Bersyukur dengan yang Sedikit

Bersyukur dengan yang sedikit. Setiap saat kita telah mendapatkan nikmat yang banyak dari Allah, namun kadang ini terus merasa kurang, merasa sedikit nikmat yang Allah beri. Allah beri kesehatan yang jika dibayar amatlah mahal. Allah beri umur panjang, yang kalau dibeli dengan seluruh harta kita pun tak akan sanggup membayarnya. Namun demikianlah diri ini hanya menganggap harta saja sebagai nikmat, harta saja yang dianggap sebagai rizki. Padahal kesehatan, umur panjang, lebih dari itu adalah keimanan, semua adalah nikmat dari Allah yang luar biasa.

“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad)

Hadits ini benar sekali. Bagaimana mungkin seseorang dapat mensyukuri rizki yang banyak, rizki yang sedikit dan tetap terus Allah beri sulit untuk disyukuri? Bagaimana mau disyukuri? Sadar akan nikmat tersebut saja mungkin tidak terbetik dalam hati.

Kita Selalu Lalai dari 3 Nikmat

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa nikmat itu ada 3 macam.

  • Pertama, adalah nikmat yang nampak di mata hamba.
  • Kedua, adalah nikmat yang diharapkan kehadirannya.
  • Ketiga, adalah nikmat yang tidak dirasakan.

“Semoga Allah senantiasa memberikanmu nikmat dan mengokohkanmu untuk mensyukurinya. Semoga Allah juga memberikan nikmat yang engkau harap-harap dengan engkau berprasangka baik pada-Nya dan kontinu dalam melakukan ketaatan pada-Nya. Semoga Allah juga menampakkan nikmat yang ada padamu namun tidak engkau rasakan, semoga juga engkau mensyukurinya.” (Al Fawa’id, Ibnul Qayyim, terbitan, Darul ‘Aqidah, hal. 165-166).

Itulah nikmat yang sering kita lupakan. Kita mungkin hanya tahu berbagai nikmat yang ada di hadapan kita, semisal rumah yang mewah, motor yang bagus, gaji yang wah, dsb. Begitu juga kita senantiasa mengharapkan nikmat lainnya semacam berharap agar tetap istiqomah dalam agama ini, bahagia di masa mendatang, hidup berkecukupan nantinya, dsb. Namun, ada pula nikmat yang mungkin tidak kita rasakan, padahal itu juga nikmat. #tadabburdaily

Bersyukur di Dini Hari

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanyalah milik Allah Swt dan hanya kembali kepada-Nya. Tiada yang luput dari pengetahuan Allah suatu kejadian sekecil apapun. Tiada yang luput dari pendengaran Allah suatu pembicaraan sehalus apapun. Hanya kepada Allah kita akan kembali. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Allah Swt berfirman,“Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.”(QS. Al Isro [17] : 12)

Saudaraku, semoga kita menjadi hamba-hamba yang tenggelam. Tenggelam dalam rasa syukur kepada Allah Swt. Sehingga hati kita tidak pernah merasa kekurangan dari berbagai limpahan karunia Allah yang tiada bertepi. Sejak kita bangun tidur, bisa bernafas, beraktifitas hingga tidur kembali.

Setelah tidur di malam hari, kita masih diberi kesempatan untuk bangun kembali. Berarti kita masih diberi kesempatan untuk bertaubat, untuk memperbanyak amal kebaikan dan meningkatkan kualitasnya. Serta untuk menebar manfaat bagi lebih banyak orang.

Ketika mata kita kembali terbuka, panjatkanlah doa dan syukur kepada Allah karena mata kita masih bisa melihat langit-langit. Ketika telinga mendengar ayam berkokok, bersyukurlah karena telinga masih bisa mendengar. Ketika menggerakkan badan, bersyukurlah karena tulang-tulang dan jaringan otot masih bisa bekerja.

