Bani Israel, Ahlul Kitab, Yahudi dan Zionis (selesai )

Sambungan artikel PERTAMA

Malapetaka pengkhianatan pun terjadi [722 SM], mereka merubah Taurat menjadi Talmud, dan Talmud kembali dirobah menjadi Protocolat. Watak mereka yang berani merubah ayat-ayat Allah dalam Taurat [Qs. Al-Maidah/5:41] dan sikap penolakan keras terhadap kebijakan para Nabi [Qs. Al-Maidah/5: 20 – 26], begitu sangat jelas dipaparkan dalam firmanNya.

وَإِذۡ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوۡمِهِۦ يَـٰقَوۡمِ ٱذۡكُرُواْ نِعۡمَةَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ جَعَلَ فِيكُمۡ أَنۢبِيَآءَ وَجَعَلَكُم مُّلُوكً۬ا وَءَاتَٮٰكُم مَّا لَمۡ يُؤۡتِ أَحَدً۬ا مِّنَ ٱلۡعَـٰلَمِينَ (٢٠) يَـٰقَوۡمِ ٱدۡخُلُواْ ٱلۡأَرۡضَ ٱلۡمُقَدَّسَةَ ٱلَّتِى كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمۡ وَلَا تَرۡتَدُّواْ عَلَىٰٓ أَدۡبَارِكُمۡ فَتَنقَلِبُواْ خَـٰسِرِينَ (٢١) قَالُواْ يَـٰمُوسَىٰٓ إِنَّ فِيہَا قَوۡمً۬ا جَبَّارِينَ وَإِنَّا لَن نَّدۡخُلَهَا حَتَّىٰ يَخۡرُجُواْ مِنۡهَا فَإِن يَخۡرُجُواْ مِنۡهَا فَإِنَّا دَٲخِلُونَ (٢٢) قَالَ رَجُلَانِ مِنَ ٱلَّذِينَ يَخَافُونَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡہِمَا ٱدۡخُلُواْ عَلَيۡہِمُ ٱلۡبَابَ فَإِذَا دَخَلۡتُمُوهُ فَإِنَّكُمۡ غَـٰلِبُونَ‌ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَتَوَكَّلُوٓاْ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ (٢٣) قَالُواْ يَـٰمُوسَىٰٓ إِنَّا لَن نَّدۡخُلَهَآ أَبَدً۬ا مَّا دَامُواْ فِيهَا‌ۖ فَٱذۡهَبۡ أَنتَ وَرَبُّكَ فَقَـٰتِلَآ إِنَّا هَـٰهُنَا قَـٰعِدُونَ (٢٤) قَالَ رَبِّ إِنِّى لَآ أَمۡلِكُ إِلَّا نَفۡسِى وَأَخِى‌ۖ فَٱفۡرُقۡ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡفَـٰسِقِينَ (٢٥) قَالَ فَإِنَّهَا مُحَرَّمَةٌ عَلَيۡہِمۡ‌ۛ أَرۡبَعِينَ سَنَةً۬‌ۛ يَتِيهُونَ فِى ٱلۡأَرۡضِ‌ۚ فَلَا تَأۡسَ عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡفَـٰسِقِينَ (٢٦)

“Dan [ingatlah], ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah ni’mat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun di antara umat-umat yang lain”.

Hai kaumku, masuklah ke tanah suci [Palestina] yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang [karena takut kepada musuh], maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.

Mereka berkata: “Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar daripadanya. Jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan memasukinya.”

Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut [kepada Allah] yang Allah telah memberi ni’mat atas keduanya: “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang [kota] itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”.

Mereka berkata: “Hai Musa, kami sekali-sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.”

