Hukum Berzkir di dalam Kamar Mandi

“SESEORANG dituntut untuk berzikir kepada Allah di setiap waktu dan setiap keadaan, kecuali di tempat yang dilarang untuk berzikir, seperti di kamar mandi. Apakah mungkin seseorang memutus zikir kepada Allah di kamar mandi, yaitu ia tidak mengingat Allah dengan hatinya?”

Syekh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah menjawab pertanyaan di atas:

“Zikir dengan hati itu disyariatkan pada setiap saat dan pada setiap tempat, termasuk di kamar mandi dan tempat lainnya. Yang dimakruhkan di kamar mandi dan tempat kotor semisalnya adalah berzikir dengan lisan.

Hal ini dilarang dalam rangka mengagungkan Allah Taala. Yang dikecualikan ketika di kamar mandi adalah membaca basmalah saat wudhu. Membaca basmalah di tempat tersebut diperbolehkan ketika sulit berwudhu di luar kamar mandi.

Membaca basmalah ketika wudhu itu wajib, menurut sebagian ulama, namun dianggap sunnah muakkad oleh jumhur (mayoritas ulama).” (Majmu Fatawa wa Maqalat Ibnu Baz, 5:381)

[Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal]

 

INILAH MOZAIK

Berzikir Mengingat Allah untuk Meredakan Marah

DI SAMPING bersikap sabar, terdapat berapa hal yang bisa dilakukan untuk meredakan marah. Di antaranya adalah berzikir mengingat Allah. Hal itu bisa memberikan rasa takut kepada-Nya.

Rasa takut tadi membuat kita menjadi taat sehingga kembali kepada adab yang diajarkan-Nya. Ketika itulah, amarah tersebut akan hilang. Allah berfirman; وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ “Ingatlah kepada Tuhanmu ketika engkau lupa.” (QS: al-Kahfi: 24).

Menurut Ikrimah, maksudnya adalah ketika engkau marah.

Allah berfirman;

وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللّهِ

“Dan jika kamu mendapat godaan dari setan, maka berlindunglah kepada Allah.” (QS: al-A’raf: 200).

Makna dari mendapat godaan di atas adalah membuatmu marah. Maka, ketika itu hendaknya meminta perlindungan kepada Allah. Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Artinya, Dia mendengar ucapan bodoh orang yang bertindak bodoh, serta mengetahui apa yang bisa melenyapkan amarahmu.

Diceritakan bahwa Raja Persia menulis sebuah catatan lalu memberikan kepada menterinya seraya berkata, “Jika aku marah berikan catatan tersebut kepadaku!” Isi catatan itu adalah: “mengapa harus marah? Engkau hanya seorang manusia. Sayangi yang dibumi, pasti yang di langit menyayangi-Mu.”

Ahli hikmah berkata, “Siapa yang mengingat kekuasaan Allah tentu tidak akan mempergunakan kekuasaannya dalam berbuat zalim kepada hamba.” Abdullah bin Muslim bin Muharib berkata kepada Harun ar-Rasyid, “Wahai Amirul Mukminin, aku memohon kepadamu agar memaafkanku berkat Zat yang di hadapan-Nya engkau lebih hina daripada diriku di hadapanmu. Serta berkat Zat yang lebih kuasa menghukummu daripada dirimu dalam menghukumku.” Maka Harun ar-Rasyid memaafkannya saat diingatkan kepada kekuasaan Allah.

Cara lain untuk meredakan marah adalah mengingat mati. Diceritakan bahwa seseorang mengadukan kekesatan hatinya kepada Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam. Maka, beliau bersabda: “Lihatlah kubur dan ambil pelajaran dengan pengumpulan makhluk di hari akhir.” (HR Baihaqi)

Ada penguasa kabilah yang apabila marah diberi kunci kubur para raja. Dengan begitu, marahnya hilang. Karena itu, Umar bin Khaththab radiyallahu anhu berkata, “Siapa yang banyak mengingat mati, ia akan ridha dengan dunia yang sedikit.”

