Wahai Orang Kaya! Berilah Makan kepada si Miskin

Lihatlah, ada orang miskin, ada orang kaya. Ada laki-laki, dan sebaliknya ada pula perempuan. Ada yang dilapangkan rezekinya, ada pula yang justru seolah terus berada dalam sempitnya kemiskinan. Itulah perbedaan, kondisi berpasang-pasangan, yang sengaja diciptakan Allah SWT.

Bukan Allah tak kuasa membuat semua umatnya di dunia kaya raya, tentu. Tetapi homogenitas seperti itu tidak akan membuat manusia tergerak untuk beramal. Sementara beramal sesuai kaidah Allah, yang dalam terma Islam kita kenal sebagai ibadah, adalah tugas hakiki manusia diturunkan Allah di muka Bumi.

Perbedaan itulah yang sejatinya dibuat Allah untuk menumbuhkan keinginan di hati manusia guna saling membantu, saling menutupi kekurangan. Agar manusia menjadi dinamis. Dan semua itu wajib dilakukan.

Artinya, dalam aturan Allah yang seharusnya terjadi bukanlah kaum miskin mencari-cari sedekah dan derma untuk mengenyangkan kelaparan mereka. Yang diwajibkan dalam kerangka harmonisasi di Bumi itu, orang kaya dibebani tugas untuk mencari dan menuntaskan kelaparan orang-orang miskin. Yang kayalah yang harus senantiasa mencari mereka yang kekurangan. Yang berilmulah yang dibebani tugas mengamalkan ilmunya.

Senyampang itu, Allah pun mewajibkan hamba-hambaNya untuk berjuang. Yang miskin harus terus berusaha memperbaiki taraf hidup dengan tangannya sendiri. Yang kurang ilmu terus mencarinya sejak buaian sampai liang lahat.

Bukankah Nabi yang mulia mencium tangan kasar seorang tukang batu yang dengan tangannya itu menghidupi keluarganya? Bukankah tak hanya Allah SWT mewajibkan umatNya menuntut ilmu, melainkan menganugerahi mereka yang meninggal dalam pencarian ilmu sebagai seorang syuhada?

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2337569/wahai-orang-kaya-berilah-makan-kepada-si-miskin#sthash.FsVAQSz8.dpuf