Berkah al-Haram

Bagi pengunjung dua Tanah Suci (Makkah dan Madinah), air zam zam yang sumbernya tak pernah mengering, menjadi tujuan utama. Kisah penemuan mata air zamzam selalu didengungkan sehingga umat Islam di berbagai zaman selalu mendengarnya.

Dahulu, Nabi Ibrahim AS (Lahir 2510 SM) mendambakan anak. Sementara istrinya, Sarah, tak kunjung hamil. Kisah-Kisah Shahih dalam Alquran dan Sunnahkarya Syekh Umar Sulaiman al- Asyqor menyebutkan, Ibrahim memohon kepada Allah untuk diberi keturunan yang baik.

Allah mewujudkan keinginan itu. Saat Ibrahim menetap di Baitul Maqdis, Sarah berkata kepada Ibrahim untuk menikah dengan hamba sahayanya Hajar agar memiliki anak. Ibrahim kemudian menikah dan setelah itu Hajar hamil.

Ismail anak dari Hajar dan Ibrahim lahir di bumi yang diberkahi, Palestina. Hajar melahirkan Ismail saat Ibrahim ber usia 86 tahun, tepat tiga tahun sebelum kelahiran Ishaq.

Setelah Ismail lahir, Allah menurunkan wahyu kepada Ibrahim berisi berita gembira kelahiran Ishaq dari Sarah. Ibrahim langsung bersujud. Allah berfirman kepadanya, Aku telah mengabulkan permintaanmu terkait Ismail, Aku memberkahinya, Aku akan memperbanyak keturunannya, dan ia akan memiliki 12 orang besar dan Aku akan menjadikannya seorang pemimpin suku bangsa yang besar.

Saat Hajar melahirkan Ismail, kecemburuan Sarah semakin besar dan me minta Ibrahim agar membawanya per gi, supaya Sarah tidak lagi melihat wa jahnya. Ibrahim akhirnya membawa Hajar pergi bersama anaknya, lalu ditempatkan di sebuah padang pasir, Makkah. Ismail saat itu masih disusui.

Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab sahihnya, Hajar mengikat kakinya ketika berjalan sehingga tak mening galkan jejak dan tidak ada yang bisa mengikutinya. Makkah ketika itu tak berpenghuni, hanya hamparan padang pasir tandus.

Saat Ibrahim meninggalkan keduanya di sana dan beranjak pergi, Hajar menghampirinya dan menarik bajunya. Ia berkata, Ibrahim! Hendak pergi kemana engkau dan meninggalkan kami di sini tanpa perbekalan untuk mencukupi keperluan kami? Ibrahim tidak menyahut.

Namun, karena terus mendesak bertanya tanpa diberi jawaban, Hajar akhir nya bertanya, Allah-kah yang menyuruhmu untuk melakukan hal ini? Ibra him mengiyakan. Hajar kemudian meyakini hidupnya tak akan telantar.

Air zamzam

Ibrahim terus pergi, kemudian setelah tiba di bukit Tsaniyah, tempat di mana Hajar dan Ismail sudah tidak melihatnya, Ibrahim memanjatkan doa berikut dengan mengangkat kedua tangan, Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunan ku di lembah yang tidak mem punyai tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Rabb kami berharap mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (Ibrahim: 38).

Hajar kemudian menyusul Ismail dan meminum air yang diberikan Ibrahim. Setelah persediaan air habis, keduanya kehausan. Sang ibu menatap anaknya yang tengah berbaring. Ia akhirnya pergi karena tidak tega melihat anaknya. Ia melihat bukit paling dekat di sekitarnya Safa. Ia kemudian berdiri di puncak bukit Safa dan melihat ke berbagai arah apa kah ada seseorang, tapi ternyata sepi.

Ia kemudian turun, setelah tiba di perut lembah, ia melipat pakaian hingga sebatas lengan, kemudian berlari-lari kecil layaknya orang yang sudah kele tihan. Setelah melalui lembah tersebut, ia menghampiri bukit Marwa, lalu ber diri di puncaknya. Di sana ia mengham piri bukit Marwa, lalu berdiri di pun caknya.

Sebelum mencapai tujuh kali, Hajar pergi untuk menengok anaknya. Melihat Ismail yang berguling-guling, Hajar memutuskan untuk kembali ke bukit Safa. Apa yang dilakukan Hajar ini di abadikan sebagai salah satu rukun dalam umrah dan haji. Setiap jamaah diwajibkan melaksanakan sa’i berlari-lari kecil antara Safa dan Marwa.

