8 Fakta Seputar Muhammad Ali yang Perlu Anda Ketahui

Legenda tinju dunia, Muhammad Ali, dinyatakan meninggal dunia, Sabtu (4/6). Ali wafat akibat komplikasi penyakit pernafasan dan parkinson yang dideritanya. Juru Bicara keluarga Ali memastikan kondisi berpulangnya Muhammad ALi menepis segala spekulasi yang berkembang di sejumlah media.

“Setelah 12 tahun berjuang mengatasi sindroma parkinson, Muhammad Ali, meninggal dunia pada usia 74 tahun,” ungkap salah satu juru bicara keluarga.

Ali dilarikan ke rumah sakit di Phoenix, Arizona, pekan ini karena mengalami masalah pada pernapasan. Sepanjang kariernya, Muhammad Ali menggoreskan banyak kisah, mulai dari kegemilangan karier hingga perjalanan spiritualnya yang mengantarkannya masuk Islam.

Berikut fakta tentang Muhammad Ali yang perlu anda ketahui:

 

1. Sepeda yang Dicuri

Sebuah sepeda Schwinn berwarna merah-putih mengawali karier paling awal Muhammad Ali. Cassius Clay–nama sebelum Muhammad Ali masuk Islam, marah saat sepedanya dicuri pada bulan Oktober 1954. Usianya baru menginjak 12 tahun saat itu. Ia melaporkan pencurian ke Louisville, Kentucky, kepada polisi Joe Martin dan bersumpah untuk memukul pelakunya. Martin, yang juga seorang pelatih tinju, menyarankan Ali untuk belajar tinju untuk meredam emosinya.

 

2. Masuk Islam di Puncak Karier

Sebelum mulai dikenal sebagai Muhammad Ali, ia mengganti namanya menjadi Cassius X.
Pagi hari setelah mengalahkan Liston, juara kelas berat baru mengkonfirmasi laporan bahwa ia telah masuk Islam. Ia mengatakan kepada wartawan bahwa ia telah meninggalkan nama keluarga, yang ia sebut sebagai “nama budak,”. Pemimpin Islam setempat, Elijah Muhammad memberinya nama suci. Nama itu Muhammad Ali yang dianugerahkan pada tanggal 6 Maret 1964.

 

3. Diasingkan dalam Penjara

Saat Perang Vietnam berkecamuk pada 1967, Ali menolak untuk masuk militer AS karena alasan agama. Juara kelas berat itu ditangkap dalam tuduhan rencana penggelapan, lisensi tinju dicabut dan ia diminta menanggalkan gelarnya. Ali dihukum maksimum lima tahun penjara dan didenda 10 ribu dolar AS. Pada tahun 1970 Mahkamah Agung New York memerintahkan lisensi tinju Ali diberikan kembali, dan ia kembali ke ring dengan mengalahkan Jerry Quarry pada bulan Oktober 1970.

 

4. Darah Irlandia

Kakek buyut Ali, Abe Grady adalah orang Irlandia yang beremigrasi ke Amerika Serikat dan menetap di Kentucky pada 1860-an. Di sana ia menikah dengan seorang budak yang dibebaskan, dan salah satu cucu mereka adalah ibu Ali, Odessa Lee Grady Clay. Pada tahun 2009, Ali mengunjungi kampung halaman leluhur besar-kakeknya dari Ennis, Irlandia, dan bertemu sesama anggota klan O’Grady.

 

5. Sejak Muda Melawan Rasisme

Setelah lulus SMA, Ali (18 tahun) pergi ke Roma dan memenangkan medali emas kelas berat ringan di Olimpiade 1960. Ali menulis pada tahun 1975 dalam otobiografinya bahwa setelah kembali ke Louisville, ia melemparkan medali emas dari jembatan dan medalinya tenggelkam ke Sungai Ohio. Itu dilakukan Ali untuk memprotes rasisme yang masih ditemuinya di kampung halamannya.

 

6. Sarung Tinju Termahal

Sarung tangan yang dikenakannya untuk mengalahkan Liston membuatnya mendapatkan lebih banyak uang daripada kemenangan itu sendiri. Hampir 50 tahun ke hari setelah Ali meraih gelar kelas berat untuk pertama kalinya, seorang pembeli anonim membeli sarung tangan yang dipakainya untuk mengalahkan Liston. Sarungnya dihargai 836 ribu dolar AS. Padahal Ali hanya memperoleh 630 ribu dolar AS untuk kemenangannya itu sendiri.

 

7. Seputar Keluarga

Muhammad Ali telah menikah empat kali dan memiliki tujuh anak perempuan dan dua anak laki-laki. Salah satu putrinya, Laila Ali juga menjadi petinju yang memulai kariernya pada tahun 1999.

 

8. Menjadi Juru Perdamaian

Pada tahun 1984 Ali didiagnosis terkena sindrom Parkinson, penyakit yang terhubung ke trauma kepala berat yang diderita selama karier bertinju. Keterampilan motorik mantan juara ini telah perlahan-lahan menurun, dan gerakan dan pidatonya terbatas. Terlepas dari Parkinson, Ali tetap dalam sorotan publik, berkeliling dunia untuk membuat kegiatan kemanusiaan. Dia bertemu dengan pemimpin Irak Saddam Hussein (1937-2006) pada 1990 untuk merundingkan pembebasan sandera Amerika, dan pada tahun 2002 ia pergi ke Afghanistan sebagai Utusan Perdamaian PBB.

 

sumber: Republika Online