Inilah Hadis Nabi yang Membuat Abu Hurairah Pingsan

Ulama besar kelahiran Khurasan Imam Abu Laits As-Samarqandi (wafat 373 H) dalam Kitab Tanbihul Ghafilin menceritakan kisah Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu (RA) yang pingsan saat hendak menyampaikan Hadis Nabi. Kisah ini berkaitan dengan keikhlasan dalam beramal saleh.

Imam Abu Laits mengisahkan cerita yang didapatnya dari beberapa ulama dengan sanad mereka yang langsung dari Uqbah bin Muslim dari Samir Al-Ashbahi. “Ketika masuk di Kota Madinah ia melihat seorang yang dikerumuni orang ramai, lalu bertanya: “Siapakah orang itu?” Orang-orang menjawab: “Itu Abu Hurairah RA”.

Maka saya mendekatinya dan ketika tidak ada lagi keramaian, saya pun bertanya kepadanya: “Saya tuntut engkau demi Allah, ceritakan kepadaku satu Hadis yang telah engkau dengar dan engkau ingat langsung dari Rasullullah SAW“.

Abu Hurairah berkata: “Duduklah, akan saya ceritakan kepadamu Hadis yang saya sendiri mendengar langsung dari Rasullullah yang waktu itu tidak ada orang lain bersama kami.” Kemudian Abu Hurairah menarik nafas panjang lalu pingsan. Setelah tersadar dari pingsan itu dia pun mengusap mukanya sambil berkata: “Aku akan ceritakan HadisRasullullah SAW“.

Kemudian Abu Hurairah menarik nafas yang berat lagi dan kembali pingsan. Agak lama kemudian ia tersadar dan mengusap wajahnya lalu berkata: “Rasullullah SAW bersabda: ‘Apabila hari Kiamat kelak maka Allah Ta’ala akan menghukum di antara semua makhluk dan semua ummat bertekuk lutut.

Yang pertama dipanggil adalah orang yang mengerti Al-Qur’an (ahli Qur’an), orang yang mati fisabilillah, dan orang kaya. Maka Allah Ta’ala menanyakan kepada para ahli Qur’an: “Tidakkah Aku telah memberitahu kamu apa yang Aku turunkan kepada utusan-Ku? Jawab orang itu: “Benar, ya Tuhanku”. “Lalu kau berbuat apa terhadap apa yang telah engkau ketahui itu?” Jawabnya: Saya telah mempelajarinya di waktu malam dan mengerjakannya di waktu siang. Allah berfirman: “Engkau dusta”. Lalu Malaikat juga berkata: “Engkau dusta, kau hanya ingin disebut Qari, ahli dalam Al-Qur’an, dan sudah disebut yang demikian itu.

Lalu dipanggillah orang kaya dan ditanya: “Engkau berbuat apa terhadap harta yang Aku berikan padamu? Jawabnya: “Saya telah menggunakan untuk membantu kaum keluarga dan bersedekah. Allah berfirman: “Engkau dusta. Para Malaikat pun berkata: “Engkau dusta, kau berbuat begitu hanya karena ingin disebut sebagai seorang dermawan dan sudah terkenal demikian”.

Lalu dihadapkanlah orang yang mati berhijad fisabilillah kemudian ditanya: “Kenapa engkau terbunuh?” Jawabnya: “Saya telah berperang untuk menegakkan agama-Mu sehingga terbunuh. Allah Ta’ala berfirman: “Engkau dusta. Malaikat juga berkata: Engkau dusta, kau hanya ingin disebut sebagai seorang pahlawan yang gagah berani dan sudah disebut sedemikian”.