Saat berada di atas bukit Marwa, Hajar mendengar suara, ia pun berkata dalam hati, Diamlah. Sesaat kemudian Hajar mendengar suara yang sama.

Hajar pun berkata, Kami mendengar suaramu, jika kau bisa menolong, tolonglah kami! Ternyata di hadapannya ada malaikat di tempat zamzam berada. Malaikat itu lantas menghentakkan tumit, atau sayapnya, hingga air memancar. Hajar kemudian mengumpulkan air itu di tangannya dan memasukkan air ke dalam wadah. Air itu memancar deras setelah diciduk.

Rasulullah bersabda, Andai ia tidak menciduk air zamzam, niscaya akan mengalir (ke seluruh permukaan bumi). Ia pun minum dan menyusui Ismail kecil. Kemudian malaikat itu berkata kepadanya, jangan takut telantar karena di sini akan berdiri rumah Allah yang dibangun bocah ini dan Ayahnya, Allah tidak akan menelantarkan keluarganya.

Pada mulanya Ka’bah berada di ketinggian seperti bukit. Kemudian banjir besar melanda hingga mengikis sebelah kiri dan kanannya. Setelah air zamzam muncul, Hajar dan Ismail tetap bertahan di sana.

Hingga suatu hari rombongan dari suku Jurhum singgah di Makkah. Mereka melihat seekor burung terbang berputar-putar. Mereka berkata, Sungguh, burung itu berputar mengelilingi air, tapi setahu kita di sini tidak ada air.

Mereka mengirim pencari jejak dan menemukan air. Rombongan itu langsung menikmati zamzam. Hajar berpesan, mereka tak punya hak untuk memiliki mata air itu, tapi mereka boleh meminumnya.

Ismail menikah

Ismail kemudian tumbuh dewasa. Dia pun dinikahkan dengan salah satu wanita dari suku Jurhum. Tak lama setelah mereka menikah, Hajar meninggal dunia. Kemudian, Ibrahim yang diberi pe tunjuk oleh Allah, datang menemui Ismail. Saat datang ke rumah Ismail, Ibrahim tidak bertemu dengan anaknya.

Dia hanya bertemu istrinya, Ibrahim bertanya kepada istri Ismail, ia menjawab, `Ia sedang pergi mencari nafkah untuk kami.’ Setelah itu, Ibrahim menanyakan kehidupan dan kondisi mereka. Istrinya mengeluh kepada Ibrahim bahwa keluarganya hanya manusia biasa yang serbasulit dan miskin.

Ibrahim kemudian mengatakan agar menyampaikan salamnya dan meminta untuk mengubah palang pintu rumah nya.Setelah Ismail pulang, ia bertanya ke pada istrinya, Apa tadi ada tamu yang datang? istrinya menjawab, Ya. Tadi ada orang tua datang kemari, ciri nya begini dan begitu. Ia menanya kan mu, aku pun memberitahukan padanya. Setelah itu, ia bertanya kepadaku ten tang kehidupan kami. Aku berkata pa danya bahwa aku berada dalam kesu litan.

Ismail kemudian menceritakan jika tamu yang datang adalah ayahnya Ibrahim dan melalui pesannya itu dia meminta untuk menceraikan istrinya. Ismail kemudian menceraikan istrinya itu lalu menikah dengan wanita lain.

Selang berapa waktu, Ibrahim tidak kunjung datang. Namun saat datang, Ibrahim kembali tidak bertemu Ismail. Ibrahim masuk menemui istri Ismail lalu menanyakan Ismail padanya. Istrinya menjawab, Ia sedang mencari nafkah un tuk kami. Setelah itu Ibrahim bertanya, Bagaimana kondisi kalian? Istri nya yang kini berbeda dengan sebelum nya, dia tidak menceritakan kesulitan dan kesusahannya berumah tangga selama bersama Ismail.

Istrinya menceritakan, hidupnya bahagia dan sejahtera karena tersedia da ging dan air untuk memenuhi kebutuhan hi dupnya. Berkat sifat qanaah istri Ismail, Ibrahim kemudian berdoa, Ya Allah ber ka hilah daging dan air mereka.

 

REPUBLIKA