tersadar akan kekhilafannya. Sejak peristiwa itu, Abdullah bin Ummi Maktum menjadi orang yang sangat disayangi oleh Rasullah Saw. Setiap kali beliau berhadapan dengan Abdullah ibn Ummi Maktum, beliau selalu menghadapinya dengan wajah yang berseri penuh senyuman. Ya, Rasulullah Saw. tersenyum tulus meski di hadapan sahabatnya yang buta. Subhanallah!

Saudaraku, ketika kita terjebak kemacetan, kemudian ada pengendara lain yang nampaknya menyerobot jalan atau menghalangi jalan kita, tentu kita merasa kesal. Tidak heran kalau ada yang melontarkan umpatan atau makian hingga kata-kata kasar. Tidak jarang juga yang berujung pertengkaran.

Padahal, jika mau sedikit saja menahan diri, melontarkan teguran secara hangat sembari memberikan senyuman, niscaya itu lebih produktif. Untuk diri kita sendiri hal itu bisa menurunkan ketegangan. Untuk orang lain hal itu bisa menentramkan suasana. Dua situasi yang sangat berbeda disebabkan satu hal yang sederhana. Maka, tebarkanlah senyuman.

Akan tetapi, hati-hati juga dengan senyuman. Jangan pula mengumbar senyuman kepada orang yang tidak tepat. Misalnya mengumbar senyuman kepada lawan jenis yang bukan mahram. Selain bisa menimbulkan fitnah, hal ini bisa menjadi pintu bagi kotornya hati kita. Selain itu, tahan pula diri kita dari tersenyum sinis. Karena senyuman sinis hanya akan menyinggung hati orang lain dan menimbulkan permusuhan.

Tersenyumlah secara tulus, proporsional dan dengan cara yang benar. Jangan tersenyum dengan dibuat-buat hanya demi menyenangkan hati atasan, atau demi memikat calon konsumen agar membeli dagangan kita. Tersenyumlah hanya karena mengharap ridha Allah Swt. Tersenyumlah dengan niat ibadah. Senyum yang tulus karena Allah akan bernilai ibadah karena termasuk sedekah.

Rasulullah Saw bersabda, “Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban).

Semoga Allah Swt. mengkaruniakan kebersihan hati kepada kita agar senantiasa semangat menebarkan keceriaan dan senyuman. Sehingga tali persaudaraan di antara kita semakin erat. Aamiin ya Allah ya Rabbal aalamiin.[smstauhiid]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar 

 

 

Jangan Saling Membenci (Tujuh Larangan Rasulullah-6)

FIRMAN Allah “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surge yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang- orang yang bertakwa. (yaitu) orang- orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang- orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang- orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali Imran [3]: 133-134)

Mengapa harus ada rasa saling benci jika kita ditakdirkan sebagai umat yang bersaudara satu sama lain. Persaudaraan yang jauh lebih mulia daripada persaudaraan karena ikatan darah, bahasa atau suku bangsa.

Mengapa harus ada rasa saling benci hanya karena kita berbeda daerah, berbeda suku, berbeda organisasi, berbeda partai, jika kita masih meyakini Allah sebagai satu- satunya Dzat Yang Maha Kuasa yang patut disembah. Mengapa kita saling membenci jika tuhan kita adalah sama yaitu Allah Swt dan Allah menegaskan bahwa kita bersaudara.

Sahabatku, sungguh tak ada alasan bagi kita untuk membenci saudara kita sendiri. Karena jangankan untuk membenci, kita malah tidak berhak berprasangka buruk sedikitpun kepada sesama dan muslim. Jikapun ada prasangka itu muncul, maka kita diharuskan untuk menepisnya dan sebisa mungkin mencarikan alasan agar kita tetap bisa berprasangka baik terhadapnya. Dengan diiringi itikad untuk tabayyun dan memberikan nasehat demi kebaikannya.

Tentu manusiawi jikalau kita mencintai seseorang atau membenci nya. Karena manusia diberikan karunia berupa perasaan. Akan tetapi islam diturunkan oleh Allah adalah sebagai pedoman untuk kita agar bisa mengendalikan setiap apapun karunia Allah kepada kita. Tak hanya rasa benci, bahkan rasa cinta pun perlu untuk dikendalikan.

Imam Ali bin Abi Thalibn radiyallahuanhu pernah berkata, “Cintailah orang yang engkau cintai sekedar nya saja, sebab boleh jadi bisa jadi kelak ia akan menjadi orang yang engkau benci. Dan, bencilah orang yang engkau benci sekedarnya saja, sebab bisa jadi kelak ia akan menjadi orang yang engkau cintai.”