Kemudian Nabi Muhammad SAW memukul lututku (pahaku) sambil bersabda: “Wahai Abu Hurairah, ketiga orang itulah yang pertama-tama dibakar dalam api neraka pada Hari Kiamat.” Kemudian berita itu sampai kepada Mu’awiyah maka ia menangis dan berkata: “Sungguh benar firman Allah Ta’ala dan sabda Rasulullah SAW”. Kemudian ia membaca Surah Hud ayat 15-16 yang berbunyi:

مَنۡ كَانَ يُرِيۡدُ الۡحَيٰوةَ الدُّنۡيَا وَ زِيۡنَتَهَا نُوَفِّ اِلَيۡهِمۡ اَعۡمَالَهُمۡ فِيۡهَا وَهُمۡ فِيۡهَا لَا يُبۡخَسُوۡنَ(15)‏
اُولٰٓٮِٕكَ الَّذِيۡنَ لَـيۡسَ لَهُمۡ فِىۡ الۡاٰخِرَةِ اِلَّا النَّارُ‌ ‌ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوۡا فِيۡهَا وَبٰطِلٌ مَّا كَانُوۡا يَعۡمَلُوۡنَ(16)

Artinya: Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.

Abdullah bin Haanif Al-Inthoki berkata: “Pada hari Kiamat apabila seseorang mengharap amalnya kepada Allah Ta’ala maka dijawab: “Tidakkah Kami telah membayar kotan pahalamu. Tidakkah Kami telah memberi tempat padamu dalam tiap majlis. Tidakkah Kami telah terangkat sebagai pimpinan/ketua, tidakkah telah Kami permudah jual belimu (yakni selalu dapat potongan harga jika membeli sesuatu) dan seterusnya.

Seorang hakim berkata: “Orang yang ikhlas ialah orang yang menyembunyikan perbuatan kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan keburukannya”. Pendapat lain menyebutkan: Puncak ikhlas ialah tidak ingin pujian orang”.

Dzinnun Al-Mishri ketika ditanya: “Kapankah seseorang diketahui termasuk pilihan Allah? Jawabnya: “Jika tidak meninggalkan istirahat dan dapat memberikan apa yang ada, dan tidak menginginkan kedudukan dan tidak mengharapkan pujian atau celaan orang. (Yakni dipuji tidak merasa besar dan dicela tidak merasa kecil).

Demikianlah pesan Hadis yang mengguncang hati dan membuat Abu Hurairah RA pingsan. Ketahuilah bahwa amal yang sedikit namun ikhlas lebih baik daripada amal yang banyak tetapi ingin dipuji orang. Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita orang-orang yang ikhlas dalam beramal.

Wallahu Ta’ala A’lam

KALAM SINDO


Berguru kepada Rasulullah

Siapa yang tak kenal Abu Hurairah? Sosok yang bernama asli Abdurrahman bin Shakhr ad-Dausi itu sampai saat ini dikenal sebagai periwayat hadis terbanyak. Tidak kurang dari 5.374 hadis terekam baik dalam ingatannya sehingga sampai kepada zaman kita.

Secara harfiah, namanya berarti ‘bapak kucing’. Namun, sebutan itu begitu disukai Abu Hurairah sendiri, terutama sejak Rasulullah SAW memanggilnya dengan nama demikian. Dalam buku Para Sahabat Nabi SAW karya Dr Abdul Hamid as-Suhaibani, disebutkan penuturan Abu Hurairah sendiri mengenai asal muasal julukan itu.

Dulu aku menggembala domba-domba keluargaku dan aku memiliki seekor kucing kecil. Pada malam hari, aku biasa meletakkan kucing tersebut di sebuah pohon, sedangkan pada siang hari aku membawanya pergi dan bermain-main dengannya. Maka, mereka memanggilku Abu Hurairah.

Di antara kunci keberhasilan Abu Hurairah menuntut ilmu, adalah kedekatannya dengan Sang Mahaguru, Muhammad SAW. Rasulullah adalah sumber ilmu yang tak habis-habis tempat Abu Hurairah menimba pengetahuan dan rasa iman.

