Tokoh JIL Serang Mahfud dan Tuding Putra Prabowo LGBT

Tokoh Nahdlatul Ulama sekaligus mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD tidak setuju dengan kalangan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Mahfud pun berpendapat sambil bercanda ketika ditanya pengikutnya terkait isu LGBT yang tengah mengemuka.

“LGBT itu berbahaya dan menjijikkan, tapi penanganannya tak perlu pengawalan Brimob,” katanya melalui akun Twitter-nya,@mohmahfudmd.

Aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL) Akhmad Sahal pun seolah protes dengan pendapat Mahfud. Kandidat doktor di Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat, itu langsung saja tiba-tiba menuding putra Prabowo Subianto sebagai pengikut LGBT.

“Apakah Didit putra Pak Prabowo Subianto menurut Prof@mohmahfudmd itu berbahaya dan menjijikkan?” katanya melalui akun Twitter, @sahaL_AS.

 

Mendapat “serangan” seperti itu, Mahfud mengaku hanya menyoroti perilaku LGBT, bukan menyebut nama. “Saya tak sebut nama. Tapi sifat dan perilaku. Kalo perilaku, ya siapa pun, anak-cucu siapa pun sama saja. Dikira saya takut?”

Mahfud meneruskan pernyataannya ketika mendapat pertanyaan dari akun @SuaraSocmed terkait keberaniannya di-bully akun pendukung LGBT. “Ya, satu dua saja yang nge-bully, tapi ratusan yang mendukung karena yang saya sampaikan lebih manusiawi dan Indonesiawi. Siapa takut?”

Sahal yang tidak puas kembali membalas kicauan Mahfud. “Bilang LGBT ‘menjijikkan’ itu bukan manusiawi, tapi hujatan. Manusiawi itu menerimanya sebagai manusia, meski tak setuju,” katanya.

 

Sahal pun yakin kalau Abdurrahman Wahid alias Gus Dur masih hidup tidak akan berkomentar seperti Mahfud. “Kalo Gus Dur masih ada, pasti tak akan menghujat LGBT sbg ‘menjijikkan dan membahayakan’, meski GD tak setuju.”

Meski terus diserang, guru besar Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta itu tetap santai dan tidak peduli dengan para pem-bullyyang terus menyerangnya. Sejak dulu saya tak pernah takut di-bully.Track saja di semua medsos. Pem-bully hanya 0,01 % dibanding pendukung. Rasional saja,” kata Mahfud.

Sahal melanjutkan argumennya yang sepertinya kesal dengan pendapat Mahfud. “LGBT itu fakta. Profesor mestinya melihat fakta secara ilmiah. Patokannya bukan sikap personal, tapi ilmu. Hujatan itu tak ilmiah blas, Prof.”

 

 

sumber: Republika Online