Membenci janganlah disebabkan karena benci terhadap fisik, melainkan bencilah dikarenakan adanya tingkah laku atau kebiasaan yang tidak di ridhai Allah Swt. Bencilah perilaku, sifat yang tidak di ridhai-Nya, janganlah membenci orangnya. Sehingga rasa benci yang demikian akan mendorong seseorang untuk mengoreksi, mengingatkan dan memperbaiki saudaranya. Benci yang demikian hakikatnya adalah cinta.

Ketika sang ayah memukul anaknya karena tidak shalat sedangkan usia anaknya sudah melewati masa baligh, maka pukulan ayahnya bukanlah kebencian, melainkan rasa cinta. Jikapun pukulan sang ayah karena kebencian, maka kebencian itu kepada perbuatan tidak shalat, bukan kebencian kepada diri anaknya. Sang ayah memukul anaknya itu agar ia shalat, agar ia mendapat pelajaran dan keselamatan.

Bagaimana rasa mengelola rasa benci yang tidak jarang muncul di dalam hati kita terhadap seseorang. Saudaraku, kebencian kita biasanya dipicu karena ada hal pada dirinya yang tidak kita sukai. Padahal harus kita sadari, bahwa sangat sulit bahkan mustahil segala apa yang terjadi di dunia ini adalah hal- hal yang kita sukai. Apalagi setiap diri manusia bukanlah makhluk yang sempurna.

Trik yang bisa kita lakukan untuk menepis rasa benci pada seseorang adalah dengan melihat sisi lain dari diri orang itu. Karena seburuk- buruknya perilaku seseorang, ia pasti memiliki sisi baiknya. Bahkan bisa jadi kebencian kita padanya hanya disebabkan secuil perilaku kecilnya yang tidak sesuai dengan kita. Dibalik itu, boleh jadi justru amat banyak hal- hal baik yang akan kita sukai

Rasulullah Saw pernah bersabda, “Tidak boleh seorang mumin (suami) membenci seorang muminah (istrinya), bila dia tidak menyenangi satu dari perilakunya, dia tentu menyukai (perilakunya) yang lain.” (HR. Muslim, Shahih)

Apa pelajaran berharga dari hadits diatas. Hendaknya kita selalu siap menerima kenyataan bahwa orang yang memiliki hubungan dengan kita, baik itu pasangan, kerabat atau teman, tidaklah sempurna. Jika ada satu hal atau lebih yang tidak kita sukai dari dirinya, maka carilah sisi lain dari dirinya yang positif dan kita sukai. insyaAllah hal ini akan semakin mempererat persaudaraan kita dengannya

Dengan demikian, kita bisa terhindar dari perasaan saling membenci. Bahkan, kita bisa memiliki kemampuan mengelola rasa benci di dalam hati kita dan mengubahnya menjadi rasa cinta yang memperkokoh tali persaudaraan. [smstauhiid/bersambung]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

Fokus Selalu Berbuat Kebaikan

SAHABAT yang baik, Islam mengajarkan bahwa berbuat baik adalah sebagai ibadah, karena berbuat baik adalah amal yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala sukai.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “..Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Baqarah [2] : 195)

Mari kita senantiasa berbuat baik meskipun orang lain tidak peduli pada kebaikan kita. Karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa peduli pada sekecil apapun kebaikan yang dilakukan oleh hamba yang beriman kepada-Nya.

Tidak ada yang sia-sia, sekecil apapun amal kebaikan pasti ada perhitungan dan ganjaran yang berlipat ganda di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa lillaahitaala dalam beramal dan senantiasa antusias dalam berbuat kebaikan. Aamiin yaa Robbalaalamiin. [*]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar 

 

Sibuklah dengan Kebaikan Setiap Saat

SAUDARAKU yang baik, setiap perbuatan kita sejatinya pasti disaksikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Oleh karena itu, marilah kita menyibukkan diri dengan amal-amal kebaikan, termasuk amal-amal yang sepertinya kecil dalam pandangan manusia namun besar dalam pandangan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Barang siapa yang disibukan dengan kebaikan, insyaallah dia tidak akan disibukan dengan kemaksiatan. Tetapi barang siapa yang disibukan dengan kemaksiatan, akan sangat sulit untuk menjadi sibuk melakukan kebaikan.