Di antara cara lainnya adalah dengan berpindah dari kondisi saat marah kepada kondisi lain hingga amarah tersebut hilang. Ini adalah cara Khalifah Ma’mun saat marah.

Orang Persia berkata, “Jika orang yang sedang berdiri marah, hendaknya ia duduk. Jika orang yang sedang duduk, hendaknya ia berdiri.”*/dikutip Dr. Aidh al-Qarni, dari bukunya Laa Taghdhab-Jangan Marah.*

 

HIDAYATULLAH

Istiqomah dalam Berdzikir

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Semoga Allah Yang Maha Kuasa memberikan karunia kepada kita hati yang kuat sehingga kita bisa istiqomah di jalan-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Allah Swt berfirman, “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Rodu [13] : 28)

Saudaraku, dzikir adalah sumber kekuatan yang sangat dahsyat. Jika kita menafakuri praktik ibadah Thawaf, maka kita bisa memetik pelajaran berharga mengenai dzikir. Thawaf adalah ibadah yang pada pelaksanaannya benar-benar berbaur antara laki-laki dan perempuan, hampir tidak ada hijab. Apalagi jika jamaah sedang padat, maka bisa di depan, samping dan belakang adalah lawan jenis yang jaraknya dekat. Belum lagi setiap orang mengenakan pakaian Ihrom yang hanya dua helai kain saja. Namun, mengapa aman-aman saja, tidak pernah ada peristiwa memalukan semacam pelecehan? Mengapa tidak ada satupun jamaah yang berpikiran macam-macam?

Jawabannya adalah karena setiap orang dikala itu sibuk dengan dzikir, mengingat Allah. Setiap orang saat itu sibuk dengan membasahi lisannya dengan dzikir menyebut nama Allah, hati dan pikirannya konsentrasi kepada Allah. Bahkan, meski badan tersenggol, tersikut, kaki terinjak, tidak ada rasa jengkel atau marah. Mengapa? Karena semua potensi diri kita fokus berdzikir kepada Allah Swt.

Maa syaa Allah. Demikian dahsyat efek dari mengingat Allah. Bisa menghindarkan seseorang dari kemunkaran, kemaksiatan. Ucap, langkah dan niat senantiasa terjaga dari keburukan. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang istiqomah dalam berdzikir mengingat-Nya dalam keseharian kita. Aamiin yaa Robbal aalamiin.[smstauhiid]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar 

INILAH MOZAIK

Adab Berzikir Bagi Para Perindu Allah

BERZIKIR mempunyai adab-adab tertentu, baik sebagai pengantar, sesudah, atau ketika pelaksanaannya. Ada adab yang bersifat lahiriah dan ada pula yang bersifat batiniah.

Adab Pengantar

Sebelum melaksanakan zikir, sebaiknya sang salik terlebih dulu bertobat, membersihkan jiwa dengan riyadhoh (olah) rohani, melembutkan sirr (batin) dengan menjauhkan dan dengan kaitan hati dengan makhluk, memutuskan segala penghalang, memahami ilmu-ilmu agama, dan mempelajari syarat rukun dalam fardlu ‘ain, mempertegas tujuan-tujuuan luhur sebagai spirit tahapan utamanya, yang bersifat syar’i. Ia juga harus memilih zikir yang sesuai dengan kondisi batinnya.

Setelah itu, barulah ia berzikir dengan tekun dan terus menerus.

Di antara adab yang perlu diperhatikan yaitu hendaknya ia memakai pakaian yang halal, suci, dan wangi. Kesucian batin bisa terwujud dengan memakan makanan yang halal. Zikir waiau pun bisa melenyapkan bagian-bagian yang berasal dari makanan haram, tetapi manakaia batinnya sudah kosong dari yang haram atau syubhat, maka zikir tersebut akan lebih mencerahkan kalbu.

Namun, jika dalam batinnya masih terdapat sesuatu yang haram, ia terlebih dahulu akan dicuci dan dibersihkan oleh zikir. Pada kondisi tersebut, fungsi zikir sebagai penerang kalbu menjadi sifatnya lebih lemah. Ibarat air yang dipergunakan untuk mencuci sesuatu yang terkena najis, najisnya akan hilang. Tetapi, pada saat yang sama ia tak bisa membuat benda yang terkena najis tadi menjadi lebih bersih.