Ketika kita ke kamar kecil untuk memenuhi hajat, bersyukurlah karena racun-racun keluar dari tubuh kita. Ketika kita bertemu dengan air wudhu, bersyukurlah karena air masih tersedia dan tetesan air wudhu itu menggugurkan dosa-dosa kita. Dan, ketika kita mendirikan sholat subuh, bersyukurlah karena betapa Allah masih memberikan kita kesempatan merasakan nikmatnya bersujud kepada-Nya.Maa syaa Allah!

Saudaraku, dalam sebuah peristiwa yang seringkali nampak sepele dan tidak jarang luput dari perhatian kita, yaitu peristiwa bangun tidur di dini hari, sungguh berlimpah karunia Allah Swt jika kita tafakuri. Allah menolong kita untuk bisa melakukan rangkaian aktifitas sebagaimana disebutkan di atas.

Ketika melangkah ke masjid untuk sholat subuh berjamaah, bersyukurlah karena Allah masih memberikan kekuatan dan kemampuan untuk menggerakkan hati dan kaki kita. Dan, setiap langkah dicatat sebagai kebaikan oleh malaikat

Beruntunglah orang-orang yang bisa mensyukuri karunia Allah di dini hari. Tidak banyak orang mampu mensyukurinya dengan cara beribadah kepada-Nya. Tidak jarang orang yang malah mensikapi karunia Allah tersebut dengan berleha-leha, hanyut dalam buaian selimut dan lalai mendirikan sholat di awal waktu. Semoga kita tergolong hamba-hamba yang beruntung itu.Aamiin ya Robbal aalamiin. [smstauhiid]

INILAH MOZAIK

Bersyukur Ketika Sakit

SUATU ketika ada seorang perempuan hitam datang menghadap Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Siapakah engkau?” Wanita itu berkata, “Saya adalah Ummu Muldam.”

Beliau bersabda lagi, “Apa yang bisa engkau kerjakan, wahai Ummu Muldam?” Ia berkata lagi, “Saya memakan daging dan mengisap darah, dan panas saya berasal dari uap neraka jahanam.”

Nabi SAW memandang tajam wanita itu seolah ingin menegaskan sesuatu, yang beliau telah menduganya. Maka wanita itu berkata, “Wahai Rasulullah, saya adalah penyakit panas. Allah memerintahkan saya mewujud dalam wanita hitam ini untuk menghadap engkau. Sekarang utuslah saya kepada suatu keluarga yang paling engkau cintai.”

Nabi SAW memerintahkan wanita itu mendatangi suatu keluarga Anshar, dan para sahabat itu langsung menderita sakit panas. Setelah seminggu berlalu bersabar dalam sakit panas itu, keluarga Anshar itu mengirim utusan kepada Nabi SAW untuk mengabarkan keadaan sakitnya. Maka beliau memanjatkan doa kepada Allah untuk kesembuhan keluarga Anshar tersebut.

Setelah sembuh para sahabat Anshar itu datang menghadap Rasulullah SAW, dan beliau menyambutnya dengan gembira, “Selamat wahai kaum yang telah disucikan oleh Allah dengan sesuci-sucinya.”

Dalam kesempatan lainnya, Nabi SAW menyatakan, bahwa ketika sakit panas datang pada seorang mukmin, nyawa sang mukmin itu akan berkata, “Wahai penyakit panas, apakah yang engkau inginkan dari jiwa yang mukmin ini?”

Penyakit panas berkata, “Wahai nyawa yang baik, sesungguhnya jiwamu ini tadinya suci, kemudian dikotorkan dengan dosa-dosa dan kesalahan, maka aku datang untuk menyucikannya kembali.”

Maka nyawa itu berkata, “Kalau begitu datanglah, datanglah, datanglah ke sini, lalu sucikanlah jiwa ini.”