Tetaplah berbuat baik meskipun orang lain tidak peduli pada kebaikan kita. Karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa peduli pada sekecil apapun kebaikan yang dilakukan oleh hamba yang beriman kepada-Nya.

Tidak ada yang sia-sia, sekecil apapun amal kebaikan pasti ada perhitungan dan ganjaran yang berlipat ganda di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa lillaahi taala dalam beramal dan senantiasa antusias dalam berbuat kebaikan. Aamiin yaa Robbalaalamiin. [*]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar |

 

Dosa Pertama Bernama Dengki

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanyalah milik Allah Swt. Dialah Allah, Dzat yang menghidupkan yang mati dan mematikan yang hidup. Dialah Allah, Dzat yang mencukupi seluruh makhluk di alam semesta ini secara tepat. Hanya kepada Allah kita berserah diri dan hanya kepada-Nya kita memohon perlindungan. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada kekasih Allah, baginda nabi Muhammad Saw.

Saudaraku, tentu kita sudah seringkali mendengar kisah kedurhakaan iblis kepada Allah Swt. Iblis membangkan terhadap perintah Allah yang memerintahkannya untuk sujud kepada nabi Adam a.s sebagai wujud penghormatan kepadanya dan ketaatan kepada Allah Swt. Akan tetapi iblis menolaknya karena kedengkian kepada nabi Adam. Iblis merasa dirinya lebih baik dibandingkan nabi Adam, karena ia tercipta dari api sedangkan nabi Adam tercipta dari saripati tanah.

Maka, akibat dari pembangkangannya itu, Allah pun murka kepada iblis. Padahal iblis lebih dahulu mengenal Allah dibandingkan nabi Adam. Iblis pun lebih dahulu taat kepada Allah dibandingkan nabi Adam. Akan tetapi, kebaikan-kebaikannya hangus sirna akibat rasa dengki terhadap nabi Adam a.s. Inilah peristiwa kedengkian yang terjadi pertama kali. Kemudian kita bisa melihat akibatnya seperti apa. Iblis menjadi makhluk terkutuk.

Saudaraku, jadi jangan merasa aman dengan ilmu yang sudah kita miliki atau dengan amal kebaikan yang sudah kita lakukan. Peliharalah diri kita dari perbuatan-perbuatan yang tidak disukai oleh Allah, karena boleh jadi perbuatan-perbuatan tersebutlah yang justru akan menghanguskan amal kebaikan diri kita sendiri.

Kisah lain yang juga mengingatkan kita akan bahaya dengki adalah peristiwa Habil dan Qobil. Dimana Qobil membunuh Habil. Peristiwa ini juga terjadi karena kedengkian, yaitu karena Qobil tidak terima Habil mendapatkan pasangan yang lebih cantik parasnya. Kedengkian telah merusak hatinya dan membutakannya sehingga terjadilah peristiwa pembunuhan itu.

Al Qurtubhi menerangkan, “Dengki adalah dosa yang pertama kali dilakukan di langit dan di bumi. Di langit adalah dengkinya iblis kepada nabi Adam a.s, dan di bumi adalah dengkinya Qobil kepada Habil.”

Dengki adalah sifat yang tidak disukai Allah dan bertentangan dengan petunjuk Rasulullah Saw. yang berpesan, “Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian sampai ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai bagi dirinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Semoga kita tergolong orang-orang yang selamat, yaitu yang senantiasa membersihkan hati dari bibit-bibit penyakit dengki. Aamiin yaa Robbal aalamiin. [smstauhiid]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

 

Yakin dengan Jaminan Allah

SAHABAT yang baik, pada dasarnya seluruh makhluk sudah dijamin rezekinya oleh Allah SWT. Allah SWT pasti tahu persis semua keperluan kita. Bahkan Allah SWT tahu sekali keperluan tubuh kita, yang jika kita pikirkan sangat banyak sekali kebutuhan tubuh ini yang setiap hari Allah SWT penuhi dan cukupkan.

Salah satu cara untuk yakin terhadap jaminan Allah SWT adalah lihat apa yang telah Allah SWT berikan dan cukupkan kepada kita selama kita hidup. Allah SWT berfirman, “Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaf 50: Ayat 16)

Jadi intinya, kita harus yakin bahwa tidak ada satupun kebutuhan kita yang tidak diketahui oleh Allah SWT, dan tidak ada satupun keadaan kita yang tidak diketahui oleh Allah SWT. [*]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar 

Berani Mengakui Kebaikan Orang Lain

SAHABATKU sekalian, beranilah mengakui kelebihan, jasa, dan kebaikan orang lain. Karena niscaya kita akan menjadi orang yang senantiasa selalu bersyukur.

