Agar Terhindar dari Gaya Hidup Boros

Islam memberi peringatan bahwa boros atau berlebihan berbahaya.

Setiap usaha yang kita lakukan seperti bekerja, berwirausaha, berdagang, dan bertani tujuan utamanya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tanpa usaha, tentunya kita tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidup berupa sandang, papan, dan pangan. Karena itu, sebagai seorang Muslim, kita diperintahkan Allah untuk bersungguh-sungguh berusaha. Sebab, dengan berusaha, berarti kita telah menempuh jalan kemandirian memenuhi kebutuhan tersebut.

Namun, terkadang sesaat setelah usaha ditempuh, kita masih merasa serbakekurangan dan kepayahan untuk memenuhi apa yang kita butuhkan. Saat itulah sering timbul godaan dari nafsu syahwat, nafsu yang selalu mengajak pada perilaku boros, dengan cara meminjam uang kepada lembaga keuangan karena saat membutuhkan sesuatu harus segera mungkin dipenuhi. Dengan kondisi demikian, dalam era digital, bermunculan pinjaman daring (online) ilegal yang merampas kebebasan kreditur sehingga banyak terjadi bahaya yang mengancam.

Tentunya, fenomena tersebut patut kita renungkan karena telah menciptakan perilaku boros (konsumtif) sehingga merenggut korban. Salah satu kasus bunuh diri seorang supir taksi, misalnya, karena terjerat utang pinjaman daring haruslah menjadi bahan renungan bersama. Pinjaman daring (baca: teknologi finansial) itu, seperti ditulis sang supir dalam surat wasiatnya sebelum bunuh diri, disebut sebagai jebakan setan.

Pinjaman akan menjadi jebakan setan bila kita meminjam tanpa mampu membayarnya. Kita bekerja hanya bertujuan tidak untuk mengumpulkannya, apalagi dibelanjakannya dengan bijak, tetapi untuk membayar cicilan. Parahnya lagi, kita hanya mementingkan nafsu dengan cara foya-foya tanpa peduli terhadap dampak pemborosan. Padahal ,di dalam Islam seperti tercantum di dalam Alquran cara pengelolaan ekonomi yang baik (good financial planning) mencakup dua hal.

Pertama, kecakapan mencari materi (usaha atau kerja). Allah SWT berfirman, Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS al-Jumu’ah [62]: 10). Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup, kita perlu mengoptimalkan daya diri untuk mencari rezeki melalui aktivitas usaha dan bekerja.

Kedua, kecakapan membelanjakan harta pada pos-pos pengeluaran yang tepat dengan cara berhemat (tidak boros). Allah SWT berfirman, Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenngu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. (QS al-Isra` [17]: 29). Tanpa kemampuan berhemat, materi yang kita dapatkan akan serta-merta habis dan menyebabkan kita menjadi serbakekurangan karena kebutuhan hidup yang makin meningkat secara hierarkis.

Karena itu, Islam hadir ke muka bumi untuk menciptakan mentalitas yang baik, kokoh, dan tahan banting dengan cara berhemat dan menjauhi gaya hidup mewah. Allah SWT memerintahkan kita agar memenuhi kebutuhan dengan cara sederhana dan bersahaja. Dalam bahasa lain, kita dilarang untuk hidup boros dalam mengelola keuangan.

Di dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman, Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS al-A’raf [7]: 31). Bahkan, teladan agung kita, Rasulullah SAW, bersabda, Jauhilah gaya hidup bermewahan. Sesungguhnya hambahamba Allah itu bukan orang-orang yang bermewahmewahan.

(al-Hadits). Beliau memperingatkan kita bahwa hidup bermewah-mewah, meskipun dengan barang-barang yang sifatnya mubah, berpotensi menyeret diri pada laku boros. Hal ini juga menandakan kita tidak mengapresiasi harta dan kekayaan dengan baik yang merupakan nikmat Allah sehingga laku boros termasuk ke dalam menyianyiakan harta. Karena itu, Islam memberi peringatan bahwa boros atau berlebihan dalam membelanjakan harta berbahaya bagi diri kita di dunia dan di akhirat.

