Polemik Penceramah Pasang Tarif

Ada dua hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersinggungan dengan masalah ini:

Pertama, hadis dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang shahih,

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Siapa saja yang mempelajari satu ilmu dari ilmu-ilmu yang harus dipelajari karena Allah ‘azza wajalla (seperti ilmu syar’i, pent.), tetapi dia tidak mempelajari ilmu itu kecuali hanya untuk memperoleh keuntungan duniawi, maka dia tidak akan bisa mencium bau surga pada hari kiamat.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Kedua, hadis dari sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma.

Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda,

إنَّ أحقَّ ما أخذتُم عليه أجرًا كتابُ اللهِ

“Sesungguhnya upah yang paling berhak Anda dapatkan adalah upah dari mengajarkan Al-Qur’an.” (HR. Az-Zarqani, dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Al-Jami’)

Syaikh Abdul Karim Al-Khudoir (ulama senior Saudi Arabia) hafizhahullah menerangkan makna hadis ini,

فإذا جاز هذا في القرآن ففي غيره من باب أولى.

“Jika mengambil upah dari mengajar Al Qur’an dibolehkan, maka mengambil upah dari mengajar ilmu yang lain, itu lebih dibolehkan.” Sumber ada di sini.

Dua hadis di atas tampak berbeda, karena yang satu tampak melarang mendapatkan upah dari mengajar ilmu agama atau berdakwah. Sedangkan hadis yang satunya tampak membolehkan. Bagaimana cara memahami kedua hadis ini?

Selama bisa dikompromikan (al-jam’u), maka itulah solusi pertama dalam memahami hadits-hadits atau dalil yang tampak bertentangan. Karena medote mengkompromikan (al-jam’u) hadis-hadis, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama, adalah metode pertama yang harus ditempuh ketika mendapati hadis yang tampak bertentangan. Disebutkan di dalam kaidah,

الجمع أولى من الترجيح

“Mengkompromikan dalil itu lebih utama daripada memilih salah satunya.”

Cara mengkompromikan kedua hadis tersebut adalah:

Hadis yang menerangkan larangan (dari riwayat Abu Hurairah), berlaku pada dai yang menjadikan uang atau imbalan duniawi sebagai niat utama. Adapun hadis yang membolehkan mengambil upah (dari riwayat Abdullah bin Abbas) berlaku pada dai yang tidak menjadikan dunia (upah) sebagai niat utama. Niat pokoknya tetap karena berharap pahala atau surga Allah Ta’ala, namun ia tetap diberi upah.

Kesimpulan ini sebagaimana keterangan dari Al-Mubarokfuri rahimahullah di dalam Syarah Mirqotul Mafatih saat menerangkan hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu di atas. Beliau rahimahullah mengatakan,

أي لا يتعلمه لغرض من الأغراض إلا ليصيب به شيئا من متمتعات الدنيا، وفيه دلالة على أن الوعيد المذكور لمن لا يقصد بالعلم إلا الدنيا، وأما من طلب بعلمه رضا المولى ومع ذلك له ميل ما إلى عرض الدنيا فخارج عن هذا الوعيد، فابتغاء وجه الله يأبى إلا أن يكون متبوعا ويكون العرض تابعا.

Tidak akan bisa mencium bau surga pada hari kiamat“, maksudnya untuk orang-orang yang belajar agama hanya untuk mencari kenikmatan dunia. Hadis ini menunjukkan bahwa ancaman tersebut berlaku pada orang yang tidak menjadikan tujuan ilmunya kecuali fasilitas duniawi saja. Adapun seorang yang mencari ilmu untuk mendapatkan ridha Allah, namun disertai niat mencari dunia, orang seperti ini tidak terkena ancaman pada hadis tersebut. Sehingga mencari ridha Allah adalah niat utama dan mencari dunia (hanya) sebagai niat pengikut.” (Mirqotul Mafaatih Syarah Miftah Al Mashobih, 1: 326)

Apakah Mungkin Bisa Ikhlas Jika Tetap Menerima Amplop?

