Bekal Menerjemahkan Bahasa Arab (Bag. 1)

Bismillah wal-hamdulillah wash-shalatu was-salamu ‘ala Rasulillah. Amma ba’du,

Ilmu terjemah bahasa Arab itu multifungsi

Ilmu terjemah bahasa Arab itu sangat luas kegunaannya. Ilmu tersebut dibutuhkan bukan hanya oleh orang yang  berprofesi penerjemah, namun juga setiap pembaca teks bahasa Arab. Yang ingin tahu artinya, pastilah ada proses menerjemah di dalam hatinya. Mulai dari dai, penulis, editor, praktisi, akademisi, bahkan setiap pembaca Al-Qur’an dan hadis yang ingin tahu makna keduanya, tentulah mereka membutuhkan ilmu terjemah ini sesuai dengan kadar aktifitasnya tersebut.

Oleh karena itu, dalam rangka mensyukuri nikmat Allah Ta’ala, penulis ingin berbagi bekal sederhana dalam menerjemah. Semoga Allah Ta’ala menjadikan artikel sederhana ini bermanfaat luas bagi berbagai lapisan masyarakat kaum muslimin.

Bekal menerjemah tersebut terbagi menjadi tiga poin:

Pertama: Padanan istilah tata bahasa dalam dua bahasa (dalam pembagian kata maupun struktur kalimat)

Kedua: Kesalahan dalam menerjemahkan

Ketiga: Bagan penting yang diperlukan dalam menerjemah

Padanan istilah tata bahasa dalam dua bahasa

Menerjemahkan berarti mengungkapkan makna dari bahasa sumber (Arab) ke dalam bahasa sasaran (Indonesia). Oleh karena itu, seorang penerjemah perlu menguasai kedua bahasa tersebut, yaitu: bahasa sumber maupun bahasa sasaran.

Sedangkan masing-masing dari kedua bahasa tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga dalam menerjemahkan, perlu pengadaptasian dari karakteristik bahasa Arab kepada karakteristik bahasa Indonesia.

Untuk bisa mengadaptasikan karakteristik sebuah bahasa kepada bahasa lain dengan baik, seorang penerjemah perlu memahami padanan istilah tata bahasa dari kedua bahasa tersebut.

Padanan istilah tata bahasa setidaknya mencakup dua poin:

Pertama: Padanan istilah dalam pembagian kata

Kedua: Padanan istilah dalam struktur kalimat

Padanan istilah dalam pembagian kata

Dalam ilmu Nahwu, Al-Kalimah (kata) terbagi menjadi tiga macam: harfun, ismun, dan fi’lun.

Harfun

Harfun (huruf bermakna):

الحرف هو كلمة لا يفهم معناها إلا مع غيرها

Huruf adalah kata yang tidak bisa dipahami maknanya, kecuali (disertai) dengan selainnya.”

Mengapa huruf bermakna disebut sebagai “kata”?

Karena huruf dalam bahasa Arab terbagi dua, yaitu

Huruf Mabani: aksara penyusun kata, (seperti: alif, ba’, ta’, dst.). Inilah yang di dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah “huruf”, yaitu tanda aksara sebagai anggota dari abjad (a, b, c, dst.).

Huruf Ma’ani (huruf inilah yang dibahas dalam Nahwu): alat bahasa penghubung antar kata dalam sebuah kalimat.

Contoh:

Pertama: Masuk ke isim: huruf jar/preposisi (kata depan), dan lain-lain.

Kedua: Masuk ke fi’il: huruf nashab, huruf jazm, dan lain-lain.

Ketiga: Masuk ke isim dan fi’il: huruf istifham, athaf, dan lain-lain.

Fi’lun

Fi’lun (kata kerja dan sebagian kata sifat):

الفعل هو كلمة دلت على معنى واقترنت بزمن

Fi’il adalah kata yang menunjukkan kepada makna dan diiringi oleh waktu.

Contoh:

Pertama: Fi’il yang merupakan kata kerja:

كتب(menulis),  ذهب(pergi), قرأ (membaca).