Oleh karena itu, sebaiknya ia dicuci uiang sehingga ketika benda yang dicuci itu telah bersih dari najis, ia akan bertambah cemerlang dan bersinar ketimbang saat dicuci pertama kali. Demikian puia saat zikir turun ke dalam kalbu. Kalau kalbu tersebut gelap, zikir akan membuatnya terang. Tetapi, kalau kalbu tersebut sudah terang, zikir akan membuatnya jauh lebih terang.

Adab Penyerta

Ketika zikir dilaksanakan hendaknya disertai niat ikhlas. Majelis tempat zikirnya diberi aroma wewangian. Ketika duduk hendaknya bersila menghadap kiblat, bila berzikir sendirian. Tetapi, kalau bersama-sama, hendaknya ia berzikir dalam lingkungan majelis. Selanjutnya telapak tangannya diletakkan di atas paha dan matanya dipejamkan seraya terus menghadap ke depan.

Sebagian ulama berpandangan, jika ia berada di bawah bimbingan seorang syekh (Mursyid), ia membayangkan sang syekh sedang berada di hadapannya. Sebab, ia adalah pendamping dan pembimbing dalam meniti jalan rohani. Selain itu, hendaknya kalbu dan zikirnya itu dikaitkan dengan orientasi sang syekh disertai keyakinan bahwa semua itu bersambung dan bersumber dari Nabi saw. Sebab, syekhnya itu merupakan wakil Nabi saw.

(Namun sejumlah Ulama Thariqah Sufi melarang membayangkan wajah syeikh, karena apa pun seorang syeikh atau Mursyid kategorinya tetap makhluk. Di dalam Alquran disebutkan, “Kemana pun engkau menghadap, maka disanalah wajah Allah.” Bukan wajah makhluk. Dikawatirkan pula, jika di akhir hayat seseorang, yang tercetak dalam bayangannya adalah wajah makhluk, para Ulama Sufi mempertanyakan, apakah ia secara hakiki husnul khotimah atau su’ul khotimah? Pent.)

Ketika membaca La Ilaaha Illalloh dengan penuh kekuatan disertai pengagungan. Ia naikkan kalimat tersebut dari atas pusar perut. Lalu, dengan membaca Laa Ilaaha hendaknya ia berniat melenyapkan segala sesuatu selain Allah swt, dari kalbu. Dan ketika membaca Illalloh, hendaknya ia menghujamkan ke arah jantung, agar Illalloh tertanam dalam kalbu, kemudian mengalirkan ke seluruh tubuh serta menghadirkan zikir dalam qalbunya setiap saat.

Menurut sebagian ulama mengatakan, “Pengulangan zikir tidak benar, kecuali dengan refleksi makna, selain makna yang pertama.”

Dan tingkatan zikir yang minimal adalah setiap kali seseorang membaca Laa Ilaaha Illalloh, kalbunya harus bersih dari segala sesuatu selain Allah swt. Jika masih ada, ia harus segera melenyapkannya. Jika ketika berzikir kalbunya masih menoleh pada sesuatu selain Allah swt, berarti ia telah menempatkan berhala bagi dirinya.

Allah swt, berfirman, “Tahukah kamu orang yang mempertuhankan hawa nafsunya.” (Q.S. al-Furqan: 43) `Janganiah kamu membuat Tuhan selain Allah .” (Q.S. al-Isra’: 22). “Bukankah Aku teiah memerintahkan kepadamu wahai Bani Adam agar kamu tidak menyembah setan.” (Q.S. Yasin : 60).

Dalam hadis, Rasul saw juga bersabda, “Sungguh rugi hamba dinar dan sungguh rugi hamba dirham.” Dinar dan dirham tidak disembah dengan cara rukuk dan sujud kepadanya, tetapi dengan adanya perhatian kalbu kepada keduanya.

La Ilaaha Illalloh, tidak benar diucapkan kecuali dengan penapian segala hal selain Allah dari diri dan kalbunya. Manakala dalam dirinya masih ada gambaran inderawi, walau seribu kali diucapkan, maka maknanya tidak membekas di kalbu.