Antara menerima amplop dengan tidak, sebenarnya tidak berkaitan dengan ikhlas dan tidak ikhlas. Karena ikhlas ini soal niat di dalam hati. Selama niat dakwahnya adalah karena Allah Ta’ala, maka itulah ikhlas. Baik ia menerima amplop ataupun tidak. Seseorang memang bisa saja tidak ikhlas melalui menerima amplop, yaitu dengan menjadikan amplop itu sebagai tujuan utama. Namun seseorang juga bisa saja tidak ikhlas meskipun tidak menerima amplop, yaitu karena riya’ kepada orang-orang, dengan mengesankan bahwa dirinya adalah orang yang ikhlas.

Syaikh Abdul Karim Al-Khudoir hafizhahullah pernah menjawab pertanyaan di atas. Beliau hafizhahullah menjelaskan,

أي نعم، يمكن الإخلاص مع أخذ الأجرة، وهذا لا ينافي هذا، نعم ترك الأجرة أدعى إلى الإخلاص وأقرب، ومع ذلك قد يكون أشد في عدم الإخلاص من أخذ الأجرة لا سيما إذا كان يظهر للناس أنه يُعلم الناس مجانًا حسبة لله -جل وعلا- يتحدث بذلك في المجالس، فالذي يأخذ الأجرة أفضل منه وأقرب إلى الإخلاص منه، فأخذ الأجرة لا ينافي الإخلاص.

“Oh iya, mungkin saja untuk ikhlas meskipun ia menerima amplop. Hal ini tidak serta merta menyebabkan tidak ikhlas dalam berdakwah. Iya benar, tidak menerima amplop itu lebih memudahkan seseorang untuk ikhlas, atau lebih dekat kepada ikhlas. Namun terkadang, tidak menerima amplop bisa menyebabkan seorang tidak ikhlas. Terlebih jika ia tampakkan kepada jamaah supaya orang-orang tahu bahwa dia tidak mau diberi amplop. Dia ceritakan itu di pengajian-pengajian. Pada kondisi seperti itu, orang yang menerima amplop lebih afdhal dan lebih dekat kepada ikhlas daripada dia. Jadi intinya, menerima amplop tidak serta merta merusak keikhlasan.” Sumber ada di sini.

Memasang Tarif Dakwah

Memasang tarif ketika berdakwah (ceramah) dengan sekedar menerima amplop adalah dua hal yang berbeda, karena:

– Menerima amplop tidak menafikan keikhlasan, sebagaimana penjelasan di atas. Karena bisa jadi seorang dai telah mentekadkan niat dakwahnya karena mengharap pahala dari Allah Ta’ala. Namun ternyata dia tetap menerima amplop dengan tanpa diminta.

–  Adapun memasang tarif dakwah, ini jelas bertentangan dengan keikhlasan. Karena dia sejak awal, bahkan sebelum mulai berdakwah, sudah meminta bayaran. Hal ini menunjukkan bahwa uang adalah tujuan utama di dalam dakwah. Seorang dai yang mematok tarif ceramah sekian jam, maka tarifnya sekian juta; atau tidak mau datang kecuali setelah negosiasi harga ceramah per jam; seperti ini ada indikasi kuat membisniskan dakwah atau menjadikan dunia sebagai tujuan utama dalam dakwah. Dan ini sangat rendah dan memalukan jika dilakukan oleh seorang dai. Semoga Allah Ta’ala melindungi kami dan pembaca sekalian dari sikap seperti ini.

