Makamnya Menyemburkan Aroma Wangi

DIKISAHKAN bahwa Dawud al-Ujly ra, ketika mati ia dibawa ke kuburnya. Tiba-tiba ia menyemburkan aroma wangi. Lalu tukang kuburnya mengambilnya sebagai minyak aroma wewangian.

Sedangkan orang-orang sangat takjub melihatnya. Selama tujuh puluh hari, tetap saja bau wangi. Lalu penguasa wilayah itu berusaha mengambilnya dari orang tersebut, tiba-tiba hilang begitu saja entah kemana sirnanya.

Ammar bin IBrahim ra mengatakan, “Aku bermimpi melihat perempuan miskin setelah kematiannya. Wanita ini sangat senang dengan majelis zikir, kusapa ia. “Selamat datang wahai wanita miskin”

“Jauh sekali wahai Ammar. Wanita miskin sudah pergi, dan datanglah si kaya raya,” jawabnya.
“Kemarilah” kataku.
“Apa yang kau minta pada orang yang diberi kewenangan surga dan segala isinya?” katanya.
“Dengan apa?” tanyaku.
“Dengan majelis-majelis zikir.”
“Lalu apa yang dianugerahkan Allah Taala pada Ali bin Zadan?”
Ia malah tertawa, dan berujar, “Allah memberinya pakaian yang sangat kharismatik, dan dikatakan padanya, “Hai qori, bacalah, dan naiklah!”.
Ibnu Abil Hiwary ra, mengatakan, “Aku bermimpi bertemu Al-Washily, seakan ia berdiri di angkasa, padahal seluruh langit penuh dengan cahayanya, lalu aku bertanya, “Apa yang diberikan Allah Taala padamu?”
“Sebaik-sebaik Tuhan adalah Tuhan kami. Dia mengampuni kami dan memuliakan kami, dan kami dijadikan sebagai keluarga-Nya.”
“Kalau begitu beri aku wasiat,” kataku.
“Hendaknya engkau tetap di majelis orang-orang yang berzikir, sebab mereka menurut kami berada di derajat yang luhur.”

Saat Muadz ra, mendekati maut, ia pingsan, lalu sadar, kemudian berkata, “Temukan aku dengan orang-orang yang telah diberi nikmat Allah Taala dari kalangan Nabi, Shiddiqin dan syuhada,” Lalu ia tersenyum dan berucap Laailaaha Illalloh Muhammadurrosulullah. Alhamdulillah.” Lalu beliau wafat.

Jafar adh-Dhobby ra mengatakan, “Aku menghadiri ziarah kubur Malik bin Dinar ra, lalu aku berkata dalam benakku, “Apa ya, yang dianugerahkan Allah pada Malik?”

Lalu kudengar suara dari atas Malik, “Malik selamat dari kehancuran, selamat dari buruknya penempuhan jalan, dan ia telah berada di rumah kebahagiaan, bertetangga dengan Tuhan Maha Pengampun..”

“Alhamdulillah” kataku.

Ibnu Bikar mengisahkan, “Suatu hari aku sedang salat di Mashishoh (nama sebuah kota). Ketika imam salam, seseorang tiba-tiba berdiri dan berkata, “Wahai manusia, aku adalah seorang ahli surga, dan aku telah mati hari ini. Kalau ada yang butuh, datanglah kemari..”

Ketika kami salat ashar, orang tersebut meninggal.

Harits bin Umar ath-Thai ra sedang sakit di Arminia. Suatu hari ia menghadap kiblat dan salat dua rakaat, lalu ia berkata di akhir sujudnya, “Ya Allah! Aku memohon dengan NamaMu yang dengannya menjadi pengokoh agama, dan dengan NamaMu yang dengannya alam semesta mendapatkan rezeki, dan dengan namaMu Engkau hidupkan tulang-tulang yang remuk. Bila ada kebaikan padaku di sisiMu, segerakan matiku.”

Lalu ia terdiam, dan orang-orang menggerak-gerakkannya, ternyata ia sudah mati.

Seseorang pernah melihat Malik bin Dinar ra, seakan-akan ia ada di istana di cakrawala, yang tidak bias digambarkan keindahannya. “Apa yang dianugerahkan Allah Taala padamu hai Malik?” tanya seseorang.

Ia menjawab, “Tuhanku menempatkan aku di istana ini seperti kau lihat dan Dia memperkenankan diriku untuk memandangNya manakala aku rindu padaNya, tanpa bagaimana atau tanpa padanan. Walhamdulillaahi robbil alamin.”

Ketika guruku Syeikh Manshur ra, hendak wafat, kami menangis di dekatnya. Lalu beliau siuman dari pingsannya, dan berkata:
“Kematian pecinta adalah kehidupan tiada putus-putusnya.
Suatu kaum mati, namun mereka hidup di tengah manusia.”

Lalu beliau berucap, “Asyhadu al-Laailaaha Illalloh, wa-Asyhadu Anna Muhammadar-Rasulullah, Shollallaahu alaihi wa-Alihi wasallam. Lalu takdir menjemputnya dan ruhnya yang suci membubung ke hadirat Ilahi Sang Pencipta.

Semoga Allah memberkahi Al-Qutub Agung Sayyid Ahmad Rifay dan keluarga tercintanya dan seluruh muslimin. Salam semoga kepada para Rasul. Walhamdulillahi Rabbilalamin.

 

INILAH MOZAIK