Kisah Abdullah Bin Salam Menunggu Datangnya Nabi Terakhir

Pria bernama asli Husain bin Salam ini pada mulanya adalah rabi Yahudi di Madinah. Dia kerap menyiarkan ajaran Musa kepada masyarakat setempat yang menghormatinya. Baik penyembah berhala, Kristen, maupun Yahudi, semuanya menganggap Husain sebagai tokoh rujukan.

Kepribadiannya yang kalem membuatnya pandai menyiasati keadaan, tak mudah emosi ketika menghadapi permasalahan. Ketika berurusan dengan suatu masalah dia akan memikirkannya dengan serius, terarah, dan terorganisasi.

Waktunya dihabiskan untuk beribadah dan mengajar. Sesekali dia menggarap kebun kurma hingga panen. Buah manis tersebut dijual di pasar. Mengetahui penjual kurma itu adalah Husain, masyarakat dengan senang hati membeli komoditas kebang gaan masyarakat Arab tersebut.

Mempelajari Taurat adalah kebutuhan baginya. Lembar demi lembar dia baca. Di dalamnya ada ajaran moral dan juga kisah para nabi yang penuh ibrah untuk masyarakat. Namun dia sangat terkejut ketika menemukan beberapa ayat membahas tentang kedatangan seorang nabi yang akan melengkapi pesan para nabi sebelumnya.

Ayat tersebut berbarengan dengan munculnya kabar kenabian Muhammad yang berasal dari Makkah. Ketika mendengar kemunculan Rasulullah, dia mulai mengajukan pertanyaan tentang namanya, silsilah, karakteristik, waktu dan tempatnya muncul. Dia mulai membandingkan informasi yang dimiliki dengan apa yang terkandung dalam Taurat.

Dari pertanyaan ini, saya menjadi yakin tentang kebenaran kenabian Rasulullah dan saya menegaskan kebenaran misinya. Namun, saya menyembunyikan kesimpulan saya dari orang Yahudi,” jelas dia.

Memeluk Islam

Kemudian datanglah hari ketika Nabi meninggalkan Makkah menuju Madinah tahun 622. Saat dia mencapai Yatsrib dan berhenti di Quba, seorang pria bergegas masuk ke kota, memanggil orang-orang dan mengumumkan kedatangan Nabi.

Pada saat itu, Abdullah berada di puncak pohon palem melakukan beberapa pekerjaan. Bibinya, Khalidah binti Harits, sedang duduk di bawah pohon. “Saat mendengar kabar tersebut, saya berteriak: ‘Allahu Akbar! Allahu Akbar!, Ketika bibi saya mendengar takbir saya, dia menyumpahi saya,” jelas dia.

Abdullah menjelaskan Rasulullah merupakan penutup nabi setelah Musa. Dia diutus dengan cara yang sama dengan Musa. Bibinya kemudian menanyakan mengenai Muhammad yang di bicarakan dalam Taurat. Rasulullah dikirim untuk menyampaikan kebenaran dari pesan nabi-nabi sebelumnya dan untuk melengkapi wahyu Allah.

“Tanpa penundaan atau keraguan, saya pergi menemui Nabi. Saya melihat kerumunan orang di depan pintunya. Saya Bergerak dalam kerumunan orang sampai aku mendekatinya,”jelas dia.

Yang pertama Rasulullah katakan adalah, Wahai manusia! Sebarkan ke damaian, Bagikan makanan, Berdoa semalaman saat orang biasanya tidur dan Anda akan masuk surga dalam damai.

Ketika Abdullah bin Salam mendengar kedatangan sang nabi di Madinah, dia datang kepadanya. Abdullah menatapnya dengan detail. Kemudian memeriksanya dan yakin bahwa wajahnya bukan penipu. Dia lalu mendekatinya dan membuat pernyataan iman bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.

Nabi berpaling kepadanya dan bertanya, Siapakah namamu? kemudian dijawab Al-Husain bin Sailam.

Rasulullah kemudian mengganti namanya menjadi Abdullah bin Salam. Nama baru itu dipakainya. Sejak itu, orang mengenalnya sebagai Abdullah. Pemberian itu merupakan bukti kepedulian Rasulullah kepada orang-orang yang mengakui kebenaran risalah yang dibawanya.