Allah Ta’ala menyingung di dalam Al Qur’an,

ٱتَّبِعُواْ مَن لَّا يَسۡـَٔلُكُمۡ أَجۡرٗا وَهُم مُّهۡتَدُونَ

“Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Yaa Sin: 21)

Seorang pernah melapor kepada Imam Ahmad rahimahullah tentang oknum dai di zaman beliau,

إن إمامًا يقول: أصلي بكم رمضان بكذا وكذا درهما

“Ada imam shalat menyampaikan demikian, “Saya mau jadi imam shalat bulan Ramadhan kalian, asal tarifnya sekian dirham.”

Jawaban Imam Ahmad rahimahullah,

أسأل الله العافية! من يصل خلف هذا؟

“Aku berlindung kepada Allah dari watak seperti itu! Siapa yang mau shalat di belakang orang yang seperti itu?!” (Syahrul Kabir, 2: 418)

Demikian …

Semoga Allah Ta’ala memberikan pertolongan kepada kita untuk ikhlas di dalam berdakwah, baik melalui lisan, tulisan, atau keteladanan.

***

Penulis: Ahmad Anshori, Lc.

Sumber: https://muslim.or.id/69592-polemik-penceramah-pasang-tarif.html

20 Doa dan Dzikir Saat Wabah Corona Melanda

Doa dan dzikir saat wabah corona melanda, silakan diamalkan, disebarkan, jangan lupa dihafalkan.

Doa yang Dibaca Waktu Kapan Pun

#01

Doa sapu jagat, meminta kebaikan di dunia dan akhirat

رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

ROBBANAA AATINAA FID DUN-YAA HASANAH, WA FIL AAKHIROTI HASANAH, WA QINAA ‘ADZAABAN NAAR.

Artinya: Ya Allah, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka.[1]

#02

Doa memohon kemudahan

اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً

ALLOOHUMMA LAA SAHLA ILLAA MAA JA’ALTAHU SAHLAA, WA ANTA TAJ’ALUL HAZNA IDZAA SYI’TA SAHLAA.

Artinya: Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engk au buat mudah. Engkau yang mampu menjadikan kesedihan (kesulitan) – jika Engkau kehendaki – menjadi mudah.[2]

#03

Doa agar diperbagus akhir setiap urusan, juga diselamatkan dari kebinasaan dunia dan akhirat

اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الْأُمُوْرِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

ALLOOHUMMA AHSIN ‘AAQIBATANAA FIL UMUURI KULLIHAA, WA AJIRNAA MIN KHIZYID DUN-YAA WA ‘ADZAAِBIL AAKHIROH.

Artinya: Ya Allah, baguskanlah setiap akhir urusan kami, dan selamatkanlah dari kebinasaan di dunia dan dari siksa akhirat.[3]

#04

Doa orang yang sedang berduka

اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلاَ تَكِلْنِى إِلَى نَفْسِى طَرْفَةَ عَيْنٍ وَأَصْلِحْ لِى شَأْنِى كُلَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ

ALLOOHUMMA ROHMATAKA ARJUU, FA LAA TAKILNII ILAA NAFSII THORFATA ‘AININ, WA ASH-LIHLII SYA’NII KULLAHU, LAA ILAAHA ILLAA ANTA

Artinya: Ya Allah, dengan rahmat-Mu, aku berharap, janganlah Engkau sandarkan urusanku kepada diriku sendiri walau sekejap mata, perbaikilah segala urusanku seluruhnya, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau.[4]

#05

Doa saat mendapat kesulitan seperti yang dibaca oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ

HASBUNALLOOHU WA NI’MAL WAKIIL.

Artinya: Cukuplah Allah yang menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.

#06

Doa meminta agar diangkat dari kesulitan yang dibaca oleh Nabi Yunus ‘alaihis salam

لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINAZH ZHOOLIMIIN

Artinya: Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang yang berbuat aniaya.[5]

#07

Doa agar diberikan ketenteraman hati dan dihilangkan kesedihan

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ، اِبْنُ عَبْدِكَ، اِبْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ، وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ.