Kedua: Fi’il yang merupakan kata sifat:

جَمُلَ (cantik,indah), قَرُبَ (dekat), كَثُرَ (banyak).

Ismun

Ismun (kata selain harfun dan fi’lun):

الاسم هو كلمة دلت على معنى بنفسه ولم تقترن بزمن

Isim adalah kata yang menunjukkan kepada makna dengan sendirinya dan tidak diiringi oleh waktu.”

Dengan demikian, isim adalah seluruh kata selain kata kerja, kata sifat yang berbentuk fi’il dan huruf bermakna.

Contoh cakupan isim:

Pertama: kata benda (nomina/isim mashdar). Contoh : كرسي (kursi), كتاب (buku), درس (pelajaran)

Kedua: kata sifat (adjektiva/isim fa’il, isim maf’ul, sifah musyabbahah bismil fa’il, isim tafdhil, dan lain-lain). Contoh: ناشط (rajin), كسلان (malas), جمال (cantik, indah).

Ketiga: kata keterangan (adverbal/isim zaman dan makan,dll). Contoh: أمس (kemarin), غد (besok), أمام (depan), خلف (belakang).

Keempat: kata ganti (pronominal/isim dhamir), kata tanya, kata bilangan (numeralia), kata sambung (konjungsi/isim maushul dan isim syarat), dan lain-lain.

Padanan istilah dalam struktur kalimat

Struktur kalimat dalam bahasa Indonesia

Kalimat merupakan rangkaian beberapa kata yang memiliki makna/informasi di dalamnya. Tiap kalimat dibangun atas unsur-unsur kalimat, mulai dari subyek (S), predikat (P), obyek (O), dan keterangan (K), disebut struktur kalimat SPOK, dan dalam beberapa kalimat terdapat unsur tambahannya.

Contoh struktur dasar kalimat dalam bahasa Indonesia adalah:

Pertama: SP = Ali belajar.

Kedua: SPO = Utsman membeli kitab.

Ketiga: SP Pel = Ulama berbicara tegas.

Keempat: SPO Pel = Kholid membelikan adiknya mushaf baru.

Kelima: SPK = Umar belajar di masjid.

Keenam: SPOK = Ahmad memasukkan mushaf ke saku.

Ketujuh: SP Pel K = Muhammad berbelanja sendirian di toko buku.

Kedelapan: SPO Pel K = Ummi mengirimi saya uang setiap bulan.

Struktur kalimat dalam bahasa Arab

Pertama: Fi’il – fa’il

نام الطالب

Kedua: Fi’il – fa’il – maf’ul bih

قرأت القرآن

Ketiga: Fi’il – fa’il – hal

شربت الماء جالسا

Keempat: Fi’il – fa’il – tamyiz

طاب محمد بدنا

Kelima: Fi’il – fa’il – huruf jar – isim majrur

ذهبت إلى المسجد

Keenam: Fi’il – na’ibul fa’il

كتب الدرس

Ketujuh: Mubtada – khabar

الأستاذ في المسجد

Kedelapan: Inna – isim inna- khabar inna

إنكم مسئولون

Kesembilan: Kaana – isim kaana – khabar kaana

كان العلماء حاضرین

Kesepuluh: Harfun nida – munada

يا أحمد أقم الصلاة

Padanan istilah dalam dua struktur bahasa

Pertama: Subjek adalah unsur kalimat yang berfungsi sebagai inti pembicaraan yang dijelaskan oleh fungsi/unsur kalimat lainnya dan menjadi jawaban “siapa” atau “apa”. Subjek bisa berupa nomina (kata benda), frasa nomina, atau klausa.

Dengan demikian, subjek bisa berupa: fa’il, na’ibul fa’il, mubtada’, isim kana, dan isim inna.

Kedua: Predikat adalah unsur kalimat yang menjelaskan subjek secara langsung dan sebagai jawaban dari “mengapa” atau “bagaimana”.

Dengan demikian, predikat bisa berupa: khabar, khabar inna, khabar kana.