Namun, bila kalbu tersebut telah kosong dari hal-hal selain Allah swt, meskipun hanya membaca kata Allah, satu kali saja, ia akan menemukan kelezatan yang tak bisa diungkapkan.

Syeikh Abdurrahman al-Qana’y mengatakan, “Suatu kali aku mengucapkan La Ilaaha Illalloh, dan tak pernah kembali lagi padaku.”

Di kalangan Bani Israel ada seorang budak hitam yang setiap kali ia membaca La Ilaaha Illalloh, tubuhnya dari kepala hingga kaki-berubah warna putih. Demikianlah, ketika seorang hamba mewujudkan kalimat La Ilaaha Illalloh, sebagai kondisi kalbunya, lisan tak bisa mengaksentuasikan.

Meskipun La Ilaaha Illalloh adalah segala muara orientasi, ia adalah kunci pembuka hakikat kalbu.

Ada yang memilih untuk membaca zikir di atas dengan cara disambung sehingga seolah-olah menjadi satu kata tanpa tersusupi oleh sesuatu dari luar ataupun lintasan pikiran dengan maksud agar setan tak sempat masuk. Cara membaca zikir seperti ini dipilih dengan melihat kondisi salik yang masih lemah dalam mendaki jaian spiritual akibat belum terbiasa. Selain terutama karena ia masih tergolong pemula. Menurut para uiama, ini adalah cara tercepat untuk membuka kalbu dan mendekatkan diri pada Allah swt.

Menurut sebagian ulama, memanjangkan bacaan La Ilaaha Illalloh lebih baik dan lebih disukai. Karena, pada saat dipanjangkan, dalam benaknya muncul semua yang kontra Allah, kemudian, semua itu ditiadakan seraya diikuti dengan membaca Illalloh. Dengan demikian, cara ini lebih dekat kepada sikap ikhlas sebab ia tidak mengokohkian sifat Ilahiyah, yaitu walaupun dinafikan dengan Laa Ilaaha secara nyata, sesungguhnya ia telah menetapkan dengan “Illa” keadaannya, namun “Illa” itu sendiri merupakan cahaya yang ditanamkan dalam qalbu yang kemudian mencerahkannya.

Sebagian lagi berpendapat sebaliknya. Menurut mereka, tidak membaca panjang lebih utama. Sebab, bisa jadi kematian datang di saat sedang membaca la ilaha (tidak ada tuhan), sebelum sampai pada kata Illalloh, (kecuali Allah swt,).

Sementara menurut yang iain, biia kalimat tersebut dibaca dengan tujuan untuk berpindah dari wilayah kekufuran menuju iman, maka tidak membaca panjang lebih utama agar ia lebih cepat berpindah kepada iman. Namun, kalau ia berada dalam kondisi iman, membaca secara panjang lebih utama .

Adab berikut

Manakala sang salik terdiam dengan upaya menghadirkan qalbunya, karena bersinggungan dengan anugerah ruhani dibalik zikir berupa kondisi ghaybah (kesirnaan diri) paska zikir, yang juga disebut dengan “kelelapan”, maka jika Allah swt, mengirim angin untuk menebar rahmat-Nya berupa hujan, Allah swt, juga mengirim angin zikir untuk menebar rahmat-Nya yang mulia berupa sesuatu yang bisa menyuburkan kalbu dalam sesaat saja. Padahal, itu tak bisa dicapai meskipun lewat perjuangan ruhani dan riyadhoh tiga puluh tahun lamanya. Adab-adab ini harus dimiliki oleh seorang pezikir yang dalam kondisi sadar dan bisa memilih.

Sedangkan bagi pezikir yang kehilangan pilihan karena tidak sadar bersamaan dengan masuknya limpahan zikir dan rahasia ke dalam dirinya, lisannya bisa jadi mengucapkan kata Allah, Allah, Allah atau Huw, Huw, Huw, Huw, atau La, La, La, atau Aa..Aa..Aa.. atau Ah, Ah, Ah, atau suara yang berbunyi. Adabnya adalah pasrah total pada anugerah Ilahi yang membuatnya tenang dan diam.