ALLOOHUMMA INNI ‘ABDUK, IBNU ‘ABDIK, IBNU AMATIK, NAASHIYATII BIYADIK, MAADHIN FIYYA HUKMUK, ‘ADLUN FIYYA QODHOO-UK. AS-ALUKA BIKULLISMIN HUWA LAK, SAMMAYTA BIHI NAFSAK, AW ANZALTAHU FII KITAABIK, AW ‘ALLAMTAHU AHADAN MIN KHOLQIK, AWISTA’TSARTA BIHI FII ‘ILMIL GHOIBI ‘INDAK. AN TAJ’ALAL QUR’AANA ROBII’A QOLBII, WA NUURO SHODRII, WA JALAA-A HUZNII, WA DZAHAABA HAMMII.

Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu (Adam) dan anak hamba perempuan-Mu (Hawa). Ubun-ubunku di tangan-Mu, keputusan-Mu berlaku padaku, ketentuan-Mu kepadaku pasti adil. Aku mohon kepada-Mu dengan setiap nama (baik) yang telah Engkau gunakan untuk diri-Mu, yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau khususkan untuk diri-Mu dalam ilmu gaib di sisi-Mu. Mohon jadikan Alquran sebagai penenteram hatiku, cahaya di dadaku, pelenyap duka, dan penghilang kesedihanku.[6]

#08

Doa untuk kesedihan yang mendalam

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ الْعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَرَبُّ اْلأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمُ

LAA ILAAHA ILLALLOH AL-‘AZHIIM AL-HALIIM, LAA ILAAHA ILLALLOH ROBBUL ‘ARSYIL ‘AZHIIM. LAA ILAAHA ILLALLOH, ROBBUS SAMAAWAATI WA ROBBUL ARDHI WA ROBBUL ‘ARSYIL KARIIM.

Artinya: Tiada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah yang Maha Agung dan Maha Pengampun. Tiada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah, Rabb yang menguasai ‘arsy, yang Maha Agung. Tiada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah – (Dia) Rabb yang menguasai langit, (Dia) Rabb yang menguasai bumi, dan (Dia) Rabb yang menguasai ‘arsy, lagi Mahamulia.[7]

#09

Doa agar tidak hilang nikmat, tidak berubah jadi sakit, dan dihindarkan dari musibah yang datang tiba-tiba

اللَّهُمَّ إِنِّيٍ أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ

ALLOOHUMMA INNII A’UUDZU BIKA MIN ZAWAALI NI’MATIK, WA TAHAWWULI ‘AAFIYATIK, WA FUJAA’ATI NIQMATIK, WA JAMII’I SAKHOTHIK.

Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu.[8]

#10

Doa berlindung dari penyakit menular dan setiap penyakit jelek

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَمِنْ سَيِّئِ اْلأَسْقَامِ

ALLOOHUMMA INNII ‘AUUDZU BIKA MINAL BAROSHI WAL JUNUUNI WAL JUDZAAMI WA MIN SAYYI-IL ASQOOM.

Artinya: Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, gila, lepra, dan dari segala keburukan segala macam penyakit.[9]

#11

Doa ketika melihat orang lain tertimpa musibah (cukup dibaca sendiri, tidak didengar orang lain)

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي عَافَانِي مِمَّا ابْتَلاَكَ بِهِ وَفَضَّلَنِي عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيلاً

ALHAMDULILLAAHILLADZII ‘AAFAANII MIMMAB TALAAKA BIHI, WA FADDHOLANII ‘ALA KATSIIRIN MIMMAN KHOLAQO TAFDHIILAA.

Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkanku dari musibah yang menimpamu dan yang telah benar-benar memuliakanku dibandingkan makhluk lainnya.[10]

#12

Doa agar tidak mati mengerikan

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّي وَالْهَدْمِ وَالْغَرَقِ وَالْحَرِيقِ وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِي الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ فِي سَبِيلِكَ مُدْبِرًا وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ لَدِيغًا

ALLOOHUMMA INNII A’UUDZU BIKA MINAT TARODDI WAL HADMI WAL GHOROQI WAL HARIIQI, WA A’UUDZU BIKA AN-YATAKHOBBATHONISY SYAITHOONU ‘INDAL MAUTI, WA A’UDZU BIKA AN AMUUTA FII SABIILIKA MUDBIRON, WA A’UDZU BIKA AN AMUUTA LADIIGHO.

Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kebinasaan (terjatuh), kehancuran (tertimpa sesuatu), tenggelam, kebakaran, dan aku berlindung kepada-Mu dari dirasuki setan pada saat mati, dan aku berlindung kepada-Mu dari mati dalam keadaan berpaling dari jalan-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari mati dalam keadaan tersengat.[11]

#13

Doa meminta kekuatan iman, langgengnya nikmat, dan dekat dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ إِيْمَانًا لاَ يَرْتَدُّ، وَنَعِيْمًا لاَ يَنْفَدُ، وَمُرَافَقَةَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَعْلَى جَنَّةِ الْخُلْدِ

ALLOOHUMMA INNII AS-ALUKA IIMAANAN LAA YARTADDU, WA NA’IIMAN LAA YANFADU, WA MUROOFAQOTA MUHAMMADIN SHOLLALLOOHU ‘ALAYHI WA SALLAM FII A’LAA JANNATIL KHULDI.

Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu iman yang tidak akan lepas, nikmat yang tidak akan habis, dan menyertai Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga yang paling tinggi selama-lamanya.[12]

#14

Doa agar terhindar dari cobaan yang berat, tidak bahagia, takdir yang jelek, dan kegembiraan musuh

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ جَهْدِ البَلاَءِ ، وَدَرَكِ الشَّقَاءِ ، وَسُوءِ القَضَاءِ ، وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاء

ALLOOHUMMA INNI A’UDZU BIKA MIN JAHDIL BALAA-I, WA DAROKISY SYAQOO-I, WA SUU-IL QODHOO-I, WA SYAMAATATIL A’DAAI.

Artinya: Ya Allah aku meminta perlindugan kepada-Mu dari beratnya cobaan, kesengsaraan yang hebat, takdir yang jelek, dan kegembiraan musuh atas kekalahan.[13]

Baca Juga: Cara Shalat di Rumah Karena Wabah Corona

Dzikir yang Dibaca pada Waktu Tertentu

#15

Membaca ayat kursi agar mendapatkan perlindungan, dibaca satu kali setiap pagi dan petang

اَللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ، لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ، لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ، مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ، وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ، وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا، وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

“Allah, tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya segala yang ada di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa seizin-Nya. Dia mengetahui segala sesuatu yang ada di hadapan mereka dan di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui apa pun dari ilmu Allah melainkan sesuai kehendak-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dia Mahatinggi lagi Mahabesar.” (QS. Al-Baqarah: 255)

#16

Membaca doa meminta keselamatan, dibaca satu kali setiap pagi dan petang


اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ، اَللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِيْ وَآمِنْ رَوْعَاتِيْ. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ

ALLOHUMMA INNII AS-ALUKAL ‘AFWA WAL ‘AAFIYATA FID DUN-YAA WAL AAKHIROH. ALLOHUMMA INNII AS-ALUKAL ‘AFWA WAL ‘AAFIYATA FII DIINII WA DUN-YAAYA WA AHLII WA MAALII. ALLOHUMAS-TUR ‘AWROOTII WA AAMIN ROW’AATII. ALLOHUMMAHFAZH-NII MIM BAYNI YADAYYA WA MIN KHOLFII WA ‘AN YAMIINII WA ‘AN SYIMAALII WA MIN FAWQII WA A’UUDZU BI ’AZHOMATIKA AN UGH-TAALA MIN TAHTII.

Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga, dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari muka, belakang, kanan, kiri, dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (oleh ular atau tenggelam dalam bumi dan bencana lain yang membuat aku jatuh).[14]

#17

Membaca dzikir agar tidak datang mudarat, dibaca tiga kali setiap pagi dan petang

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِيْ لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

BISMILLAAHILLADZII LAA YADHURRU MA’ASMIHI SYAI-UN FIL ARDHI WA LAA FIS SAMAA’I WA HUWAS SAMII’UL ’ALIIM.

Artinya: Dengan nama Allah – bila nama-Nya disebut maka segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya – Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Dibaca 3 x)

Faedah: Barang siapa yang mengucapkan dzikir tersebut sebanyak tiga kali pada pagi hari dan tiga kali pada petang hari, tidak akan ada bahaya yang tiba-tiba memudaratkannya.[15]

#18

Meminta perlindungan dari kejelekan setiap makhluk, dibaca tiga kali pada waktu petang dan dibaca sekali ketika mampir suatu tempat

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

A’UUDZU BIKALIMAATILLAAHIT-TAAMMAATI MIN SYARRI MAA KHOLAQ.

Artinya: “Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakan-Nya.”[16]

#19

Membaca ayat kursi agar mendapat penjagaan Allah, dibaca sekali sebelum tidur

اَللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ، لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ، لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ، مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ، وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ، وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا، وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

“Allah, tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya segala yang ada di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa seizin-Nya. Dia mengetahui segala sesuatu yang ada di hadapan mereka dan di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui apa pun dari ilmu Allah melainkan sesuai kehendak-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dia Mahatinggi lagi Mahabesar.” (QS. Al-Baqarah: 255)[17]

#20

Membaca dua ayat terakhir surah Al-Baqarah (ayat 285-286) agar diberi kecukupan, dibaca sekali sebelum tidur

آَمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ * لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

“Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), ‘Kami tidak membeda-bedakan antara seorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,’ dan mereka mengatakan, ‘Kami dengar dan kami taat.’ (Mereka berdoa), ‘Ampunilah kami, wahai Rabb kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.’ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa), ‘Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami sesuatu yang tak sanggup kami pikul. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkau Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 285-286)[18]

Footnote:

[1] QS. Al-Baqarah: 201

[3] HR. Ahmad, 4:181, dari Busr bin Arthah Al-Qurasyi.

[4] HR. Abu Daud, no. 5090; Ahmad, 5:42. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan karena mengingat adanya penguat.

[5]        HR. Tirmidzi, no. 3505. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih.

[6]       HR. Ahmad, 1:391 dan 1:452, dari ‘Abdullah.

[7]       HR. Muslim, no. 2730, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.

[8]       HR. Muslim, no. 2739, dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma.

[9]       HR. Abu Daud, no. 1554; Ahmad, 3: 192, dari Anas radhiyallahu ‘anhu. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih.

[10]     HR. Tirmidzi, no. 3431; Ibnu Majah, no. 3892. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.

[11]     HR. An-Nasa’i, no. 5531. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih.

[12]     HR. Ahmad, 1:400; Ibnu Hibban, 5:303. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih lighairihi (sahih dilihat dari jalur lain).

[13] HR. Al-Bukhari, no. 6347 dan Muslim, no. 2707

[14] HR. Abu Daud, no. 5074 dan Ibnu Majah, no. 3871. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih.

[15] HR. Abu Daud, no. 5088 dan 5089; Tirmidzi, no. 3388; dan Ibnu Majah, no. 3869. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.

[16] HR. Ahmad, 2:290 tentang bacaan dzikir petang dibaca tiga kali; Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih sesuai syarat Muslim. HR. Muslim, no. 2708 tentang bacaan ketika mampir di suatu tempat.

[17] Shahih At-Targhib, no. 610. Dalam hadits ini disebutkan siapa yang membaca ayat kursi sebelum tidur akan mendapatkan penjagaan dari Allah.