Sempat ada satu perkara yang memberatkan hati Abu Hurairah. Ibundanya tercinta masih menyembah berhala dan menolak beriman kepada Allah. Bahkan, pada suatu hari sang ibu mencerca Nabi SAW dengan kata-kata yang tidak pantas. Abu Hurairah segera menemui Rasulullah SAW dengan air mata kesedihan.

Ada apa denganmu wahai Abu Hurairah? kata Nabi SAW. Wahai Rasulullah, aku mengajak ibuku masuk Islam, namun beliau menolak. Ia mengucapkan kata-kata tentang dirimu yang tidak aku inginkan, jawab Abu Hurairah.

Kemudian, Nabi SAW mengangkat kedua tangannya dan menggumamkan doa, Ya Allah, berikanlah hidayah kepada ibu Abu Hurairah. Betapa sukacitanya Abu Hurairah dengan doa Nabi SAW. Bergegas ia kembali ke rumahnya. Dalam sebuah riwayat diceritakan, Abu Hurairah menuturkan, Aku pulang berlari. Dan, ternyata pintu rumah tertutup dan aku mendengar gemericik air. Kemudian, aku membuka pintu dan mendengar ibuku mengucapkan syahadat.

Ucapan Nabi Muhammad SAW sering kali berbuah keberkahan. Dalam sebuah riwayat, dikisahkan bahwa pada suatu hari Rasulullah bersabda, Sesungguhnya tidak ada seseorang yang membentangkan kainnya di depanku hingga aku menyudahi kata-kataku, kemudian dia melipat kainnya itu kecuali dia mengingat apa yang aku katakan.

Mendengar Nabi SAW berujar demikian, Abu Hurairah membentangkan kain bergaris-garis miliknya hingga tepat ketika Nabi SAW menyelesaikan kata-katanya. Abu Hurairah melipat kainnya dan mendekapnya ke dada.

Maka, aku tidak lupa sedikit pun dari kata-kata Rasulullah SAW tersebut, kata Abu Hurairah mengenang.

Kedekatan yang begitu rutin dari Abu Hurairah terhadap Nabi SAW juga menjadi faktor utama di balik daya hafalnya dalam meriwayatkan ribuan hadis. Bahkan, diriwayatkan, ketika kaum Muhajirin sibuk dengan perniagaan di pasar, sementara di saat yang sama kaum Anshar sibuk bekerja di kebun-kebun, maka Abu Hurairah selalu menyertai Rasulullah SAW.

Karena itu, wajar bila Abu Hurairah mendengar apa yang belum didengar kaum Muslim dari Nabi SAW. Untuk kemudian, ia menghafal kata-kata dan tindakan Nabi SAW.

Aku melayani beliau (Nabi SAW), berperang bersama beliau, dan menunaikan ibadah haji, maka aku adalah orang yang paling mengetahui hadis Nabi SAW. Demi Allah, sebelumku telah ada orang-orang yang menyertai Nabi SAW. Mereka mengetahui kedekatanku dengan beliau, maka mereka bertanya kepadaku tentang hadis beliau, kata Abu Hurairah.

Demi Allah, tidak ada satu pun hadis di Madinah yang samar bagiku. Di samping itu, Abu Hurairah juga terpantik oleh surah al-Baqarah ayat 159-160, yang secara garis besar menegaskan laknat Allah bagi mereka yang menyembunyikan kebenaran.

 

REPUBLIKA

Tentang Masuk Islamnya Abu Hurairah

ADA yang bertanya, kapan Abu Hurairah masuk Islam? Ia mengaku membaca atau mendengar bahwa beliau masuk Islam sebelum peristiwa hijrah.

Ustaz Ammi Nur Baits, menjawab sbb:

Sebelumnya, kita perlu tahu sekelumit tentang latar belakang Abu Hurairah. Nama asli beliau Abdurrahman bin Shakr menurut pendapat yang paling kuat . Beliau berasal dari suku Daus dari Yaman. (Siyar Alam an-Nubala, 2/578).