Ketiga: Objek adalah unsur kalimat yang melengkapi predikat atau yang dikenai pekerjaan pada kalimat transitif. Secara umum berupa kata benda atau yang dianggap benda.

Dengan demikian, objek berupa: maf’ul bih.

Keempat: Keterangan adalah unsur kalimat yang menerangkan berbagai hal unsur kalimat lainnya (menerangkan S/P/O/Pel) dan dapat diletakkan secara bebas dalam kalimat. Dengan demikian, keterangan bisa berupa: na’at, maf’ul ma’ah, ma’ul liajlih, taukid, idhafah, hal.

***

Penulis: Sa’id Abu Ukkasyah

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/85213-bekal-menerjemahkan-bahasa-arab-bag-1.html

Cara Mudah Belajar Bahasa Arab tanpa Butuh Biaya Mahal

Tahukah kamu? Bahasa arab merupakan Bahasa yang di gunakan oleh 22 negara anggota UNESCO dan menjadi salah satu Bahasa resmi organisasi tersebut. Hal inilah juga yang menjadikan Bahasa arab di tetapkan sebagai bahasa internasional oleh UNESCO.

Dari data tersebut dizaman sekarang atau di era milenial ini mempelajari Bahasa arab adalah suatu kebutuhan. Bahasa di zaman sekarang bukan lagi sebagai Bahasa kuno yang hanya dipelajari oleh anak pesantren dan sekolah sekolah yang berbasis islam untuk mempelajari kitab kitab yang bertuliskan dengan berbahasa arab contohnya seperti memahami kitab kuning. Oleh karena itu, banyak dari mereka yang mengeluarkan biaya mahal untuk menguasai Bahasa asing ini terutama untuk mereka yang ingin melanjutkan Pendidikannya di luar negri.

Sebenarnya banyak cara yang sederhana dan efektif untuk meningkatkan kemampuan berbahsa arab. Berikut adalah 6 cara yang dapat meningkatkan berbahasa arab:

1. Membaca

Yang sama kita ketahui bahwa saat membaca mata akan mengenali kata sedangkan pikiran menghubungkan dengan maknanya. Maka dari itu cara pertama untuk mengasah kemampuan berbahasa arab kita adalah dengan membaca buku atau literatur yang berbahasa arab. Jika kita suka dengan mengikuti berita atau gosip seputar selebriti dikoran atau majalah, kita bisa membaca dari situs luar negri. Jika kita termasuk penggemar novel atau komik, kita bisa mencoba baca novel fiksi dan komik yang berbahasa arab. Dan kita bisa menemukan berbagai ebook yang bisa dibaca kapan saja dari internet, dengan harga murah maupun gratis dan tidak menghabiskan biaya yang besar seperti jika kita harus membeli buku berbahasa arab yang dicetak di atas kertas.

2. Mengamati.

Maksud dari mengamati disini adalah mengamati segala hal yang berhubungan dengan Bahasa arab yang ada disekitar kita. Misalnya seperti poster di jalanan atau menonton film yang pengisi suara nya dengan Bahasa arab dan dari menonton tadi kita bisa mencoba untuk mengamati dialognya tanpa terlalu sering melihat keterjemahannya. Dan kita juga bisa memperhatikan cara pengucapan, kosa kata, atau penggunaan frase tertentu dalam berbagai konteks yang diucapkan para aktor dan aktris dalam film. Jika kita termasuk orang yang suka menonton bola kita bisa mencoba untuk menonton di server arab.

3. Menulis

Setelah banyak membaca dan mengamati, pemahaman kita terhadap bahasa arab pasti akan bertambah dan meningkat. Tetapi ini masih menjadikan kita dalam pengguna Bahasa arab pasif. Untuk meningkatkan kemampuan Bahasa arab, kita bisa mencoba untuk menulis dalam Bahasa arab. Kita juga bisa melatih diri dengan menulis Kembali novel atau catatan kedalam Bahasa arab. Ini akan meningkatkan berbahasa arab dan akan menambah kosakata baru yang sebelumnya belum kita ketahui dan ini juga menjadikan kita lebih mudah mengevaluasi kesalahan tatabahasa yang kita miliki.