[18] HR. Bukhari, no. 4008 dan Muslim, no. 807.


Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 28 Rajab 1441 H

Disusun oleh Muhammad Abduh Tuasikal

Sumber https://rumaysho.com/23644-20-doa-dan-dzikir-saat-wabah-corona-melanda.html

Duta Dai Indonesia Segera Berdakwah ke Makau

Tahun ini adalah tahun ketiga perjalanan dakwah seorang ustaz sekaligus dosen STAI Madiun Ustaz Ismail Hasan di berbagai wilayah di luar negeri. Tahun kemarin ia dipercaya berdakwah ke Suriname, Amerika Selatan.

Tahun ini dipercaya lagi berdakwah ke Makau, sebuah perkotaan yang bersebelahan dengan Hong Kong. Di tahun ketiga ini, Dai Ambassador tersebut tidak mengikuti ujian dari awal.

Cukup mengirimkan data pendukung dan tambahan untuk memastikan bisa tergabungnya kembali dengan dai-dai yang dikirim ke berbagai negara. Dompet Dhuafa yang mengadakan seleksi keenam ini telah menerima 700 pelamar.

Mereka ingin menjadi di duta untuk ditugaskan ke 20 negara. Ada 61 orang yang lolos dokumen. Kemudian dari 61 tersebut dipilih lagi sebanyak 22 dan Ustaz Ismail Hasan terpilih kembali untuk yang ketiga kalinya dakwah ke luar negeri.

Pada 2016, melalui TIDIM (Tim Inti Dai Internasional dan Multimedia) LDNU, ia dakwah ke Malaysia selama 27 hari. Pada 2017 melalui Dompet Dhuafa Republika, ia terpilih untuk dakwah ke Suriname selama 21 hari dan tahun ini dipilih kembali oleh Dompet Dhuafa untuk dakwah ke Macau.

Dompet Dhuafa berharap dakwah moderat yang disampaikannya bisa diterima masyarakat Indonesia yang tinggal di sana. Sementara itu perkuliahan sudah terselesaikan sebelum ia berangkat menuju negara penugasan awal Ramadhan nanti.

Dosen tasawuf itu sampai sekarang masih berkutat dengan dakwah di beberapa kota mengisi kajian Isra Miraj. Seperti di Ponorogo, Ngawi, Lamongan dan minggu ini tepatnya tanggal 27 April ia mendapat mandat untuk khutbah jumat di Jakarta.

 

REPUBLIKA

Godaan Para Dai

Dai juga seorang manusia. Dia bisa saja tergelincir, tergoda rayuan materi dunia dan popularitas semu. Tak luput dia diuji kesabarannya dengan polah tingkah objek dakwah. Tak jarang juga dia diancam nyawanya. Godaan dan tantangan tersebut harus dilewati dai dengan baik.

Ustaz muda asal Bandung Erick Yusuf mengaku tak luput dari godaan kala berdakwah. Pria yang akrab disapa Kang Erick ini mengaku godaan terbesarnya adalah ditawari mendirikan pesantren.

Ia kerap dibujuk sebuah aliran dengan dana melimpah untuk bisa mendirikan pesantren. “Tapi, dengan syarat saya berdakwah jika aliran tersebut tidak sesat dan bagian dari Islam,” ungkap Kang Erick. Bersyukur, kata Kang Erick, ia masih diberi kekuatan untuk menolak tawaran itu.

Godaan lain yang ia rasakan adalah kala mendengarkan curahan hati seorang akhwat. Sebagai dai muda, tak sedikit jamaah akhwat yang merasa nyaman kala menceritakan masalahnya kepada pemrakarsa iHAQi itu.

Kadang, ia merasa setan menggodanya kala ada akhwat yang sedang meminta nasihat agama kepadanya. Buru-buru jika bisikan itu datang, Kang Erick mengucap istighfar.