Menurut banyak riwayat, orang yang mendakwahkan Islam di suku Daus adalah Thufail bin Amr ad-Dausi Radhiyallahu anhu, yang masuk Islam ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam masih di Mekah. Dan Abu Hurairah termasuk orang yang mengikuti ajakan Thufail.

Siapa Thufail ad-Dausi?

Sebelum menjawab kapan islamnya Abu Hurairah, terlebih dahulu kita buka identitas Thufail bin Amr ad-Dausi. Karena sosok beliau membantu menentukan masa Islamnya Abu Hurairah.

Dalam berbagai referensi sejarah, diantaranya at-Thabaqat al-Kubro karya Ibnu Sad, disebutkan biografi Thufail. Beliau adalah sosok yang terpandang, penyair ulung, sering dikunjungi orang. Beliau tiba di Mekah tahun ke-11 kenabian. Begitu tiba di Mekah, orang musyrikin menyambutnya, dan merekapun langsung mengingatkan beliau agar tidak dekat-dekat dengan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam,

Hai Thufail, kamu datang ke negeri kami. Di sini ada orang yang telah merepotkan kami, memecah belah persatuan kami, mengacaukan semua urusan kami. Ucapannya seperti sihir, bisa membuat seorang ayah membenci anaknya, seseorang benci saudaranya, dan suami istri bisa bercerai. Kami mengkhawatirkan kamu dan kaummu mengalami seperti apa yang kami alami. Karena itu, jangan sampai engkau mengajaknya bicara dan jangan mendengar apapun darinya.

Mereka terus-menerus mengingatkan Thufail, hingga beliau menyumbat telinganya dengan kapas ketika masuk Masjidil Haram. Ketika beliau masuk Masjidil Haram, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sedang shalat. Hingga Allah takdirkan, beliau mendengar sebagian bacaan shalat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Beliau semakin penasaran dan akhirnya menemui Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.

Setelah diajarkan tentang islam dan dibacakan sebagian ayat al-Quran, Thufail terheran-heran, hingga beliau tertarik masuk Islam dan langsung bersyahadat di depan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Lalu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam meminta kepadanya untuk mendakwahkan Islam kepada kaumnya.

Beliau meminta suatu tanda. Kemudian Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mendoakan, Ya Allah, berikanlah cahaya untuknya.

Allahpun memberikan tanda di depan dahinya. Namun Thufail khawatir, justru ini dianggap tanda buruk baginya. Kemudian cahaya itu dipindah ke ujung cemetinya. Cahaya ini menjadi penerang baginya di waktu malam yang gelap. (at-Thabaqat al-Kubro 4/237, ar-Rahiq al-Makhtum hlm. 105).

Ada dua pendapat ulama tentang kapan Abu Hurairah masuk Islam.

Pertama, Abu Hurairah Radhiyallahu anhu masuk Islam di awal tahun 7 Hijriyah. Bertepatan dengan peristiwa perang Khaibar. Dan inilah keterangan yang masyhur dari berbagai ahli sejarah.

Ibnu Abdil Bar mengatakan,

Abu Hurairah dan Imran bin Husain masuk Islam di tahun Khaibar. (al-Istiab, 1/374).

Keterangan lain, dari al-Khithabi,

Abu Hurairah masuk Islam tahun 7 Hijriyah. Beliau datang ke Madinah, sementara Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam masih di Khaibar. Sementara Amr dan Khalid bin Walid tahun 6 Hijriyah. (Gharib al-Hadits, 2/485).

Keterangan Ibnul Atsir,

Abu Hurairah Radhiyallahu anhu masuk Islam di tahun Khaibar, dan beliau ikut peristiwa Khaibar bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam kemudian selalu mendampingi Nabi dan selalu bersama beliau, karena keinginan untuk mendapatkan ilmu. Kemudian Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mendoakan kebaikan untuknya. (Usud al-Ghabah).