Berkata Musa: “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu” Allah berfirman: “[Jika demikian], maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, [selama itu] mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi [padang Tiih] itu. Maka janganlah kamu bersedih hati [memikirkan nasib] orang-orang yang fasik itu.” (QS: Al-Maidah: 20-26)

Zionis

Sejak diselenggarakannya Kongres Zionisme Internasional Pertama [1895] di Bassel Swiss, Theodore Hertzl [1860 – 1904] menggunakan nama kebesaran “Israil [el]” untuk menyebut negara Yahudi dengan tendensi atas kepentingan politik global yang dibangun di atas kebencian ras dan agama terumuskan dalam “dua puluh empat pasal rahasia” dan dikenal dengan “Protocols of Zion” yang dunia mengenalnya dengan “ayat-ayat setan Zionis Yahudi”.

Bermula dari bocornya ayat-ayat rahasia ini oleh seorang Prancis dan sampai ke tangan Sergyei A. Nilus [pendeta ortodok Rusia], lAl- diterjemahkan dalam bahasa Rusia [1901]. Seiring dengan bocornya rahasia ini, kalangan Yahudi memborongnya di pasaran Eropa Timur, namun sebuah naskah berhasil lolos oleh wartawan Inggris Victor E. Marsden dan menyebar ke Eropa Barat [1917] yang kemudian diterjemahkan menjadi “The Protocols of The Learned of Zion“.

Berikutnya menyebar ke Amerika dan Jerman, serta diterjemahkan kepada lebih dari 21 terjemajan bahasa dunia. [Lihat: “Blueprint Zionis Untuk Menguasai Dunia” [ed. 2014].

Namun tidak ada yang sulit bagi Allah Subhanahu Wata’ala untuk membuka topeng dan membongkar rencana jahat mereka, karena Dialah Khairul Maakirin (Sebaik-baiknya Pembuat strategi).*/Teten Romly Q, Ketua Bidang Kajian Ghazwul Fikri dan Harakah Haddamah Dewan Da’wah Pusat

 

HIDAYATULLAH

 

Bani Israel, Ahlul Kitab, Yahudi dan Zionis

SUNGGUH fenomenal dan sangat menguras perhatian dunia, apabila mencermati sepak terjang bangsa yang satu ini dari zaman ke zaman. Banyak hal dari ‘tingkah polahnya’ yang menyebabkan bumi ini semakin panas, ideologi perang yang selAl- dikobarkannya membuat bumi ini berdarah-darah, tak terkecuali tempat-tempat suci seperti Baitul Maqdis di Palestina.

Al-Qur’an mengisyaratkan, sungguh bangsa yang pernah dihinakan Allah Subhanahu Wata’ala ini; disebabkan karena mereka menolak ayat-ayat Allah, membunuh para NabiNya, mendurhakaiNya dan banyak bersikap melampaui batas. [QS. Al Imran/ 3:112].

Yang dimaksud adalah kaum mereka, walaupun Allah sendiri menyebutkan “laisuu sawaa-an min ahlil kitaab“. Tidaklah sama [di antara mereka] ada ummat yang komitmen dan tetap membaca ayat-ayatNya siang dan malam, mereka bersujud, beriman pada Allah dan hari akhir, menegakkan kebaikan dan mencegah keburukan, serta berlomba dalam kebaikan [Qs. Al- ‘Imran/3: 113 – 114].

Kalaulah ada Ahlul Kitab seperti dalam ayat tersebut, menurut para ahli Tafsier seperti halnya ‘Abdullah bin Salam, Asad bin ‘Ubaid, Tsa’labah bin Tsu’bah dan lain-lainnya yang benar-benar membaca kitab Taurat yang sebenarnya.

Ada banyak nama yang disematkan pada kaum ini, terkadang mereka dipanggil Bani Israil, Ahlul Kitab, Ibrani, Yahudi dan juga Zionis yang lebih populer sejak masa-masa pendudukkan.

Bani Israil

Disebut Bani Israil, disandarkan pada Nabiyullah Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim yang mendapatkan gelar Israil [bahasa Ibrani; israa: kekasih, hamba dan iil: Tuhan]. Maka dikatakan Bani Israil, adalah anak keturunan nabi Ya’qub. Gelar serupa sama dengan “Khalilullaah” atau “Khalilurrahmaan” sebagai gelar Nabiyullah Ibrahim [bahasa Arab; khaliel: kekasih, Rahmaan: Allah].