Dalam sebuah Hadis Qudsi, Nabi SAW menjelaskan bahwa Allah berfirman, “Demi Kemuliaan dan Keagungan-Ku, Aku tidak akan mengeluarkan seseorang dari dunia (yakni mematikannya) padahal Aku berkehendak memberi rahmat kepadanya, sehingga Aku bersihkan ia dari dosa yang dilakukannya, dengan (memberikan) penyakit dalam tubuhnya atau kesulitan dalam kehidupannya. Apabila masih ada dosa dalam dirinya, maka aku beratkan ia dalam kematiannya (sakaratul mautnya) sehingga ia datang kepada-Ku sebagaimana ia dilahirkan oleh ibunya.

Dan Aku tidak mengeluarkan seseorang dari dunia padahal Aku berkehendak menyiksanya, sehingga Aku membayar tunai setiap kebaikan yang dilakukannya dengan kesehatan di tubuhnya, atau kelapangan dalam kehidupannya (rezekinya). Apabila masih ada sisa kebaikannya, maka Aku mudahkan kematian baginya (sakaratul mautnya), sehingga ia datang kepada-Ku dan sama sekali ia tidak membawa kebaikan (yang belum dibayar/dibalas).”

 

INILAH MOZAIK

Banyak Celah untuk Bersyukur

ALHAMDULILLAH. Puji dan syukur hanya milik Allah Swt. Semoga Allah Yang Maha Mengetahui segala bisikan di dalam hati, menggolongkan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang husnul khotimah. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Allah Swt berfirman, “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al Baqoroh [2] : 152)

Hampir bisa dipastikan setiap kali kita mendapat keberuntungan, misalnya mendapat hadiah uang, memiliki kendaraan baru, punya rumah baru, punya sepatu baru, kita bersyukur kepada Allah Swt, mengucapkan “Alhamdulillah “.

Namun, bagaimana jikalau kita ditimpa kepahitan, misalnya kehilangan uang atau kehilangan kendaraan? Biasanya kita lebih banyak memandang kejadian ini sebagai musibah, bencana yang membuat kita sedih. Padahal, dalam setiap babak hidup kita selalu ada sisi atau celah untuk bersyukur, bahkan dalam kepahitan sekalipun. Karena tidak ada satupun kejadian di dunia ini yang terjadi secara sia-sia, selalu ada hikmah di baliknya. Dan, setiap kejadian pasti terjadi dengan izin Allah Swt.

Ketika kehilangan kendaraan misalnya. Mengapa kita lantas hanya sibuk memikirkan kendaraanya, hanya sibuk dengan pelaporan pada aparat hukum dan sibuk dengan pencariannya saja? Semestinya kesibukan pertama kita adalah sibuk mengembalikan peristiwa ini kepada Allah dan sibuk introspeksi diri. Boleh jadi ini adalah teguran untuk kita karena selama ini kita lebih sibuk memakai kendaraan tersebut untuk urusan duniawi ketimbang untuk urusan akhirat.

Nah, pelajaran inilah yang jauh lebih berharga dari kendaraan yang hilang itu. Pelajaran inilah yang wajib disyukuri. Pelajaran tentang sabar, husnuzhon pada takdir Allah, dan tawakal pada Allah dalam ikhtiar mencarinya, inilah celah bagi kita untuk selalu bersyukur bahkan dalam kepahitan.

Semakin kita terampil untuk bersyukur, semakin kita menjadi manusia yang tangguh dan bahagia. Semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan hidayah kita sehingga kita menjadi hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur. Aamiin yaa Robbal aalamiin. [smstauhiid]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Bersyukur dengan Beribadah

Hakikat dari ibadah adalah ungkapan rasa syukur seorang hamba.

Sebuah hadis diriwayatkan Hakim dari Jabir bin Abdullah RA menyebutkan, di akhirat nanti ada seorang hamba yang telah beribadah selama 500 tahun.

Ahli ibadah tersebut pun dipersilakan Allah SWT untuk memasuki surga. “Wahai hamba-Ku, masuklah engkau ke dalam surga karena rahmat-Ku,” bunyi Firman Allah dalam hadis qudsi tersebut.