4. Praktik percakapan

Setelah mengikuti tiga cara tersebut kita belum sepenuhnya mahir dalam berbahasa arab tanpa ada praktik. Tatabahasa yang bagus tidak akan ada artinya jika kita tidak mempraktikannya dalam percakapan. Karena salahsatu tujuan pandai berbahasa arab adalah untuk berkomunikasi, maka kita harus belajar untuk mengkomunikasikan secara lisan dalam berbahasa arab. Kita juga bisa mempraktikan dengan teman kita atau keluarga terdekat kita dan kita harus berusaha agar percakapan yang kita sampaikan dimengerti oleh orang lain. Setelah terbiasa bercakap-cakap dalam bahasa arab, secara otomatis kita juga akan belajar untuk memperbaiki tata bahasa yang kita gunakan dalam berbicara.

5. Memanfaatkan internet dan media sosial.

Tahukah kamu? Dizaman sekarang gadget atau medsos tidak asing lagi bagi kita. Maka dari itu, ini adalah salah satu cara yang mudah untuk meningkatkan kemampuan berbahasa arab. Dengan memanfaatkan media sosial yang kita punya, kita dapat mencari teman yang berada diluar negri dan mencoba untuk memulai percakapan, dengan berinteraksi dengan mereka kita berkesempatan untuk mempunyai kosakata baru. Kita juga bisa setting media sosial dengan menggunakan Bahasa arab.

6. Buat catatan kecil

Setelah lima cara tersebut di lakukan kita juga bisa melakukan langkah terakhir untuk memaksimalkan bahasa arab yang kita miliki dengan cara membuat catatan kecil. Fungsi dari catatan kecil ini adalah jika kita menemukan kosakata baru yang tidak kita ketahui artinya. Tidak ada salahnya bukan, kalau membuat catatan kecil untuk membantu kita lebih mudah mengingat dan mempelajarinya lagi saat ada waktu. Ini bukan usaha yang sulit, atau kita tidak perlu membawa-bawa pensil dan buku ke mana-mana. Cukup catat di ponsel.

Jika kita ingin meningkatkan Bahasa arab dan tidak memakan banyak biaya kita bisa menggunakan enam cara tersebut.

KHAZANAH REPUBLIKA

Mengapa Al-Qur’an Memakai Bahasa Arab?

Mempelajari bahasa Arab lebih mudah dalam menghafalkan, memahami, mengajarkan dan mengamalkan isi Al-Qur’an

SEBAGIAN kelompok mempertanyakan otentisitas Al-Qur’an karena diturunkan dalam bahasa manusia, yaitu bahasa Arab. Menurut mereka, wahyu merupakan transformasi dari alam pesan ke alam kebudayaan. Atau lebih tepatnya dari alam meta bahasa ke alam bahasa.

Bahasa terikat sejarah, sehingga  diperlukan pemahaman dan pengakuan tentang historisitas bahasa. Dengan demikian berarti wahyu Allah sudah tidak otentik lagi karena bertranfromasi melalui bahasa Arab yang dipengaruhi sejarah.

Tentu saja pernyataan ini sangat lemah dan tidak berdasar. Pilihan Allah terhadap bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an karena bahasa tersebut memiliki tipologi eksklusif.

Al-Quran mengatakan sendiri:

إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (3) وَإِنَّهُ فِي أُمِّ الْكِتَابِ لَدَيْنَا لَعَلِيٌّ حَكِيمٌ

“Sesungguhnya Kami menjadikan Al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kalian memahami. Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuz) di sisi Kami adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah. ” (QS: Az Zukhruf: 3-4).

Di antaranya, keluasan dalam bahasa dan terminologinya, konstan dan solid dalam struktur bahasa, keragaman dalam perubahan, dapat diberikan tanda baca, memiliki derivasi dan lain sebagainya.

Bahasa Arab memiliki sistem akar kata yang lengkap dengan arti dasar yang saling berkaitan sehingga dapat menjaga makna kata dan idenya dari perubahan sosial dan penafsiran yang subjektif. Disamping itu telah mengalami dokumentasi leksikal yang final sejak jaman jahiliyah.