Karena itulah, dengan mewaspadai bahaya dunia dan akhirat, kita bisa memiliki neraca tetap aman saat mendapatkan rezeki dari Allah; tidak besar pasak daripada tiang. Penghasilan dan pengeluaran pun menjadi seimbang. Allah SWT berfirman, Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengahtengah antara yang demikian (baca: berhemat). (QS al- Furqan [25]:67). Wallahua’lam bishshawwab.

Oleh: Biki Zulfiki Rahmat

KHAZANAH REPUBLIKA

Boros Tak Disukai Allah, Cegah Perilaku Boros Dengan 7 Cara Ini

BOROS adalah gaya hidup gemar berlebih-lebihan, baik dalam mempergunakan uang, harta, atau sumber daya yang dimiliki untuk kesenangan semata. Islam sangat jelas melarang umatnya bersifat boros. Dalam salah satu ayat-Nya, Allah menyamakan orang yang berbuat boros sebagai saudaranya setan. Islam justru mengajarkan kita untuk hidup hemat, tidak berlebih-lebihan, dan selalu berbagi kepada sesama.

Lalu, bagaimanakah caranya agar kita bisa terlepas dari perilaku menyia-nyiakan harta? Berikut beberapa kiatnya.

1.Membuat Anggaran Pengeluaran.

Dengan membuat anggaran pengeluaran, kita bisa memilah dan memilih barang atau jasa apa saja yang kita butuhkan. Kita bisa membuat skala prioritas terhadap kebutuhan kita. Selain itu, dengan membuat anggaran pengeluaran, kita akan terbiasa hidup teratur. Hal ini akan menjadi pengingat agar kita tidak membeli barang atau jasa yang dirasa kurang atau tidak penting.

2.Jangan Mudah Tertarik Melihat Bagus atau Diskon.

Sering sekali kita mengalami lapar mata. Seperti apakah lapar mata itu? Lapar mata dalam kehidupan sehari-hari misalnya kerap membeli barang atau jasa bukan karena kebutuhan yang mendesak, namun lebih pada barang yang terlihat bagus dan bermerk. Atau, lapar mata juga bisa terjadi karena kita tertarik dengan barang atau jasa yang tengah didiskon. Padahal, kita sama sekali tidak membutuhkannya dan memang tidak ada dalam list anggaran pengeluaran. Tentunya, sebagai umat Islam yang bertakwa, kita harus mampu mengendalikan lapar mata ini. Kita harus memiliki tekad yang kuat untuk tidak membeli barang atau jasa yang memang tidak kita butuhkan.

3.Pandai-pandailah Kebutuhan dan Keinginan.

Butuh dan ingin. Sepintas keduanya nampak sama. Padahal, sebenarnya keduanya sangat berbeda. Kebutuhan adalah sesuatu yang mendesak harus dipenuhi. Karena jika tidak terpenuhi akan mempengaruhi keberlangsungan hidup kita. Misalnya membeli sembako, membayar listrik, membayar tagihan telpon atau PDAM. Sementara, keinginan contohnya membeli motor baru atau handphone baru padahal barang-barang tersebut tidak begitu dibutuhkan karena kita sudah memilikinya. Kita pun harus cerdik membedakan kebutuhan primer dan sekunder. Tekan nafsu berbelanja kita agar suatu saat kita tidak menyesal.

4.Hindari Kartu Kredit

Selain karena kelak akan menimbulkan beban pada kita setiap bulannya, penggunaan kartu kredit yang tidak bijak mampu membuat kita semakin boros. Jangan hanya karena ingin simpel, setiap barang atau jasa kita beli dengan menggunakan kartu kredit. Kartu kredit memang praktis dan fleksibel, hanya tinggal gesek. Tapi, coba tekanlah penggunaan kartu kredit seminimal mungkin agar pengeluaran kita tidak semakin membengkak.

5.Jauhi Hutang

Setiap muslim dianjurkan untuk menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran, juga uang pendapatan dan uang belanja, agar tidak terpaksa berutang yang nantinya hanya akan menjadi beban. Jika tidak dalam kondisi sangat genting, usahakanlah kita agar tidak berutang. Mengapa kita harus menjauhi berutang? Karena orang yang berutang akan selalu dihantui kegundahan, kegelisahan sehingga hidup terasa tidak tenang. Ketika Rasulullah ditanya mengapa demikian, Nabi menjawab, “Jika seorang berutang, ia tidak segan-segan berbohong dan mengingkari janji.” Namun, jika kita tengah terbelit utang, berdoalah seperti pada doa Nabi:  “Ya Allah! Jauhkanlah saya dari kegundahan dan kesedihan, kelemahan dan kemalasan, kebodohan dan kebakhilan, keberatan utang, serta tekanan dan paksaan orang.” (H.R. Muttafaqun ‘alaihi dikutip dari Yusuf Qardhawi, 1997: 150).