Kedua, sebagian ulama berpendapat bahwa Abu Hurairah masuk Islam sebelum peristiwa Khaibar. Berikut beberapa keterangan mereka,

Ibnu Hibban,

Abu Hurairah masuk Islam di suku Daus. Kemudian beliau datang ke Madinah, sementara Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam teah berangkat menuju Khaibar. Ketika itu, yang bertanggung jawab terhadap kota Madinah adalah Siba bin Urfuthah al-Ghifari. Ditugaskan untuk menggantikan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Abu Hurairah shalat bersama Siba, kemudian menyusul Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ke Khaibar, dan ikut peristiwa Khaibar bersama Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. (Shahih Ibnu Hibban, 11/187).

Kemudian keterangan al-Hafidz Ibnu Hajar, setelah beliau menceritakan islamnya Thufail,

Di kampung ad-Daus Thufail mendakwahkan kaumnya untuk masuk Islam, hingga ayahnya masuk Islam, namun ibunya menolak. Kemudian Abu Hurairah menerima ajakan beliau sendirian.

Menurut saya (Ibnu Hajar), ini menunjukkan bahwa Islamnya Abu Hurairah itu sejak awal. Bahkan Ibnu Abi Hatim menyebutkan bahwa Thufail datang ke Khaibar bersama Abu Hurairah. Seolah ini adalah kedatangan yang kedua. (Fathul Bari, 8/102)

Diantara ulama kontemporer yang menegaskan Islamnya Abu Hurairah sebelum peristiwa hijrah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ke Madinah adalah al-Adzami. Dalam catatan kaki untuk Shahih Ibnu Khuzaimah, beliau mengatakan,

Abu Hurairah masuk Islam beberapa tahun sebelum peristiwa hijrah. Namun beliau hijrah di masa peritiwa Khaibar. Anda bisa lihat biografi Thufail bin Amr ad-Dausi di kitab al-Istiab dan kitab al-Ishabah. (Taliq Shahih Ibn Khuzaimah, 1/280).

Keterangan yang lain juga disampaikan Dr. Muhammad Ajjaj al-Khatib dalam kitabnya Abu Hurairah, Rayatul Islam (Abu Hurairah, Bendera Islam),

Bahwa Abu Hurairah Radhiyallahu anhu masuk Islam dari awal, ketika beliau masih di kampung halamannya, mengikuti ajakan Thufail bin Amr. Dan itu terjadi sebelum hijrahnya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. (Abu Hurairah, Rayatul Islam, hlm 70).

Dari beberapa keterangan dan riwayat di atas, yang lebih mendekati, nampaknya Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, telah masuk islam ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam masih di Mekah. Hanya saja, beliau datang ke Madinah dan selalu menyertai Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ketika peristiwa perang Khaibar. Allahu alam. [konsultasisyariah]

Inilah.com

Dari Rasulullah, Abu Hurairah Menimba Pengetahuan dan Iman

Siapa yang tak kenal Abu Hurairah? Sosok yang bernama asli Abdurrahman bin Shakhr ad-Dausi itu sampai saat ini dikenal sebagai periwayat hadis terbanyak. Tidak kurang dari 5.374 hadis terekam baik dalam ingatannya sehingga sampai kepada zaman kita.

Secara harfiah, namanya berarti ‘bapak kucing’. Namun, sebutan itu begitu disukai Abu Hurairah sendiri, terutama sejak Rasulullah SAW memanggilnya dengan nama demikian. Dalam buku Para Sahabat Nabi SAW karya Dr Abdul Hamid as-Suhaibani, disebutkan penuturan Abu Hurairah sendiri mengenai asal muasal julukan itu.