Mengajak keluarga memeluk Islam

Abdullah kemudian kembali ke rumah dan mengenalkan Islam kepada istri, anak-anak, dan seluruh anggota keluarga. Mereka semua menerima Islam, termasuk bibinya Khalidah yang saat itu adalah seorang wanita tua.

Namun, dia menasihati mereka untuk menyembunyikan keislaman mereka dari orang-orang Yahudi sampai Abdullah memberi mereka izin. Mereka pun setuju. Abdullah kembali kepada Nabi, dan berkata, Wahai Rasulullah Yahudi adalah orang (cenderung) memfitnah dan penuh kepalsuan. Saya ingin Anda mengundang tokoh mereka yang paling menonjol untuk bertemu kamu. Selama pertemuan itu, Anda harus menjauhkan saya dari mereka di salah satu ruangan Anda. Tanyakan kepada mereka tentang status saya di antara mereka sebelum mereka me nge tahui penerimaan saya terhadap Islam. Lalu ajak mereka memeluk Islam. Jika mereka tahu saya telah menjadi seorang Muslim, mereka akan mencela dan menuduh tanpa dasar dan memfitnah saya.”

Nabi kemudian menyembunyikannya di salah satu kamar. Tokoh Yahudi terkemuka diundang untuk mengunjungi Rasulullah. Dia memperkenalkan Islam kepada mereka dan mengajak mereka untuk beriman kepada Tuhan. Mereka mulai membantah dan berdebat tentang kebenaran ketika mereka menolak menerima Islam. Mereka menanyakan beberapa hal.

Apa status Al-Husain bin Salam di antara kalian? tanya Rasulullah Kemudian dijawab, dia adalah sayyid (pemimpin) dan anak pemimpin orang Yahudi. Dia adalah rabi dan alim, putra dari rabbi yang dikagumi.

‘Jika Anda tahu bahwa dia telah menerima Islam, maukah Anda menerima Islam juga?’ tanya Nabi.

Mereka menjawab, tidak mungkin al-Husain memeluk Islam. Dia adalah tokoh panutan yang konsisten menjalankan ajaran Taurat. Kemudian Abdullah muncul dengan memandang mereka dan mengumumkan bahwa dia telah menerima agama yang dibawa Muhammad.

“Demi Tuhan, Anda pasti tahu bahwa dia adalah utusan Tuhan dan Anda dapat menemukan kenabiannya, karakter yang dimilikinya, dan berbagai informasi tentang Muhammad di dalam Taurat,” jelasnya.

Abdulah menyatakan bahwa Muhammad adalah utusan Allah yang wajib diikuti. Kemudian mereka lang sung menghina Abdullah. Setelah memeluk Islam Abdullah bin Salam mempelajari Islam dengan jiwa yang haus akan pengetahuan.

Dia dengan penuh semangat mencurahkan perhatian pada Alquran dan menghabiskan banyak waktu untuk membaca dan mempelajari ayat-ayatnya yang indah dan agung.

Dia sangat terikat kepada Nabi yang mulia dan terus-menerus berada di dekatnya. Sebagian besar waktunya dia habiskan di masjid, terlibat dalam ibadah, belajar, dan mengajar. Dia dikenal karena cara mengajarnya yang mudah diterima banyak orang, bergerak, dan efektif.

Secara teratur di masjid Nabawi, Abdullah bin Salam dikenal di antara sahabat sebagai pria penghuni surga. Ini karena tekadnya untuk menjalani nasihat Nabi untuk terus berpegang teguh pada pegangan yang paling dapat dipercaya, yaitu kepercayaan dan kepasrahan sepenuhnya kepada Allah.

Abdullah bin Salam, Penghuni Surga yang Ada di Bumi

ABDULLAH bin Salam adalah salah seorang ulama kaum Yahudi di Madinah. Ketika Nabi SAW telah sampai di Madinah, ia penasaran dengan pengakuan kenabian beliau tersebut. Karena itu ia segera menemui beliau.

Sebagian riwayat menyebutkan, ia telah siap menyambut dan menemui beliau di Quba karena telah mengetahui rencana kedatangan beliau, riwayat lain ketika Nabi SAW telah tinggal di Madinah.