Kelebihan orang pun bisa menjadi kelebihan kita. Hati pun akan tenang dan Alloh akan menambah banyak karunia kepada kita. Karena dengan kebaikan hati, yang senang dalam mengakui kelebihan jasa dan kebaikan orang lain.

Pendengki tidak akan suka melihat kebaikan orang, pendeki akan menderita melihat kebaikan orang lain. Dan kedengkian hanya akan mencelakakan dirinya sendiri.

Karena sungguh Allah tetap akan memberikan kepada siapapun yang Dia kehendaki, tanpa terhalang oleh kedengkian siapapun. [*]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Berani Melihat Dosa Sendiri

SAHABAT, semua kepahitan yang terjadi itu pasti diundang oleh dosa kita sendiri. Maka dari itu haruslah kita berani untuk melihat dosa sendiri, karena jika kita tidak pandai melihat dosa sendiri, maka akan sulit untuk bisa mengeluarkan air mata tobat.

Allah SWT berfirman,”Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imron [3] : 135)

Mengakui kekurangan dan kesalahan diri serta meminta maaf atasnya adalah sikap mukmin yang sejati. Sikap yang membuktikan bahwa tidak ada apapun yang ditakuti kecuali Allah SWT. Sungguh mulia sikap yang demikian dan semoga kita termasuk di dalamnya. Aamiin yaa Robbal aalamiin.[*]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Bersyukur di Dini Hari

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanyalah milik Allah Swt dan hanya kembali kepada-Nya. Tiada yang luput dari pengetahuan Allah suatu kejadian sekecil apapun. Tiada yang luput dari pendengaran Allah suatu pembicaraan sehalus apapun. Hanya kepada Allah kita akan kembali. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Allah Swt berfirman,“Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.”(QS. Al Isro [17] : 12)

Saudaraku, semoga kita menjadi hamba-hamba yang tenggelam. Tenggelam dalam rasa syukur kepada Allah Swt. Sehingga hati kita tidak pernah merasa kekurangan dari berbagai limpahan karunia Allah yang tiada bertepi. Sejak kita bangun tidur, bisa bernafas, beraktifitas hingga tidur kembali.

Setelah tidur di malam hari, kita masih diberi kesempatan untuk bangun kembali. Berarti kita masih diberi kesempatan untuk bertaubat, untuk memperbanyak amal kebaikan dan meningkatkan kualitasnya. Serta untuk menebar manfaat bagi lebih banyak orang.

Ketika mata kita kembali terbuka, panjatkanlah doa dan syukur kepada Allah karena mata kita masih bisa melihat langit-langit. Ketika telinga mendengar ayam berkokok, bersyukurlah karena telinga masih bisa mendengar. Ketika menggerakkan badan, bersyukurlah karena tulang-tulang dan jaringan otot masih bisa bekerja.

Ketika kita ke kamar kecil untuk memenuhi hajat, bersyukurlah karena racun-racun keluar dari tubuh kita. Ketika kita bertemu dengan air wudhu, bersyukurlah karena air masih tersedia dan tetesan air wudhu itu menggugurkan dosa-dosa kita. Dan, ketika kita mendirikan sholat subuh, bersyukurlah karena betapa Allah masih memberikan kita kesempatan merasakan nikmatnya bersujud kepada-Nya.Maa syaa Allah!

Saudaraku, dalam sebuah peristiwa yang seringkali nampak sepele dan tidak jarang luput dari perhatian kita, yaitu peristiwa bangun tidur di dini hari, sungguh berlimpah karunia Allah Swt jika kita tafakuri. Allah menolong kita untuk bisa melakukan rangkaian aktifitas sebagaimana disebutkan di atas.

Ketika melangkah ke masjid untuk sholat subuh berjamaah, bersyukurlah karena Allah masih memberikan kekuatan dan kemampuan untuk menggerakkan hati dan kaki kita. Dan, setiap langkah dicatat sebagai kebaikan oleh malaikat

Beruntunglah orang-orang yang bisa mensyukuri karunia Allah di dini hari. Tidak banyak orang mampu mensyukurinya dengan cara beribadah kepada-Nya. Tidak jarang orang yang malah mensikapi karunia Allah tersebut dengan berleha-leha, hanyut dalam buaian selimut dan lalai mendirikan sholat di awal waktu. Semoga kita tergolong hamba-hamba yang beruntung itu.Aamiin ya Robbal aalamiin. [smstauhiid]

INILAH MOZAIK