6.Menabung Dan Berinvestasilah

Kita harus pikirkan juga pendidikan anak, biaya pernikahan, atau bahkan tabungan kesehatan kita. Belajarlah untuk menganggarkan pendapatan yang kita dapatkan untuk ditabung di bank yang terpercaya dan diinvestasikan untuk masa depan kita. Pilihlah lahan investasi yang halal dan menjanjikan karena kelak investasi kita akan menghasilkan pemasukan tambahan. Jadi, mulailah menabung dan berinvestasi sekarang juga!

7.Ingat Zakat, Infak Dan Sedekah

Salah satu kiat agar dapat menghilangkan perilaku boros adalah selalu ingat saudara-saudara kita yang kekurangan. Sehingga, perlu ditumbuhkan kepekaan sosial pada diri kita. Dengan berzakat, infak, dan sedekah, selain dapat membantu saudara seiman, kita pun Insyallah akan mendapatkan pahala dari-Nya.[]

ISLAMPOS

Boros, Hati-hati, Ini Akibatnya!

SEBAGAI seorang manusia biasa, tentunya kita senang berbelanja untuk memenuhi kebutuhan kita selama hidup ini. Namun yang seringkali keliru adalah ketika kita bersikap boros terhadap harta yang telah Allah anugrahkan. Boros sendiri merupakan bujuk rayu dari setan yang harus kita kendalikan. Bersikap boros hanya akan membuat kita merasa senang untuk sementara. Ketika kita menghambur-hamburkan harta yang kita punya, esok lusa kita akan terdiam putus asa karena harta yang kita punya telah habis dihambur-hamburkan.

Boros mempunyai pengertian membelanjakan harta/uang secara berlebih-lebihan. Ini tidak diperkenankan dalam Islam. Karena akan membuat pelakuknya merugi. Berbelanjalah sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Wajar ketika seorang manusia mempunyai keinginan, namun sebagai manusia yang telah dianugrahi akal oleh Allah, kita harus menggunakan akal kita dengan baik. Yaitu dengan menggunakan akal tersebut untuk mengendalikan keinginan yang tumbuh tak terkendali.

Pemborosan merupakan bagian dari apa yang diperintahkan oleh hawa nafsu dan dilarang oleh akal. Sebagi-baik pendidikan dalam hal ini adalah pendidikan dari Allah Swt. ketika Allah berfirman, “Janganlah kamu sekali-kali berbuat boros.” (QS. Al-Isra: 26).

Ketahuilah bahwa manusia seringkali diberi rizki pada satu hari dan untuk satu bulan. Maka apabila pada hari itu ia menghamburkan hartanya, ia akan berduka selama satu bulan. Sebaiknya jika ia mampu mengaturnya, maka selama satu bulan ia akan mengalami hidup cukup.

Sikap boros ini adalah salah satu penyakit hati. Maka kita harus mengobati penyakit hati yang bisa tumbuh kapan saja ini. Adapun obat untuk menyembuhkannya adalah dengan mempertimbangkan berbagai akibat yang mungkin terjadi, dan takut dirinya bergantung kepada orang lain.

Dengan begitu, seseorang yang akan bersikap boros akan berpikir dua kali, karena sikap borosnya tersebut hanya akan mendatangkan kerugian baginya maupun orang lain. Semoga kita mampu mengendalikan hawa nafsu kita dan tidak terjerumus ke dalam sikap boros. []

Sumber : Mengobati Jiwa yang lelah/Ibnu Al-Jauzy/Mirqat

ISLAMPOS

Boros, Bujuk Rayu Setan

SEBAGAI seorang manusia biasa, tentunya kita senang berbelanja untuk memenuhi kebutuhan kita selama hidup ini. Namun yang seringkali keliru adalah ketika kita bersikap boros terhadap harta yang telah Allah anugrahkan. Boros sendiri merupakan bujuk rayu dari setan yang harus kita kendalikan.