Karenanya, aspek historisitas bahasa Arab tidak mempengaruhi kemampuan muslim hari ini untuk memahami makna yang benar terhadap bahasa wahyu ini. Jadi, problem historisitas terhadap bahasa Arab sebagai bahasa wahyu dan kenabian seperti yang terjadi dalam agama lain, sudah tidak terjadi lagi.

Selain itu bahasa Arab merupakan bahasa yang sangat tua dan terjaga.  Semakin tua sebuah bahasa, semakin kaya dengan kosakata, semakin sempurna gramatikalnya dan banyak simbol-simbol makna.

Dengan beberapa tipologi eksklusif ini membuat bahasa Arab sebagai bahasa paling sempurna di antara semua bahasa yang ada. Menurut Ibnu Faris (w. 395), ahli bahasa, ketika Allah Ta’ala memilih bahasa Arab untuk menjelaskan (firman-Nya), menunjukkan bahwa bahasa-bahasa yang lainnya, kemampuan dan tingkatannya di bawah bahasa Arab (as-Shahibi fi Fiqh al-Lughah, 1/4).

Makna Ayat

Dalam Tafsir Muyassar disebutkan,  Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad dengan bahasa Arab, agar umat Nabi Muhammad memahami dan merenungkan makna-makna dan hujjah-hujjahnya. Dan sesungguhnya ia di lauhil mahfudz di sisi Allah, benar-benar memiliki kedudukan dan derajat yang tinggi, muhkam (bermakna jelas) tanpa ada perselisihan dan pertentangan padanya (dalam Tafsir Muyassar, 489).

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah menurunkan Al-Qur’an dengan bahasa Arab yang fasih lagi jelas supaya dapat dipahami. Yakni agar kaum Muslimin dapat memahami dan merenungkannya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: “Dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS: Asy-Syu’ara: 195).

Al-Qur’an itu jelas kemuliaannya di kalangan mala-ul a’la (para malaikat) agar penduduk bumi memuliakan, membesarkan, dan menaatinya.

Firman Allah Swt, “Innahu” yakni sesungguhnya Al-Qur’an itu. Fi Ummil Kitabi, yakni di Lauh Mahfuz, menurut pendapat Ibnu Abbas r.a. dan Mujahid. Ladaina yakni di sisi kami, menurut Qatadah dan lain-lainnya. La’aliyyun, yakni mempunyai kedudukan yang besar, kemuliaan, dan keutamaan, menurut Ibnu Qatadah. Hakimun, yakni muhkam (dikukuhkan) bebas dari kekeliruan dan penyimpangan.

Semuanya ini menonjolkan kemuliaan dan keutamaan Al-Qur’an, sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ

فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ

لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ  تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuz), tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam.” (QS: Al-Waqi’ah: 77-80)

Dan firman Allah Swt.: Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan. Maka barang siapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya, di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan, di tangan para penulis (malaikat), yang mulia lagi berbakti (‘Abasa: 11-16).

Berdasarkan kedua ayat ini para ulama menyimpulkan dalil, bahwa orang yang berhadas tidak boleh menyentuh mushaf, seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis —jika sahih— yang menyebutkan bahwa dikatakan demikian karena para malaikat menghormati semua su­huf (kitab-kitab suci) yang antara lain ialah Al-Qur’an di alam atas, maka penduduk bumi lebih utama lagi untuk menghormatinya.

Mengingat Al-Qur’an diturunkan kepada mereka dan khitab-nya ditujukan kepada mereka, maka mereka lebih berhak untuk menerimanya dengan penuh kehormatan dan kemuliaan serta tunduk patuh kepada ajarannya dengan menerima dan menaatinya, karena firman Allah Swt. yang mengatakan:

وَاِنَّهٗ فِىۡۤ اُمِّ الۡكِتٰبِ لَدَيۡنَا لَعَلِىٌّ حَكِيۡمٌؕ

“Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuz) di sisi Kami adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah.” (QS: Az-Zukhruf: 4) (Tafsir Ibnu Katsir, 1676).