Namun, ada yang menyangkal dalam hati si ahli ibadah. Mengapa ia masuk surga lantaran rahmat Allah? Bukankah ia telah beribadah selama 500 tahun? “Ya Rabbi, mengapa aku tidak dimasukkan kedalam surga karena amalku?” tanyanya.

Allah SWT pun memperlihatkan nikmat yang telah diberikan-Nya bagi si ahli ibadah. Nikmat Allah tersebut ditimbang dengan seluruh amal ibadah yang telah ia kerjakan.

Ternyata, nikmat penglihatan dari sebelah matanya saja sudah melebihi ibadah 500 tahun si ahli ibadah. Akhirnya, si ahli ibadah pun tunduk di hadapan Allah dan menyadari betapa kecilnya nilai ibadahnya.

Tak ada alasan bagi seorang Muslim untuk tidak bersyukur kepada Allah. Sebanyak apa pun ibadah yang dilakukan, tak akan sebanding dengan nikmat dan karunia yang telah diterima dari Allah.

Demikianlah hakikat dari ibadah, sebagai ungkapan rasa syukur seorang hamba kepada Rabb-nya. Jadi, menunaikan ibadah bukan hanya sebatas pelunas utang dan menunaikan kewajiban saja.

Rasulullah SAW sebagai seorang hamba yang dijamin tidak berdosa (maksum) adalah teladan dalam hal bersyukur. Suatu kali, istri beliau SAW bertanya, mengapa suaminya itu selalu shalat tahajud sepanjang malam.

Bahkan, kaki beliau SAW pun sudah bengkak lantaran lamanya berdiri. “Ya Rasulullah, bukankah Allah SWT telah mengampuni dosamu yang terdahulu dan yang akan datang?” ujar Aisyah.

Aisyah mengisyaratkan, buat apalagi susah-susah ibadah, toh Rasulullah SAW sudah dijamin Allah masuk surga. Seluruh kesalahannya, kalaupun ada, sudah diampuni Allah.

Dan, ia adalah makhluk yang paling mulia dimuka bumi. Lalu, mengapa ia masih merepotkan diri dengan ibadah sepanjang malam? “Bukankah lebih elok jika aku menjadi hamba yang bersyukur,” jawab Rasulullah (HR Bukhari).

Demikianlah Rasulullah SAW mencontohkan, hakikat dari ibadah bukanlah sebatas pelunas utang atau pembersih diri dari dosa. Ibadah adalah luapan rasa syukur kepada Allah SWT.

Sungguh, sangat banyak hal yang harus disyukuri seorang hamba. Nikmat tersebut baru akan terasa nilainya ketika Allah SWT telah mencabutnya. Jadi, sebelum Allah mencabut nikmat itu, syukurilah keberadaannya.

Dan, jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menghitungnya (karena banyaknya). Sesungguhnya, Allah benar-benar Maha Penyayang.” (QS an-Nahl [16] : 18).

Ketika seorang hamba sudah mengetahui hakikat ibadahnya sebagai bentuk syukur, saat itulah ibadah bisa menjadi perisainya. Seorang yang menunaikan kewajibannya dan juga menambahnya dengan ibadah-ibadah sunah akan bermuara pada kecintaan Allah. Ketika ia sudah mendapatkan cinta Allah, seluruh aktivitas yang ia jalani di muka bumi adalah restu dan rida dari Allah SWT.

Sebagaimana Firman Allah dalam hadis qudsi: “Tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku senangi daripada melaksanakan apa yang Aku fardukan atasnya. Dan, tidak pula hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri dengan melakukan amalan-amalan sunah, sehingga Aku mencitainya. Dan, bila Aku mencintainya, menjadilah Aku telinganya yang ia gunakan untuk mendengar, matanya yang ia gunakan untuk melihat, tangannya yang dengannya ia memegang, dan kakinya yang dengannya ia berjalan. Apabila ia bermohon kepada-Ku maka pasti Ku kabulkan permohonannya, apabila ia meminta perlindungan-Ku maka pasti ia Ku lindungi. (HR Bukari Muslim).

