LINE Promosikan LGBT, Aa Gym Stop Menggunakannya

Aplikasi LINE menjadi perhatian banyak pihak karena telah mempromosikan konten lesbian, homoseksual, biseksual, dan transgender (LGBT) dalam bentuk stiker.

Salah satunya adalah dai kondang KH Abdullah Gymnastiar atau yang akrab disapa Aa Gym. Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung ini menyatakan berhenti menggunakan aplikasi LINE karena mengandung konten yang mempromosikan LGBT.

“Saya stop menggunakan LINE karena terang-terangan mempromosikan LGBT. Ayo pakai sosmed (social media) yang sehat saja,” kicaunya melalui akun twitter-nya @aagym, Rabu (10/02/2016).

Pantauan hidayatullah.com, hingga Kamis (11/02/2016) sekitar pukul 14.45 WIB, cuitan tersebut sudah di-retweet 955 kali dan sebanyak 456 akun memberi tanda suka.
“LINE menghargai sekali semua masukan dari para pengguna dan pihak-pihak terkait mengenai fitur dan produk kami, dan kami sadar betul betapa sensitifnya isu LGBT di Indonesia,” ujarnya dikutip detikcom, Rabu.Sementara itu, pihak LINE Indonesia melalui Head of Public Relations-nya, Teddy Arifianto, kemarin, mengatakan berjanji menarik stiker-stiker bertema LGBT tersebut.

“Kami berkomitmen untuk memastikan LINE sebagai aplikasi dimana semua orang dapat menikmati dan menggunakannya dengan nyaman. Saat ini kami sedang berupaya melakukan koordinasi untuk menyelesaikan masalah ini dan menarik seluruh stiker LGBT dari pasar Indonesia,” lanjutnya.

Adapun penarikan stiker dilakukan mulai kemarin dan ditargetkan di pekan ini pula sudah selesai.* Yahya G Nasrullah

Virus LGBT Bukan Hal Lucu, Ia Sudah Taraf Bahaya!

Belakangan ini, penyakit LGBT ( Lesbian, homoseksual, biseksual, dan transgender) kembali ramai diberitakan di media.

Merasa mendapat dukungan dari media-media sekular, para pengidap penyakit tersebut kini makin terang-terangan di tengah masyarakat.

Mereka merajalela dan berani berkeliaran dimana-mana. Tanpa rasa malu pengidap penyakit LGBT itu menunjukkan identitas dan meminta legalitas atas keberadaan mereka.

Realitas di atas mengingatkan aku dengan kejadian nyata di salah satu kampus negeri di Kalimantan Timur.

Seorang staf di kampus perguruan tinggi tersebut secara terang-terangan mengakui bahwa dirinya seorang homoseksual.

Dengan santai dia bercerita, bahwa dirinya pernah bertengkar karena memperebutkan seorang pria di tempat pusat perbelanjaan.

“Kenapa kamu tidak jadi transgender saja?” tanya dosen menggoda.

Penderita homo itu menjawab, “Gak ah, saya gak mau seperti teman saya,” Waktu dia meninggal gak ada yang mau memandikan dia, jadi langsung dikafanin aja, “Innalillah… ternyata benar-benar ada orang yang menganggap hal itu biasa. Aku hanya bisa terperangah mengetahui hal ini.

Aku berharap pihak universitas-universitas atau sekolah-sekolah lebih selektif dalam memperkerjakan karyawan. Dan jika ada siswa atau mahasiswa yang berkepribadian selayaknya LGBT, sebaiknya diobai atau dikarantina saja.

Karena mereka bisa meracuni pikiran orang-orang di sekitar mereka dengan dalih Hak Asasi Manusia (HAM).

Dalam hal ini hendaknya pemerintah lebih tegas menangani kasus LGBT ini.

Wahai saudaraku kaum muslimin, jika belum bisa melakukan hal yang besar untuk permasalahan LGBT ini, maka lakukanlah dengan cara yang sederhana dulu.

Seperti mengingatkan keluarga, tetangga, dan kerabat tentang bahayanya LGBT. Karena sudah jelas keberadaan LGBT menyimpang dari tujuan Allah menciptaan laki-laki dan perempuan, yaitu untuk memperbanyak keturunan.

Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (Swt) yang artinya:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً

“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” (QS. An-Nisa [4]: 1).

Ceritakan juga kepada mereka tentang kisah kaum Nabi Luth yang diazab oleh Allah karena perilaku menyimpang mereka. Islam juga menghukumi perilaku LGBT dengan hukuman yang berat.

Rasulullah sangat keras menghadapi kaum seperti ini, bahkan hal itu belum tentu bisa dilaksanakan oleh pemrintahan kita. Rasulullah bersabda:

“Siapa saja yang kalian jumpai melakukan perbuatan kaum Nabi Luth maka bunuhlah pelaku dan pasangan (kencannya).” (HR. Abu Daud).

Bagi para orang tua, perlakukan anak-anak kalian sebagaimana mestinya. karena tidak jarang kita jumpai orang tua yang suka mendadani anak laki-lakinya seperti perempuan, atau sebaliknya dengan alasan sebagai lucu-lucuan.

Rasulullah sangat melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala (Swt) selalu memberi taufik dan hidayah kepada kita semua. Semoga Allah juga melindungi negeri ini dan para pemimpinnya. Agar para pemimpin bisa membedakan mana haq dan mana yang batil. Wallahu a’lam.*

 

Oleh: Ma’rufah Nur Annisa, Penulis mahasiswi di Samarinda, Kalimantan Timur

Rep: Admin Hidcom

Editor: Cholis Akbar

sumber: Hidyatullah.com

Perilaku Homoseksual tak Dapat Dilihat dari Pilihan Bermain Saat Anak-Anak

Orang tua harus jeli melihat keseharian perilaku buah hati. Sebagai pihak yang sering menghabiskan waktu bersama anak, orang tua tentu dapat mengamati perilaku anak. Cara tersebut bisa menjadi titik awal mengetahui apakah ada perbedaan dalam orientasi seksual si anak.

“Perhatikan gaya bicara, berpakaian, tingkah laku, dan juga teman-temannya,” ujar psikolog anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia kepada Republika.co.id, Selasa (26/1).

Namun, kata dia, ada juga anak yang menutup rapat-rapat tentang dirinya. Apabila anak bersikap seolah ada rahasia dan tidak ingin orang tuanya tahu, inilah yang harus diwaspadai ayah dan ibu.

Orientasi seksual tidak dapat ditentukan dari permainan apa yang dipilihnya. Ciri-ciri apakah seorang anak termasuk homoseksual baru bisa terlihat ketika anak sudah memasuki masa pubertas. Kalau masih di bawah masa pubertas, lanjut dia, tidak masalah anak mau main apa saja.

“Walaupun tidak apa-apa, orang tua bisa mengarahkan anak saat bermain. Misalnya, ketika anak laki-laki bermain boneka, sebaiknya dia berperan sebagai ayah,” kata Vera menjelaskan.

Perilaku lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) dapat terpengaruh dari lingkungan. Namun, kata Vera, prosesnya tidak semudah itu. Banyak hal yang membuat seseorang mampu terpengaruh, di antaranya latar belakang, nilai agama, dan pengalaman. Seandainya anak memperoleh pengasuhan yang tepat, dekat dengan orang tuanya, baik ayah dan ibu, serta memiliki nilai agama yang kuat, Vera jamin tidak akan terpengaruh.

 

sumber: Republika Online