Semua adab di atas diperlukan oleh mereka yang akan melakukan zikir lisan. Adapun zikir kalbu tidak membutuhkan adab-adab tersebut.

 

MOZAIK

Dekatilah Taman Surga dengan Berzikir

“Apabila kamu melalui Taman Surga, maka ikutlah atau masuklah kamu padanya. Bertanya salah seorang sahabat: Apakah Taman Surga itu, ya Rasulullah? Sabda Rasul: Yaitu Halqah-halqah zikir (lingkaran orang berzikir)”. (HR. Imam Tarmizi).

Rasulullah SAW menggambarkan lingkaran orang berzikir sebagai Taman Surga yang sangat indah, penuh ketenangan dan kedamaian, mengalir segala rahmat dan karunia Allah SWT. Kenapa lingkaran orang berzikir di ibaratkan sebagai Taman Surga? Karena di saat mata terpejam, kepala pun tertunduk untuk merendahkan diri dengan serendah-rendahnya kepada Allah SWT yang Maha Agung lagi Maha Perkasa, lidah terasa kelu tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun, hanya hati yang terus bergetar, dimulai dengan ucapan astaghfirullah sebagai wujud permohonan ampun kepada Allah SWT atas dosa-dosa yang kita lakukan baik yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari, barulah kemudian hati kita bergetar berzikir Allah, Allah. Seluruh anggota badan ikut merasakan getaran Maha Dahsyat dari keagungan Kalimah Allah.

Keindahan zikir dalam lingkaran dibawah bimbingan Waliyammursyida tidak akan bisa digambarkan dengan kata-kata, zikir yang selalu dinaungi oleh Nur Allah beserta segenap Para malaikat-Nya sebagaimana dalam sebuah hadis:

“Apabila duduk suatu kaum mengucapkan zikir Allah, maka melingkungi mereka malaikat-malaikat dan meliputi akan mereka rahmat dan turut atas mereka sakinah (ketenangan jiwa) dan Allah menyebut mereka pada sisi-Nya”. (HR. Imam Muslim)

Zikir yang senantiasa dikelilingi oleh para malaikat inilah selalu dirasakan oleh orang-orang yang intensif berzikir selama 10 hari dalam iktikaf dan suluk dan tentu akan menghasilkan jiwa yang tenang, jiwa yang kelak bila saatnya telah tiba akan dipanggil kembali oleh Allah SWT untuk kembali kepada-Nya.

Marilah kita semua untuk selalu memperbanyak zikir kepada Allah SWT, karena sesungguhnya zikir itu adalah perintah Allah SWT sebagai firman-Nya:

“Dan ingatlah Tuhanmu sebanyak-banyaknya dan tasbihlah di waktu petang-petang dan pagi-pagi (Q.S. Al-Ahzab, 41-42).

“Barang siapa yang tidak mengingat-Aku, dia akan mendapat kehidupan yang sulit dan di akhirat akan dikumpulkan sebagai orang buta” (Q.S. Thaha, 124)

“Siksaanlah bagi orang yang ingkar hatinya mengingat Allah, orang-orang itu dalam kesesatan yang nyata” (Q.S. Azzumar, 22)

Zikir bukan hanya bisa menghilangkan penyakit hati akan tetapi juga bisa menyembuhkan penyakit-penyakit zahir yang kadang tidak bisa ditangani oleh dokter seperti penyakit AIDS/HIV, kanker ganas, leukimia, termasuk juga bisa dijadikan terapi untuk menyembuhkan orang gila dan orang yang kecanduan narkoba.

Allah SWT telah memberikan garansi kepada orang-orang yang selalu mengamalkan zikir untuk terlepas dari berbagai malapetaka dan bencana sebagaimana tersebut dalam sebuah hadist:

“Tidak memberi mudharat apa-apa yang dibumi dan tidak pula di dilangit bagi orang yang beserta dengan nama-Nya” (HR. Abu Daud dan Thirmidzi).