Mereka yang mendapatkan cinta Allah tersebut juga diistilahkan dengan wali Allah. Tak mudah untuk mengetahui siapa wali Allah tersebut. Tetapi, yang jelas wali Allah adalah ahli ibadah yang menunaikan ibadah sebagai bentuk rasa syukur mereka.

Berhati-hatilah berurusan dengan para wali Allah. Seperti dinyatakan dalam kelanjutan hadis di atas, “Siapa yang memusuhi wali-Ku (orang yang dicintai Allah) maka sesungguhnya Aku telah menyatakan perang dengannya.”

 

Oleh: Hannan Putra

REPUBLIKA 

Menjalani Hidup dengan Penuh Syukur

MARI kita saling doa untuk sehat dan bahagia serta panjang umur dalam keberkahan. Tak usah terlalu gelisah dengan nikmat yang hilang dan jangan terlalu bangga saat nikmat datang berkunjung. Dunia berputar dan waktu menjadikan peristiwa silih berganti.

Ketika merenungkan perjalanan hidup yang tak pernah sepi dari rizki dan juga uji, teringat saya pada dawuh pemimpin besar masa lalu yang berjulukkan al-Khulafa’ur Rasyidun yang kelima, yakni khalifah Umar bin Abdul Aziz. Beliau berkata: “Ikatlah nikmat-nikmat Allah dengan bersyukur kepada Allah.”

Kalimat yang sederhana, tapi dalam maknanya. Pertama: Nikmat akan senantiasa bersama kita ketika senantiasa disyukuri. Syukur adalah penjaga kelanggengan nikmat; kedua, syukur bukan hanya berucap alhamdulillah, syukur adalah pengakuan bahwa semuanya betul-betul dari Allah dan siap untuk selalu menggunakannya di jalan yang diridlai Allah; ketiga, nikmat bukan hanya anugerah harta melainkan mencakup segala yang dengannya kita senang dan bahagia, termasuk kesehatan, kecerdasan, keterampilan dan doa. Bersyukur berarti menggunakan semua itu di jalan yang disukai Allah.

Sesungguhnya nikmat itu tak pernah habis dari kehidupan kita. Hanya saja kita yang terlalu fokus pada derita maka derita itu tampak membesar dan nikmatpun tampak mengecil. Pandai-pandailah membaca dan merasakan nikmat agar masih bisa tersenyum dan bersyukur.

Di rumah sakit, ada banyak pasien yang terkapar. Ketika dikunjungi dan ditanya kabarnya mereka berkata: “Alhamdulillah ada perkembangan walau sedikit. Datangnya jenengan walau sebentar semoga membawa keberkahan.” Mereka tersenyum dan bersyukur di rumah sakit yang penuh dengan penyakit. Ada nikmat di sana. Apakah kita menunggu terkapar di rumah sakit untuk menikmati nikamat-nikmat ‘kecil?’

Selamat saya ucapkan pada semua yang hatinya dibuka sempurna untuk menyadari semua itu. Allah akan senantiasa bersama kita. Bismillah, Allahu ma’anaa.

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Cara Agar Kita Tetap Bersyukur

Rasa syukur akan nikmat yang telah Allah subhanahu wa ta’ala berikan adalah salah satu cara seorang hamba berterima kasih kepada Sang Pemberi nikmat. Rasa syukur tersebut haruslah selalu kita ucapkan dan kita balas dengan beramal saleh. Yang mana dengan selalu bersyukur maka nikmat-Nya akan terus mengalir kepada kita.

Tetapi, karena pada hakikatnya manusia adalah hanya seorang manusia biasa, yang masih terkadag lupa dan khilaf untuk bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepadanya. Maka dari itu, penting bagi kita untuk mengetahui cara agar kita tetap bersyukur atas setiap nikmat-Nya yang selalu diberikan kepada kita.