Dulu aku menggembala domba-domba keluargaku dan aku memiliki seekor kucing kecil. Pada malam hari, aku biasa meletakkan kucing tersebut di sebuah pohon, sedangkan pada siang hari aku membawanya pergi dan bermain-main dengannya. Maka, mereka memanggilku Abu Hurairah.

Di antara kunci keberhasilan Abu Hurairah menuntut ilmu, adalah kedekatannya dengan Sang Mahaguru, Muhammad SAW. Rasulullah adalah sumber ilmu yang tak habis-habis tempat Abu Hurairah menimba pengetahuan dan rasa iman.

Sempat ada satu perkara yang memberatkan hati Abu Hurairah. Ibundanya tercinta masih menyembah berhala dan menolak beriman kepada Allah. Bahkan, pada suatu hari sang ibu mencerca Nabi SAW dengan kata-kata yang tidak pantas. Abu Hurairah segera menemui Rasulullah SAW dengan air mata kesedihan.

Ada apa denganmu wahai Abu Hurairah? kata Nabi SAW. Wahai Rasulullah, aku mengajak ibuku masuk Islam, namun beliau menolak. Ia mengucapkan kata-kata tentang dirimu yang tidak aku inginkan, jawab Abu Hurairah.

Kemudian, Nabi SAW mengangkat kedua tangannya dan menggumamkan doa, “Ya Allah, berikanlah hidayah kepada ibu Abu Hurairah.”

Betapa sukacitanya Abu Hurairah dengan doa Nabi SAW. Bergegas ia kembali ke rumahnya. Dalam sebuah riwayat diceritakan, Abu Hurairah menuturkan, “Aku pulang berlari. Dan, ternyata pintu rumah tertutup dan aku mendengar gemericik air. Kemudian, aku membuka pintu dan mendengar ibuku mengucapkan syahadat.”

Ucapan Nabi Muhammad SAW sering kali berbuah keberkahan. Dalam sebuah riwayat, dikisahkan bahwa pada suatu hari Rasulullah bersabda, Sesungguhnya tidak ada seseorang yang membentangkan kainnya di depanku hingga aku menyudahi kata-kataku, kemudian dia melipat kainnya itu kecuali dia mengingat apa yang aku katakan.

Mendengar Nabi SAW berujar demikian, Abu Hurairah membentangkan kain bergaris-garis miliknya hingga tepat ketika Nabi SAW menyelesaikan kata-katanya. Abu Hurairah melipat kainnya dan mendekapnya ke dada.

Maka, aku tidak lupa sedikit pun dari kata-kata Rasulullah SAW tersebut, kata Abu Hurairah mengenang.

Kedekatan yang begitu rutin dari Abu Hurairah terhadap Nabi SAW juga menjadi faktor utama di balik daya hafalnya dalam meriwayatkan ribuan hadis. Bahkan, diriwayatkan, ketika kaum Muhajirin sibuk dengan perniagaan di pasar, sementara di saat yang sama kaum Anshar sibuk bekerja di kebun-kebun, maka Abu Hurairah selalu menyertai Rasulullah SAW.

Karena itu, wajar bila Abu Hurairah mendengar apa yang belum didengar kaum Muslim dari Nabi SAW. Untuk kemudian, ia menghafal kata-kata dan tindakan Nabi SAW.

Aku melayani beliau (Nabi SAW), berperang bersama beliau, dan menunaikan ibadah haji, maka aku adalah orang yang paling mengetahui hadis Nabi SAW. Demi Allah, sebelumku telah ada orang-orang yang menyertai Nabi SAW. Mereka mengetahui kedekatanku dengan beliau, maka mereka bertanya kepadaku tentang hadis beliau, kata Abu Hurairah.

Demi Allah, tidak ada satu pun hadis di Madinah yang samar bagiku. Di samping itu, Abu Hurairah juga terpantik oleh surah al-Baqarah ayat 159-160, yang secara garis besar menegaskan laknat Allah bagi mereka yang menyembunyikan kebenaran.

 

sumber: Republik Online