Ketika telah bertemu beliau ia berkata, “Sesungguhnya aku akan bertanya kepadamu tentang tiga hal, yang tidak diketahui kecuali oleh seorang Nabi. Yakni, apakah permulaan tanda-tanda kiamat, apakah makanan pertama yang dimakan penduduk surga, dan apa sebabnya anak menyerupai ayahnya dan juga ibunya?”

Nabi SAW tersenyum mendengar penuturan tersebut dan berkata bahwa Malaikat Jibril baru saja memberitahukan tentang perkara-perkara tersebut. Tetapi Abdullah bin Salam menyatakan bahwa Malaikat Jibril tersebut adalah musuh dari kaum Yahudi, karena itu ia tidak percaya dengan penuturannya.

Sekali lagi beliau tersenyum tanpa terlalu mendebatnya, kemudian bersabda, “Adapun permulaan tanda kiamat, adalah munculnya api yang mengumpulkan manusia dari arah timur ke barat. Dan makanan pertama dari penduduk surga adalah tambahan hati ikan Hut. Mengenai keserupaan seorang anak, apabila air mani (sperma) sang bapak mendahului air mani (sel telur) sang ibu, maka anak tersebut akan menyerupai bapaknya. Sebaliknya, jika air mani (sel telur) ibunya mendahului air mani (sperma) bapaknya, maka anak tersebut akan menyerupai ibunya.”

Begitu jawaban melalui Malaikat Jibril tersebut disampaikan, Abdullah bin Salam langsung mengucap syahadat untuk memeluk Islam tanpa sedikit pun keraguan. Kemudian ia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang Yahudi itu kaum pendusta. Jika mereka mengetahui keislamanku sebelum engkau bertanya kepada mereka, tentu mereka akan menyebutku pendusta.”

Tidak berapa lama, beberapa orang Yahudi mendatangi Nabi SAW, segera saja Abdullah bin Salam bersembunyi. Beliau bertanya kepada mereka, “Bagaimana kedudukan Abdullah bin Salam di antara kalian?”

Merekapun menjelaskan, “Dia adalah orang yang terpandai di antara kami, dan anak dari orang yang terpandai di antara kami. Dia adalah orang yang terbaik di antara kami, anak dari orang yang terbaik di antara kami.”

“Bagaimana pendapat kalian jika Abdullah bin Salam telah memeluk Islam?” Nabi SAW bertanya. Mereka menjawab, “Semoga Allah melindunginya dari hal tersebut. ”

Mereka mengulang ucapan tersebut sampai dua atau tiga kali. Segera saja Abdullah bin Salam keluar dari persembunyiannya dan mengucapkan syahadat menyatakan dirinya sebagai seorang muslim di hadapan kaumnya. Benarlah apa yang dikatakan Abdullah bin Salam sebelumnya. Segera saja mereka mencaci maki dirinya, dan berkata kepada Nabi SAW, “Dialah orang yang terburuk di antara kami, anak dari orang yang terburuk di antara kami.”

Sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash pernah menyatakan, bahwa Nabi SAW menyebutkan Abdullah bin Salam adalah seorang penghuni surga yang sedang berjalan di muka bumi. Abdullah bin Salamlah yang dirujuk sebagai saksi dari Bani Israil yang mengakui kebenaran Islam, seperti disebutkan dalam surah al Ahqaf 10 : “Wa syahida syahidun min bani israa-ila ‘alaa mitslihii fa aamanna” (Dan seorang saksi dari Bani Israil mengakui [kebenaran] yang serupa dengan [yang tersebut dalam] Al Quran lalu dia beriman).

Setelah keislamannya tersebut, Abdullah bin Salam mengajak dua keponakannya, Salamah dan Muhajir untuk memeluk Islam. Ia berkata, “Kalian berdua tahu bahwa Allah telah berfirman dalam Taurat, bahwa Dia akan mengutus dari keturunan Ismail, seorang Nabi bernama Ahmad. Siapa yang mengikutinya ia telah mendapat hidayah, dan siapa yang tidak iman kepadanya akan dilaknat. Hendaklah kalian memeluk Islam”

Maka Salamah memeluk Islam dan Muhajir menolaknya. Menurut satu riwayat, peristiwa ini menjadi asbabun nuzul dari Surah Al Baqarah ayat 130.

 

INILAH MOZAIK