Dalam buku Rahasia Di Balik Usia 40 Tahun yang ditulis oleh Ahmad Annuri MA disebutkan bagaimana cara agar tetap bersyukur, yaitu:

1. Merenungi nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang tidak terhingga, sehingga tumbuh rasa cinta kepada Allah. Resapilah betapa banyak nikmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita.

2. Mengingat masa kanak-kanak. Cobalah sesekali perhatikan bayi yang baru lahir! Maka, kita akan mendapatkan perbedaan yang sangat mencolok antara kita saat ini dengan bayi yang baru lahir. Maka, renungilah nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan Allah kepada kita hingga kita bisa mencapai usia 40 tahun atau bahkan lebih dari itu.

3. Berdoa kepada Allah subhanahau wa ta’ala untuk selalu bersyukur. Allah berfirman,

“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmay-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan ibu-bapakku….”(QS. Al Ahqaf: 15).

Jika Allah subhanahu wa ta’ala mengabulkan doa dan memberikan petunjuk kepada kita untuk dapat selalu memuji serta mensyukuri-Nya, ketahuilah itu adalah nikmat lain yang harus disyukuri.

4. Mengingat janji Allah subhanahu wa ta’ala untuk orang yang bersyukur. Allah berfirman,

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”(QS. Ibrahim: 7)

Allah telah memerintahkan kita untuk selalu bersyukur, padahal sngguh Allah tidak membuthkan kiat, ketahuilah manfaat dari rasa syukur akan kembali kepada kita. Karena sungguh janji Allah adalah yang paling benar.

5. Mengingat risiko yang berpaling dari Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana Firman Allah:

“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. (QS. Al-Insan: 3)

Allah telah menciptakan semua manusia dalam keadaan beriman. Maka, janganlah kita balas nikmat yang sangat besar ini dengan pengingkaran atau kekafiran, karena kafir bisa menjadikan kita celaka serta sengsara di dunia maupun di akhirat kelak.

6. Mujahadatun nafs, yaitu sebuah upaya penuh yang dilakukan manusia untuk berusaha secara sungguh-sungguh untuk mengalahkan hawa nafsu yang cenderung suka pada hal-hal yang negatif, seperti malas dan kikir.

7. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia, yaitu hanya sebagai tempat singgah. Sehingga hal ini akan mendorong manusia untuk beramal saleh secara sempurna.

8. Mengadakan latihan-latihan syukur secara pribadi. Caranya, ketika kita sedang dalam keadaan sendiri di rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah daripada menyaksikan televisi atau hal-hal yang tidak mendatangkan manfaat. Atau misalnya melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezekinya untuk infak fii sabilillah dengan membiasakan infah S3 (Sehari Seribu Saja)

9. Membaca-baca kisah para nabi, sahabat, tabi’in, atau ulama salaf lainnya untuk mengambil suri teladan mereka.

10. Senantiasa berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar dimudahkan untuk selalu bersyukur.

Di antara wasiat Rasulullah sallallahu alaihi wasallam kepada Mu’adz bin Jabal:

“Wahai Mu’adz, aku wasiatkan padamu agar setiap akhir shalat tidak meninggalkan untuk membaca doa:

“ALLAHUMMA A’INNI ‘ALA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI ‘IBADATIK”

“Ya Allah, bantulah aku agar senantiasa berdzikir, bersyukur dan beribadah dengan baik kepada-Mu.

11. Senantiasa berusaha membandingkan kenikmatan duniawi yang kita rasakan dengan kenikmatan orang yang secara duniawi berada di bawah kita. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam menasihatkan, “Lihatlah orang yang di bawah kalian dan janganlah melihat orang yang di atas kalian, sebab hal itu akan mendidik kalian untuk tidak meremehkan nikmat Allah.” (HR. Muslim)

 

REPUBLIKA