Bahkan Allah SWT juga memberikan garansi kepada manusia untuk tidak mengkiamatkan dunia ini kalau masih ada orang yang berzikir menyebut nama-Nya sebagai mana tersebut dalam hadis berikut:

“Tiada akan datang kiamat, kecuali kalau dimuka bumi tidak ada lagi yang membaca Allah, Allah, Allah” (HR. Muslim)

Di saat seorang hamba berzikir didalam lingkaran (Taman Surga), bertawajuh dibawah pimpinan seorang Guru Mursyid yang dalam dadanya telah tersalur Nur Ilahi, seluruh badan digetarkan oleh energi Zikir Kalimah Allah yang maha dasyat yang di istilahkan oleh Prof. Dr. SS. Kadirun Yahya MA. M.Sc sebagai Teknolgi Alquran, yang dapat memusnahkan segala jenis penyakit dan me-normal-kan kembali fungsi tubuh secara zahir dan mententramkan hati.

Zikir yang bisa menyelesaikan semua problem hidup bukanlah zikir sekedar meniru ucapan, akan tetapi zikir yang mengandung Nur Ilahi. Untuk mendapatkan itu sebelum kita berzikir terlebih dahulu kita mendapatkan frekwensi gelombang dari Rohani Rasulullah (Nur ala Nurin) melalui Rohani sang Mursyid, barulah rohani kita itu, yang pada hakekatnya telah menyatukan diri Rohaninya dengan Rohani Rasulullah, hingga memiliki frekwensi yang sama, barulah rohani kita detik itu, dapat hadir kehadirat Allah SWT karena rohani Rasulullah itu sangat dekat dengan Allah SWT.

Itulah sebabnya kenapa lingkaran zikir digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai Taman Surga, karena sesungguhnya surga itu berada di sisi Allah SWT, maka di saat berzikir rohani kita pada hakikatnya telah berada di sisi Allah SWT, rohani kita berada di Taman Surga-Nya yang sangat indah dan damai. Sering-seringlah kita singgah di Taman Surga semasa kita hidup di dunia sebagaimana anjuran Rasulullah agar kelak di akhirat kita bisa masuk kedalam surga. [Sumber: Sufimuda.net]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2319085/dekatilah-taman-surga-dengan-berzikir#sthash.0oY6jhbM.dpuf

Tiga Manfaat Utama Membiasakan Dzikir kepada Allah

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya”

“Dzikir kepada allah Ta’ala adalah ibadah terbesar dibandingkan ibadah lainnya,” demikian kata Ibn Abbas RA

MENJELASKAN hal ini,  Imam Ghazali dalam kitabnya “Dzikurllah” menulis, “Jika Anda bertanya, kenapa dzikir kepada Allah yang dikerjakan secara samar oleh lisan dan tanpa memerlukan tenaga yang besar menjadi lebih utama dan lebih bermanfaat dibandingkan dengan sejumlah ibadah yang dalam pelaksanaannya banyak mengandung kesulitan?”

Imam Ghazali menjelaskan bahwa dzikir mengharuskan adanya rasa suka dan cinta kepada Allah Ta’ala. Maka tidak akan ada yang mengamalkannya kecuali jiwa yang dipenuhi rasa suka, dan cinta untuk selalu mengingat dan kembali kepada-Nya.

Orang yang mencintai sesuatu akan banyak mengingatnya, dan orang yang banyak mengingat sesuatu (meskipun pada mulanya ini adalah bentu pembebanan) pasti akan mencintainya. Begitu halnya dengan orang yang berdzikir kepada Allah Ta’ala.

Apabila seorang Muslim sampai pada derajat suka berdikir, maka ia tidak akan melakukan erbuatan lain selain dzikir kepada Allah Ta’ala. Sesuatu yang selain Allah adalah sesuatu yang pasti meninggalkannya saat kematian menjemput. Nah, di sinilah urgensi mengapa setiap jiwa sangat membutuhkan amalan dzikir.

Dengan demikian, apa saja manfaat utama dari amalan yang sampai dibahas secara khusus oleh Imam Ghazali ini?

