5 Fakta Aisyah Istri Rasulullah SAW Menurut Ibnu Katsir

Ibnu Katsir membeberkan sejumlah fakta seputar Aisyah RA

Ummul Mu’minin Aisyah RA adalah salah satu wanita terbaik yang memiliki jasa besar dalam sejarah Islam.

Dia meninggal pada masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan setelah mewariskan keilmuannya kepada umat Islam. 

Dalam kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah karya Al-Hafiz Ibnu Katsir disebutkan bahwa Aisyah adalah istri Nabi yang paling dicintai dari keturunan sahabat yang juga paling dicintai, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ibunya adalah Umm Ruman binti Amir bin Awaimir Al Kinaniah.

Dalam Shahih Al Bukhari, dari hadits Abu Usman Al Nahdi atas riwayat Amr ibn Al Aas mengatakan, “Aku bertanya, Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling kamu cintai?

Beliau menjawab, “Aisyah.” Saya berkata, Siapa dari laki-laki? Beliau menjawab lagi, “Ayahnya.”

Dalam Shahih Al Bukhari juga dari Abu Musa, dia berkata, “Rasulullah mengatakan, “Banyak pria yang sempurna, dan tidak ada wanita yang sempurna kecuali Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwaylid, Asiyah, istri firaun, dan keutamaan Aisyah atas wanita lain adalah seperti keutamaan bubur di atas makanan lainnya.” Berikut ini sejumlah fakta seputar Aisyah yang dikutip dari kitab Ibnu Katsir: 

• Julukan Ummu Abdullah

Rasulullah SAW menjulukinya dengan Ummu Abdullah yang diambil dari anak dari saudara perempuannya, Abdullah bin Al-Zubair. Nabi juga tidak menikahi perawan selain dia.

• Aisyah RA dalam Alquran

Ada juga ayat yang turun kepada Nabi Muhammad SAW dan menjelaskan tentang peristiwa fitnah kepada Aisyah. Dalam surat An Nuur ayat 11, Allah SWT membuka kebenaran terkait fitnah keji yang ditujukan kepada Ummul Mu’minin.

• Ahli surga

Aisyah RA juga menjadi salah seorang yang dijanjikan surga Allah SWT. Hal ini dijelaskan dalam hadits Nabi SAW dari Imam Ahmad berkata, “Waki’ memberi tahu kami, atas riwayat Ismail, atas riwayat Musab bin Ishaq bin Talha, atas riwayat Aisyah, bahwa Nabi berkata, “Itu mudah. bagi saya untuk melihat putihnya telapak tangan Aisyah di surga.”

• Berpengetahuan luas

Keistimewaan lain dari Aisyah adalah bahwa dia adalah istri Nabi yang paling berpengetahuan dan bahkan adalah yang paling berpengetahuan dari semua wanita.

Al Zuhri berkata, “Jika ilmu Aisyah digabungkan dengan ilmu semua istrinya dan ilmu semua wanita, maka ilmu Aisyah akan lebih baik.”

Atha bin Abi Rabah berkata, “Aisyah adalah orang yang paling berilmu dan paling baik pendapat di antara orang-orang biasa.”

Urwah berkata, “Aku belum pernah melihat orang yang lebih ahli dalam fiqih, kedokteran, atau puisi selain Aisyah.”

Keilmuan Aisyah ditunjukkan dengan menjadi seorang yang meriwayatkan hadits lebih dari Abu Hurairah. 

Abu Musa Al-Asy’ari berkata, “Jika kami bingung dengan ilmu dari para sahabat Muhammad SAW, kami akan bertanya kepada Aisyah dan kami akan menemukan penjelasan darinya.”

• Wafatnya Aisyah

Aisyah meninggal di usia lima puluh delapan tahun. Menurut riwayat yang terkenal terjadi pada Ramadhan. Ada juga yang mengatakan pada  Syawal, dan yang paling terkenal adalah malam Selasa tanggal tujuh belas Ramadhan.

Aisyah meminta agar dimakamkan di Al Baqi’ pada malam hari. Adapun yang mensholatkannya adalah Abu Hurairah. Sementara orang yang mengurus pemakamannya, yaitu Abdullah, Urwah bin Al Zubair ibn Al Awwam, dari saudara perempuannya Asma binti Abi Bakr, Al Qasim, dan Abdullah, kedua keponakannya, Muhammad bin Abi Bakr, dan Abdullah bin Abdul Rahman bin Abi Bakr. 

KHAZANAH REPUBLIKA

Mengapa Aisyah Dijuluki Ummu Abdillah, Meski tak Punya Anak?