Dari penjelasan di atas teranglah bahwa Allah sengaja menurunkan Al-Qur’an yang suci dalam bahasa Arab karena setiap nabi diberi kitab dengan bahasa kaumnya. Disamping itu menggunakan bahasa yang sangat fasih yang menerangkan maksud kandungannya dan mudah dipahami. Ini hanya bisa ditangkap oleh bahasa Arab yang memiliki kekayaan linguistik.

Menurut Imam Suyuthi bahasa Arab memiliki banyak sinonim yang tidak dimiliki bahasa lain. Semua orang yang berilmu mengetahui hal ini (dalam al-Mazhar fi Ulum al-Lughah, 1/254).

Keistimewaan Bahasa Arab

Umat Islam menyakini bahasa Arab lebih istimewa dari bahasa lain karena ia merupakan bahasa Al-Qur’an, pedoman hidup Islam. Bahasa ini digunakan dalam beribadah, ilmu-ilmu dan sastra Islam sejak diutusnya Nabi Muhammad ﷺ.

Banyak ulama yang mengerahkan kemampuannya dalam menyingkap rahasia al-Qur’an. Karena teks al-Qur’an merupakan sumber utama keilmuan bagi seluruh orang Muslim.

Kita tidak akan bisa memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman yang benar kecuali dengan bekal bahasa Arab. Menyepelekan dan menggampangkan akan mengakibatkan lemah dalam memahami berbagai permasalahan agama.

Karena itu Imam Syafi’i mewajibkan umat Islam mempelajari bahasa Arab sekuat kemampuannya. Sehingga dia bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah Ta’ala dan Muhammad ﷺ adalah hamba dan utusan-Nya, dan dengannya dia bisa membaca kitabullah … “ (Ar-Risalah, 1/48).

Dengan mempelajari bahasa Arab lebih mudah dalam menghafalkan, memahami, mengajarkan dan mengamalkan isi Al-Qur’an. Dengan modal bahasa Arab akan mudah pula dalam memahami hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, menghafalkan, menjelaskan serta mengamalkannya.

Dan yang perlu dipahami, hubungan bahasa Arab dengan agama Islam membuat bahasa ini istimewa dibanding bahasa lain. Hubungannya dengan Al-Qur’an juga menjadikan sebab kuat dan kekalnya bahasa tersebut. Karenanya, sudah menjadi kewajiban bagi umat Islam menjaga dan mendalami bahasa Arab sesuai kemampuannya.*

Oleh: Bahrul Ulum

HIDAYATULLAH

Pelajarilah Bahasa Arab Agar Memahami Agama

Mempelajari bahasa Arab memiliki peranan penting dalam menuntut ilmu agama. Karena Al Quran, hadis, perkataan para salaf, dan kitab-kitab para ulama, semuanya dalam bahasa Arab. Allah ta’ala berfirman:

إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ وَإِنَّهُ فِي أُمِّ الْكِتَابِ لَدَيْنَا لَعَلِيٌّ حَكِيمٌ

“Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya). Dan sesungguhnya Al Quran itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah” (QS. Az-Zukhruf: 3-4).

Allah ta’ala juga berfirman:

إِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا

“Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Quran itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang” (QS. Maryam: 97).

Dan lisan Nabi Shallallahu ’alaihi wasallam juga merupakan lisan Arab yang jelas dan mudah dipahami, bagi yang memahami bahasa Arab. Allah ta’ala berfirman:

لِسَانُ الَّذِي يُلْحِدُونَ إِلَيْهِ أَعْجَمِيٌّ وَهَذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُبِينٌ

“Padahal orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya ia berbahasa ‘Ajam, sedang Al Quran adalah dalam bahasa Arab yang terang” (QS. An Nahl: 103).

Sehingga tidak mungkin bisa memahami agama dengan sempurna kecuali dengan memahami bahasa Arab. Oleh karena itu, para ulama salaf maupun khalaf memotivasi kita untuk mempelajari bahasa Arab.

Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu berkata:

تعلَّموا العربيةَ؛ فإنها من دينِكم

“Pelajarilah bahasa Arab karena itu adalah bagian dari agama kalian”

Perkataan ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf (11/234), juga Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kabir (6/209), namun sanadnya munqathi’ (terputus). Namun secara makna, perkataan ini sahih. Oleh karena itu, riwayat ini disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Iqtidha Shiratil Mustaqim (hal. 470) ketika beliau membahas pentingnya belajar bahasa Arab.

Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

مَا جَهِلَ النَّاسُ، وَلاَ اخْتَلَفُوا إلَّا لِتَرْكِهِم لِسَانَ العَرَبِ، وَمِيلِهِمْ إِلَى لِسَانِ أَرْسطَاطَالِيْسَ.

“Tidaklah manusia itu menjadi jahil (dalam masalah agama), kecuali karena mereka meninggalkan bahasa Arab dan lebih condong pada perkataan Aristoteles” (Siyar A’lamin Nubala, 8/268).

Beliau rahimahullah juga mengatakan:

من تبحّر في النحو اهتدى إلى جميع العلوم

“Siapa yang mahir ilmu nahwu, maka ia akan mendapat petunjuk untuk memahami semua ilmu (agama)” (Syadzarat adz-Dzahab fi Akhbar min Dzahab, Ibnu ‘Imad Al Hambali, 2/407).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam kitab Iqtidha Shiratil Mustaqim sangat tegas menjelaskan pentingnya belajar bahasa Arab. Beliau mengatakan: “Demikian juga, bahasa Arab itu sendiri adalah bagian dari agama. Dan mempelajarinya wajib hukumnya. Karena memahami Al-Qur’an dan As+Sunnah itu wajib, dan keduanya tidak bisa dipahami kecuali dengan memahami bahasa Arab. Kaidah mengatakan “jika kewajiban tidak bisa sempurna kecuali dengan suatu sarana, maka sarana tersebut hukumnya wajib“. Namun mempelajari bahasa Arab ada yang fardhu ‘ain dan ada yang fardhu kifayah. Inilah makna dari riwayat yang disebutkan Abu Bakr Ibnu Abi Syaibah, Isa bin Yunus telah menuturkan kepada kami, dari Tsaur, dari Umar bin Yazid, ia berkata, Umar bin Khathab menulis surat kepada Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu yang isinya: Amma ba’du, hendaknya kalian mempelajari as-Sunnah, hendaknya kalian mempelajari bahasa Arab, dan i’rab-lah Al Qur’an karena ia dalam bahasa Arab” (Iqtidha Shiratil Mustaqim, hal. 269 – 270).

Dengan mempelajari bahasa Arab, kita juga bisa menyelami penjelasan para ulama dalam kitab-kitab mereka. Dan terbuka pintu jutaan referensi-referensi ilmu yang telah dikaji para ulama. Sehingga dalam hal ini, keuntungan yang akan didapatkan dengan memahami bahasa Arab adalah:

  • Kita membaca langsung penjelasan ulama dari referensi aslinya. Sehingga tidak terjadi distorsi informasi yang kadang terjadi ketika perkataan ulama disampaikan oleh orang lain.
  • Tidak taqlid pada terjemahan kitab, yang terkadang terjemahan kitab tergantung pemahaman dan kecenderungan dari penerjemahnya.
  • Seolah sedang bicara dengan ulama penulis kitabnya.
  • Lebih yakin dengan materi, karena tahu yang dibaca adalah perkataan ulama, bukan sekedar ustaz atau dai.
  • Lebih menyelami makna-makna dari dalil dan penjelasan ulama karena terkadang kata dalam bahasa Indonesia tidak mewakili makna secara sempurna.

Dan masih banyak lagi keuntungan lainnya. Oleh karena itu, hendaknya kita bersemangat untuk belajar bahasa Arab agar dapat memahami agama kita dengan baik.

Semoga Allah ta’ala memberi taufik.

Penulis: Yulian Purnama

Artikel: Muslim.or.id