Berhias dengan Ghadhul Bashar

Ghadhul bashar artinya menundukkan pandangan atau menjaga pandangan. Menundukkan dan menjaga pandangan dari perkara-perkara yang dilarang syariat akan melahirkan ketentraman jiwa. Hati lebih tenang karena dengan membiarkan pandangan mata, kebersihan hati ternoda bahkan bisa membuat jiwanya tertawan cinta. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an :

قل للمؤمنين يغضوا من ابصرهم ويحفظوا فروجهم ذلك أزكى لهم إن اله خبير بمايصنعون

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat” (QS. An Nur: 30).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan: “Allah menjadikan menahan pandangan dan menjaga kemaluan sebagai penyebab terkuat untuk mensucikan jiwa. Dan konsekuensi dari menjaga kesucian jiwa ialah dengan menghilangkan segala bentuk kejahatan perbuatan keji, kezaliman, syirik” (Al-Ubudiyah, hal. 100-101).

Ibnul Jauzi rahimahullah juga mengatakan: “Wajib bagi orang yang tak sengaja melihat kecantikan wajah yang dipandangnya, kemudian dia merasa nikmat di dalam hatinya untuk memalingkan pandangannya. Namun ketika dia terus menerus memandang atau kembali memandang, maka ketika itulah dia dicela oleh syariat dan akal.

Jika ada yang bertanya: Jika seseorang terlambat hatinya walaupun hanya sekilas memandang, kenapa orang yang memandang tersebut harus dicela?. Maka jawabannya, bahwa sekilas memandang jarang sekali dapat membuat seseorang jatuh hati adalah karena terus menerus memandang orang yang dikaguminya. Andai saja ada yang jatuh kasmaran walau hanya pandangan yang sekejap, maka efek dari pandangan tersebut mudah menghapuskannya.” (Dzammul Hawa, hal. 439).

Seorang penyair hikmah berkata: “Mata yang beradu mata dalam pandangan adalah jalan kerusakan hati beberapa saat. Terjadi peperangan hingga berlumuran darah dan mati”.

Dalam syair hikmah lainnya disebutkan: “Wahai kedua mata, kau nikmati pandangan lalu kau susupkan kepahitan ke dalam hati. Jangan lagi kau ganggu hati ini berbuat lalim dengan sekali tebasan”.

Pandangan ibarat anak panah yang melesat menembus hati, ketika dibiarkan ia bisa membelah hati, ketika iman mulai pudar dan keinginan syahwat menguat maka bisa mengantarkan pada pintu-pintu maksiat, seperti, bersetubuh, berkhalwat, pacaran bahkan perzinaan.

Al-Qurthubi rahimahullah memberikan nasehat: “Mata adalah gerbang terbesar menuju hati dan panca indera yang paling berpengaruh terhadapnya, karena itu banyak terjadi kebinasaan (karenanya) dan wajib diwaspadai. Menjaganya dari yang haram hukumnya wajib, dan juga (harus menjaganya) dari setiap yang dikhawatirkan dapat menimbulkan fitnah” (Tafsir Al-Qurthubi, 2/148).

Adapun dalam menafsirkan surat An-Nur: 30, Imam Ibnul Qayyim menjelaskan: “Allah Ta’ala memerintahkan Nabi-Nya untuk memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar mereka menahan pandangan dan menjaga kemaluan. Karena awalnya disebabkan oleh pandangan, maka perintah menjaga pandangan lebih dikedepankan dari pada tekanan untuk menjaga kemaluan.

Pasalnya, kasus-kasus yang terjadi bermula dari pandangan, kronologisnya (dimulainya dengan) pandangan, angan-angan, langkah dan kemudian terjadi dosa. Ada ungkapan: Barangsiapa bisa menjaga empat hal ini, niscaya akan dapat membentengi agamanya, (yaitu) detik-detik waktunya, angan-angan, tutur kata, dan langkah-langkah” (Ad-Da’ wa Ad Dawa, hal. 232).

Demikianlah indah dan mulianya Islam yang begitu perhatiannya dalam masalah menjaga pandangan, agar manusia terhindar dari dosa dan maksiat.

Semoga Allah Ta’ala memberi taufik.

Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa

Referensi:
Majalah As-Sunnah, edisi 01/tahun IX/ 1426 H
Majalah As-Sunnah, edisi 05/ Tahun VIII/ 1425 H
Tanda-Tanda Orang-Orang Jatuh Cinta Dan Memendam Rindu (terjemah) Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, darul Falah, Jakarta. 1423 H

Artikel Muslimah.or.id

Suami Merasa Nyaman Melihat Istrinya Berhias

SAHABAT Abu Hurairah Radhiyallahu anhu pernah menceritakan, Rasululah Shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya, “Apa ciri wanita yang paling saleh?”

Jawab beliau,

“Yang menyenangkan suami ketika dilihat, dan mentaati suami ketika diperintah. (HR. Ahmad 9837, Nasai 3244 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Anda bisa memastikan, seorang suami akan merasa nyaman melihat istrinya ketika sang istri berhias, atau bahkan menyebarkan wewangian bagi suami. Hadis ini sangat tegas mengajarkan, jika wanita ingin menjadi istri saleh, hendaknya dia berusaha berhias bagi suaminya.

Seorang wanita yang berhias di depan suaminya, bagian dari fitrahnya. Allah berfirman,

“Apakah patut orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan sedang dia tidak dapat memberi alasan yang terang dalam pertengkaran. (az-Zukhruf: 18)

Karena itu, Allah bolehkan wanita untuk menggunakan perhiasan, yang itu diharamkan bagi lelaki, seperti emas atau sutera.

Wanita harus berhias di depan suaminya, dan ini bagian dari hak suami yang harus ditunaikan istrinya. Karena merupakan salah satu sebab terbesar mewujudkan kasih sayang.

Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan,

“Apabila kalian pulang dari bepergian di malam hari, maka janganlah engkau menemui istrimu hingga dia sempat mencukur bulu kemaluannya dan menyisir rambutnya yang kusut. ” (HR. Bukhari 5246)

An-Nawawi mengatakan,

“Dalam hadis ini terdapat dalil bahwa istri tidak boleh membuat suaminya lari darinya, atau melihat sesuatu yang tidak nyaman pada istrinya, sehingga menyebabkan permusuhan diantara keduanya. Hadis ini juga dalil, bahwa selama suami ada di rumah, wanita harus selalu berdandan dan tidak meninggalkan berhias, kecuali jika suaminya tidak ada. (Syarh Sahih Muslim, 7/81). Allahu alam. []

Sumber : Ustaz Ammi Nur Baits, konsultasisyariah