AIsyah dijuluki Ummu Abdillah dan Ummu Abdirrahman

Aisyah RA, adalah salah satu istri Rasulullah Muhammad SAW yang tidak dikaruniai keturunan.

Tetapi, sosok putri Abu Bakar RA tersebut mempunyai julukan Ummu Abdurrahman dan Ummu Abdullah yang berarti ibu Abdurrahman dan ibu Abdullah. Mengapa demikian? 

Dalam buku Wanita Mulia di sisi Rasulullah, Aisyah Kekasih Yang Terindah karangan Sa’id al A’zhami al Nadawi dijelaskan, orang-orang Arab sering menggunakan kunyah (julukan seperti abu, abi, umm, atau ibnu). Kunyah merupakan tanda kehormatan dan juga kemuliaan. Tidak terkecuali Aisyah binti Abu Bakar, istri Rasulullah SAW pun memiliki julukan. 

Akan tetapi Aisyah tidak memiliki keturunan sehingga tidak memiliki kunyah. Satu hari wajah Aisyah terlihat sedih dan murung.  

Dia pun bercerita kepada Rasulullah bahwa setiap orang memiliki kunyah kecuali dirinya.  

Kemudian Rasulullah bersabda dalam riwayat Abu Dawud dan Ahmad, Rasulullah memerintahkan Aisyah untuk menggunakan kunyah ummu Abdillah (ibunda Abdullah). Abdullah merupakan keponakan Aisyah.  

Dahulu untuk mencurahkan perasaan keibuannya Aisyah mengadopsi seorang anak laki-laki bernama Abdullah bin Zubair putra dari saudaranya yang bernama Asma binti Abu Bakar. Oleh karenanya dia diberi kuniyah Ummu Abdillah yang berarti ibunda Abdullah.  

Kemudian Aisyah juga mengadopsi Qasim bin Abdurrahman, putra Abdurrahman bin Abu Bakar. Sehingga Aisyah pun mendapat julukan Ummu Abdurrahman. 

KHAZANAH REPUBLIKA

Dukungan Aisyah dan Meluasnya Ajaran Rasulullah

Sejarawan Ibn Hazim menempatkan sosok `Aisyah RA di urutan kedua sesudah Rasulullah SAW. Artinya, perempuan berjulukan al-Humaira` ini, bagi Ibn Hazim, kedudukannya berada di atas para istri Rasulullah SAW yang lain serta para sahabat.

Pendapat yang berbeda datang antara lain dari Ibn Taimiyah serta kebanyakan ulama yang menilai anak kesayangan Nabi SAW, Fatimah, sebagai yang teratas. Itu diikuti dengan nama Khadijah (istri pertama Rasulullah SAW) baru kemudian `Aisyah. Bagaimanapun urutan-urutan itu, ajaran Nabi Muhammad SAW pada faktanya kian tersebar luas berkat dukungan `Aisyah.

Dalam berumah tangga, pasangan suami-istri teruji dalam merawat cinta kasih satu sama lain. Rasulullah SAW merupakan contoh teladan bagaimana menjalani peran suami. Suatu malam, Rasulullah pulang dari masjid. Sesampainya di rumah, Ummul Mu’minin rupanya sedang tertidur lelap.

Beliau lantas berupaya agar istrinya itu tidak tersentak bangun. Dengan pelan-pelan, Rasulullah SAW membuka pintu sehingga membiarkan istrinya beristirahat. Nabi SAW bahkan, memutuskan untuk tidur di luar kamar.

Rasulullah SAW juga tidak banyak protes terhadap istrinya. Sebuah riwayat menceritakan, suatu hari masakan Aisyah RA rasanya terlalu asin. Namun, Rasulullah SAW tetap menyanjung makanan itu tanpa berkomentar apa pun.

Sajian tersebut juga habis dilahapnya. Belakangan, Aisyah mencicipi masakannya sendiri dan sadar akan rasa yang terlampau asin. Begitulah sopannya Rasulullah SAW dalam menyampaikan suatu kekeliruan kepada istrinya.

Sebagai istri, wajar bila kecemburuan datang ketika suami menyebut-nyebut na ma perempuan lain. `Aisyah RA pernah suatu ketika terbakar api cemburu karena merasa dirinya dibanding-bandingkan dengan Khadijah RA, istri pertama Rasulullah SAW.

Di sinilah peran Rasulullah SAW membimbing istrinya itu agar rasa cemburu tidak meningkat ke emosi yang tidak perlu. Sanjungan terhadap Khadijah RA tidak berarti menafikan peran satu istrinya kini, `Aisyah. Rasulullah SAW sebagai seorang suami mampu mengubah kecemburuan istrinya menjadi cinta kasih.

 

REPUBLIKA