Kang Erick berbagi tips, untuk mempertahankan diri dari godaan-godaan tersebut, ia memperbanyak zikir. “Dan, memperbanyak ibadah sunah,” ujarnya.

Wakil Sekretaris Jenderal MUI KH Tengku Zulkarnaen menjelaskan banyak godaan yang bisa menjebak para dai. Banyak dai yang populer, baik di media televisi maupun cetak, yang terkena penyakit sombong. Mereka lebih banyak berdakwah, tetapi lupa untuk kembali mengasah ilmu agamanya.

Mereka yang populer merasa bangga ketika jamaah yang duduk di taklimnya tumpah ruah. Namun, sangat kecewa, bahkan tersinggung jika yang datang padanya hanya satu dua orang. Padahal, tidak berbeda antara jamaah yang sedikit atau banyak. Hal terpenting adalah esensi dari dakwah itu sendiri.

Begitu juga dengan harta dunia yang didapatkan berkat kepopulerannya. Mereka yang merasakan manisnya amplop hasil ceramah lupa diri bahwa berdakwah bukanlah profesi.

“Bahkan, harga diri dai terluka ketika tanpa malu-malu menyindir jumlah amplop yang diterima banyak atau sedikit,” ujarnya.

Menurutnya, uang hasil ceramah yang diterima hukumnya makruh jika diterima cukup dengan kebutuhan makan. Namun, akan menjadi haram jika apa yang didapatkan melebihi kebutuhan makan.

Seharusnya, dai yang memiliki mobil mewah bermiliar-miliar dari hasil ceramah introspeksi diri. Pada saat jamaah mereka mengumpulkan uang tersebut dari hasil ketuk pintu rumah ke rumah.

Ustaz Tengku menyarankan seharusnya dai memiliki pekerjaan lain sehingga tidak menggantungkan dari amplop ceramah. Untuk menjaga diri, Ustaz Tengku menekankan dai harus membekali diri dengan doa dan ibadah malam.

Doa tidak hanya berdampak positif bagi diri sendiri, tetapi juga agar apa yang disampaikan berpengaruh pada bergetarnya hati objek dakwah.

Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Ihya Qalbun Salim di Ciputat, Dr Rusli Hasbi Lc MA, mengatakan berdakwah itu memiliki tiga tujuan. Tujuan tersebut, di antaranya mengajak orang berbuat baik, mengamalkan ibadah, dan memperkenalkan Islam.

Seorang dai harus paham benar dengan Islam, bukan orang yang baru belajar. “Bukan dai jika hanya pintar bicara tanpa mengamalkannya,” ujarnya.

Kepopuleran merupakan godaan dai saat ini. Jangan sampai seorang dai tidak tepat waktu melaksanakan shalat lima waktu karena harus shooting atau lelah karena terlalu sering berdakwah.

Menurut Dosen Fiqih UIN Syarif Hidayatullah ini, jika terlalu menggadaikan idealisme, dai bisa terjebak dalam kebutuhan industri semata. “Banyak dai yang berdakwah hanya untuk ketertarikan penonton dan menaikkan rating,” ujarnya.

Padahal, seorang dai harus memiliki sikap ikhlas. “Jika ustaz tersebut tidak menarik penonton dan menguntungkan, maka tidak diterima, tetapi jika menguntungkan akan terus dipakai,” ujarnya.

Popularitas saat ini memang penting. Tanpa media berdakwah, pesan dakwah akan berjalan lambat dan tidak tersebar.

Popularitas yang didapatkan dari masyarakat membutuhkan waktu yang cukup lama dibandingkan media. Karenanya, media merupakan salah satu cara untuk mempercepat dakwah Islam.

Namun, pihaknya tidak setuju jika berdakwah dijadikan sebagai mata pencaharian. Rasulullah SAW pun dalam berdakwah tidak mendapatkan imbalan.

 

Oleh: Ajeng Retno Tejomukti

REPUBLIKA