Allah Meridaimu, Abu Hurayrah! (2)

Saat itu aku mengatakan, “Tidak ada sisa lagi.” Anehnya, orang yang kedua bisa mengambil lagi susu itu. Ia juga minum hingga hilang dahaganya. Hal yang sama terus berlangsung, hingga mereka bisa meminumnya, sementara Rasulullah hanya melihatku sambil tersenyum.

Beliau berkata, “Sekarang yang tersisa hanya aku dan kamu.” “Benar, ya Rasulullah saw.!” jawabku. Beliau berkata kembali, “Minumlah, Abu Hurayrah!” (Masih adakah sisa setelah diminum orang sebanyak itu?). Aku pun meminumnya lalu aku berikan mangkok itu pada beliau. Tapi Rasulullah saw justru menyuruhku lagi, “Minumlah, Abu Hurayrah!” Aku pun meminumnya kembali. Peristiwa ini terus berlangsung hingga akhirnya aku mengatakan, “Tidak kuat lagi yang Rasul! Demi zat yang telah mengutus Anda dengan membawa kebenaran, saya tidak sanggup lagi meminumnya.” Rasulullah saw lalu mengambilnya dan meminum sisanya.

Ini salah satu mukjizat Rasulullah saw. Abu Hurayrah dan seluruh kaum muslim sampai hari kiamat bisa mempelajari karakter ini; karakter altruisme.

Ada berkah di dalam sikap altruisme. Jika Anda merasa milik Anda sedikit lalu Anda lebih mengutamakan orang lain, maka sesuatu yang sedikit itu, dengan izin Allah, akan menjadi banyak. Saya tahu bahan bakar Anda sudah hampir habis. Isi lagi bahan bakar Anda! [amru muhammad khalid]/selesai.

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2289070/allah-meridaimu-abu-hurayrah-2#sthash.ZgIAU2mE.dpuf

Allah Meridaimu, Abu Hurayrah! (1)

Simaklah kejadian ketika Rasulullah saw, mengajarkan sikap altruisme (mengutamakan orang lain) pada Abu Hurayrah dan kita semua. Abu Hurayrah menuturkan sendiri hal ini:

Suatu saat, saya sangat lapar. Ayanku pun kambuh lantaran tidak sanggup menahannya. Orang-orang mengira aku aku gila. Demi Allah, aku tidak gila. Yang aku alami adalah rasa lapar. Aku duduk di samping mimbar Rasulullah. Setiap ada orang muslim yang lewat di tempat itu, aku memintanya untuk membacakan beberapa ayat tentang infak (hingga hatinya tergerak dan merasa kasihan padaku, lalu mau berinfak dan memberiku). Tak lama berselang Abu Bakr lewat. Beliau membacakan ayat-ayat itu padaku dan berlalu begitu saja (tampak kurang peduli). ‘Umar juga membacanya dan juga berlalu begitu saja.

Setelah Rasulullah saw lewat. Beliau melihatku dan tahu apa yang sedang aku alami. Rasul tersenyum dan berkata, “Aku yang akan menanggungmu.” Beliau lalu masuk ke rumah dan meminta izin pada istri beliau. Beliau bertanya pada istrinya, “Apa kita punya makanan?” Istri beliau menjawab, “Semangkok susu. Hanya cukup untuk satu atau dua orang.” (Betapa bahagianya Anda, Abu Hurayrah! Akhirnya…).

Setelah keluar dari rumahnya, Rasul berkata padaku, “Abu Hurayrah, pergilah dan panggil semua Ahlushshuffah.” (Mereka adalah orang-orang kafir yang jumlahnya tidak kurang dari 100 orang).

Aku bingung bercampur sedih. Dalam hati aku berkata, “Apa cukup semangkok susu itu untuk semua Ahlushshuhhah?” Namun, aku harus patuh Rasul. Aku lalu pergi dan membawa mereka semua. Rasulullah saw melihatku dengan penuh senyum. (Rasulullah saw sebetulnya sedang mengajari Abu Hurayrah dan kita semua). Rasul berkata padaku, “Beri minuman pada mereka semua.” (Luar biasa! Abu Hurayrah memberi minuman itu pada kawan-kawannya seperjuangan). Aku mengambil mangkok dan membawanya ke salah seorang yang meminumnya hingga hilang dahaganya. Ia pun merasa segar kembali. [amru muhammad khalid]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2289062/allah-meridaimu-abu-hurayrah-1#sthash.NS8D9vYV.dpuf