Bersikap boros hanya akan membuat kita merasa senang untuk sementara. Ketika kita menghambur-hamburkan harta yang kita punya, esok lusa kita akan terdiam putus asa karena harta yang kita punya telah habis dihambur-hamburkan.

Boros mempunyai pengertian membelanjakan harta/uang secara berlebih-lebihan. Ini tidak diperkenankan dalam Islam. Karena akan membuat pelakuknya merugi. Berbelanjalah sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Wajar ketika seorang manusia mempunyai keinginan, namun sebagai manusia yang telah dianugrahi akal oleh Allah, kita harus menggunakan akal kita dengan baik. Yaitu dengan menggunakan akal tersebut untuk mengendalikan keinginan yang tumbuh tak terkendali.

Pemborosan merupakan bagian dari apa yang diperintahkan oleh hawa nafsu dan dilarang oleh akal. Sebagi-baik pendidikan dalam hal ini adalah pendidikan dari Allah Swt. ketika Allah berfirman, “Janganlah kamu sekali-kali berbuat boros.” (QS. Al-Isra: 26).

Ketahuilah bahwa manusia seringkali diberi rezeki pada satu hari dan untuk satu bulan. Maka apabila pada hari itu ia menghamburkan hartanya, ia akan berduka selama satu bulan. Sebaiknya jika ia mampu mengaturnya, maka selama satu bulan ia akan mengalami hidup cukup.

Sikap boros ini adalah salah satu penyakit hati. Maka kita harus mengobati penyakit hati yang bisa tumbuh kapan saja ini. Adapun obat untuk menyembuhkannya adalah dengan mempertimbangkan berbagai akibat yang mungkin terjadi, dan takut dirinya bergantung kepada orang lain.

Dengan begitu, seseorang yang akan bersikap boros akan berpikir dua kali, karena sikap borosnya tersebut hanya akan mendatangkan kerugian baginya maupun orang lain. Semoga kita mampu mengendalikan hawa nafsu kita dan tidak terjerumus ke dalam sikap boros. []

Sumber : Mengobati Jiwa yang lelah/Ibnu Al-Jauzy/Mirqat

ISLAMPOS

Orang Boros, Saudaranya Setan

SAUDARAKU, perlu diketahui bahwa senang membuang-buang harta untuk hal yang sia-sia termasuk meniru perbuatan setan.

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27).

Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini.

Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.”

Mujahid mengatakan, “Seandainya seseorang menginfakkan seluruh hartanya dalam jalan yang benar, itu bukanlah tabdzir (pemborosan). Seandainya seseorang menginfakkan satu mud saja (ukuran telapak tangan) pada jalan yang keliru, itulah yang dinamakan tabdzir (pemborosan).”

Qotadah mengatakan, “Yang namanya tabdzir (pemborosan) adalah mengeluarkan nafkah dalam berbuat maksiat pada Allah, pada jalan yang keliru dan pada jalan untuk berbuat kerusakan.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 8/474-475)

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya Allah meridlai tiga hal bagi kalian dan murka apabila kalian melakukan tiga hal. Allah ridha jika kalian menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan (Allah ridla) jika kalian berpegang pada tali Allah seluruhnya dan kalian saling menasehati terhadap para penguasa yang mengatur urusan kalian. Allah murka jika kalian sibuk dengan desas-desus, banyak mengemukakan pertanyaan yang tidak berguna serta membuang-buang harta.” (HR. Muslim no.1715)

Termasuk perbuatan boros (tabdzir) adalah apabila seseorang menghabiskan harta pada jalan yang keliru. Semisal seseorang berjam-jam duduk di depan internet, lalu membuka Facebook, blog, email dan lainnya, lantas dia tidak memanfaatkannya untuk hal yang bermanfaat, namun untuk hal-hal yang mengandung maksiat. Na’udzu billahi min dzalik. Cobalah internet kita manfaatkan untuk berdakwah atau untuk mempelajari Islam lebih dalam.

Semoga Allah memudahkan kita untuk mengisi waktu kita di setiap tempat dengan hal-hal yang bermanfaat dan berguna bagi orang lain terutama dalam masalah agama dan akhirat. []

SUMBER: RUMAYSHO/ISLAMPOS