Pertama, kebahagiaan setelah kematian

Ketika seorang Muslim meninggal dunia, maka harta, istri, anak, dan kekuasaan akan meninggalkannya. Ya, tidak ada lagi yang bersamanya selain dzikir kepada Allah Ta’ala. Saat itulah, amalan dzikir akan memberikan manfaat yang luar biasa bagi diirnya.

Imam Ghazali memberikan ilustrasi menarik akan hal ini. “Ada orang bertanya, ‘Ia sudah lenyap, lalu bagaimana perbuatan dzikir kepada Allah masih tetap kekal bersamanya?”

Imam Ghazali pun menjelaskan, “Sebenarnya ia tidak benar-benar lenyap, yang juga melenyapkan amalan dzikir. Ia hanya lenyap dari dunia dan alam syahadah, bukan dari alam malakut. Hal ini tertera dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 169-170.”

Kedua, senantiasa diingat oleh Allah Ta’ala

Di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman;

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ

“Ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (QS. Al-Baqarah [2]: 152).

Tsabit Al-Banani berkata, “Saya tahu kapan Allah mengingatku.” Orang-orang pun merasa khawatir dengan ucapannya sehingga mereka pun bertanya, “Bagaimana kamu mengetahuinya?” Tsabit menjawab, “Saat aku mengingat-Nya, maka Dia mengingatku.”

Dalam Hadits Qudsi juga disebutkan, “Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku akan bersama hamba-Ku selama ia mengingat-Ku dan kedua bibirnya bergerak karena Aku.” (HR. Baihaqi & Hakim).

Subhanallah, bagaimana kalau Allah yang mengingat diri kita yang dhoif. Bayangkan saja, seorang kepala desa akan sangat senang jika dirinya senantiasa diingat oleh gubernur atau presiden. Bagaimana kalau yang mengingat kita adalah Allah Ta’ala, Rabbul ‘Alamin!

Pantas jika kemudian sahabat Nabi Shallallahu alayhi wasallam, Muadz bin Jabal berkata, “Tidak ada yang disesali oleh penghuni surga selain waktu yang mereka lewatkan tanpa berdzikir kepada Allah Ta’ala.”

Ketiga, diliputi kebaikan demi kebaikan

Seorang Muslim yang senantiasa berdzikir akan senantiasa mendapatkan kebaikan demi kebaikan.

Rasulullah bersabda, “Tiada suatu kaum yang duduk sambil berdzikir kepada Allah melainkan mereka akan dikelilingi oleh malaikat, diselimuti oleh rahmat dan Allah akan mengingat mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya.” (HR. Bukhari).

Sementara itu hadits yang lain menyebutkan, “Tiada suatu kaum yang berkumpul sambil mengingat Allah dimana dengan perbuatan itu mereka tidak menginginkan apa pun selain diri-Nya, melainkan penghuni langit akan berseru kepada mereka, ‘Bangkitlah, kalian telah diampuni. Keburukan-keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan-kebaikan’.” (HR. Ahmad).

Oleh karena itu, sangat luar biasa kasih sayang Allah kepada umat Islam. Manfaat dzikir yang sedemikian luar biasa bagi kehidupan dunia-akhirat kita senantiasa Allah ulang-ulang di dalam kitab-Nya agar kita terus menerus mengamalkannya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab [33]: 41).

Bahkan saat kita usai sholat pun, Allah tekankan agar kita terus berdzikir kepada-Nya.

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاَةَ فَاذْكُرُواْ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنتُمْ فَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَاباً مَّوْقُوتاً

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring” (QS. An-Nisa [4]: 103).

Dengan demikian, mari kita upayakan agar muncul rasa suka dan cinta untuk senantiasa berdzikir kepada-Nya. Karena amalan ini sangat mudah diamalkan dengan manfaat yang sangat luar biasa. Tidak saja menjamin kebaikan di dunia, tetapi juga memastikan kebaikan di akhirat. Semoga Allah anugerahi kita hati yang senantiasa suka, cinta dan rindu untuk selalu berdzikir kepada-Nya. Wallahu a’lam.*

 

sumber: Hidayatullah.com