Adapun turunan Nabi Ya’qub memiliki empat orang istri dan dua belas anak;

1) Isteri pertama [Li’ah] melahirkan enam orang anak: Rawabin, Sami’un, Lawiyah, Yahudza, Badzakir dan Dzambalan.

2) Isteri kedua [Rahil] melahirkan dua anak: Yusuf dan Benyamin.

3) Isteri ketiga [Zalifah] melahirkan dua anak: Za’ad dan Asyir, dan

4) Isteri keempat [Barihah] melahirkan anak: Dana dan Naftalia. [Lihat: “Yahudi Ahl al-Kitab”, Ulil Amri, 2004]

Ahlul Kitab

Dalam Al-Qur’an ditemukan tidak kurang 31 kata Ahlul Kitab, yang secara mayoritas para ulama tafsir klasik yang lebih berpegang pada teks-teks wahyu dan hadits nabi lebih memaknai dengan Yahudi dan Nashrani sebagaimana dikuatkan At-Thabary, Al-Qurthuby, Ibnu Katsir dan lain-lain.

Bahkan Imam Syafi’i lebih menekankan Yahudi dan Nashrani dari kalangan Bani Israil. Sedangkan yang beranggapan Ahlul Kitab itu termasuk selain Yahudi dan Nashrani [Majusi/ Zoroaster, Shabi’un, Hindu, Budha, Kongfucu dan Shinto] hanyalah sebagian kecil dari “pemikir belakangan” seperti dipopulerkan Nurcholis Madjid (dalam Islam Doktrin dan Peradaban) dan Huston Smith ketika menjelaskan agama-agama besar dunia. [Lihat: The Religions of Man, ed. terj. 1991]

Ibrani

Sebutan ini lebih disandarkan kepada datuknya yang kelima bangsa Yahudi bernama ‘A’bir, dan ini dipakai oleh bangsa Palestina kuno. Ada pula yang menyandarkannya pada kota ‘Ibri yang dihubungkan dengan peristiwa nabi Ya’qub keluar dari Iraq dan menyebrang melintasi Eufrat [kata aa baa raa, artinya melintas, menyebrang].

Berikutnya, ada yang menyandarkan kepada nabi Ibrahim al-‘Ibrani, di mana keturunannya melakukan perjalanan menuju Khuran Suriah yang dilanjutkan lawatannya ke negeri Kananiyah [2000 SM] dan menetap di sana hingga melahirkan Ya’qub dan keturunannya. Dan kini, kata ‘Ibrani lebih disematkan pada masalah ras dan bahasa.

Yahudi

Ada beberapa pandangan, mengapa mereka disebut Yahudi; Sebagian mufassir mengaitkannya dengan peristiwa penyembahan anak sapi [Qs. Al-A’raf/7:156], pandangan lainnya menyandarkan pada ‘sikap gemetar’ mereka ketika membaca Taurat, dan yang paling populer pandangan yang menyebutkan bahwa kata Yahudi disandarkan pada Yahudza [anak keempat nabi Ya’qub yang paling berpengaruh] sekalipun masih silang pendapat karena perbedaan lafazh keduanya [yaitu Yahudi dan Yahudza].

Setelah wafatnya Sulaiman bin Dawud, keturunan Ya’qub ini terpecah menjadi dua golongan besar; Pertama, kelompok Yahudza [kerajaan selatan] yang mendapat dukungan Yahudza dan Bunyamin. Kedua, kelompok Israil [kerajaan utara] yang mendapatkan dukungan dari sepuluh keturunan lainnya dan disebut pula Samaria sampai jatuhnya mereka ke tangan bangsa As-Syiria, walaupun akhirnya mereka bersatu kembali.*>>> (Bersambung)

 

HIDAYATULLAH