Doa yang Selalu Diucapkan Nabi Muhammad SAW Setiap Malam

Nabi Muhammad selalu membaca doa ini setiap malam.

Ada doa yang selalu diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW pada setiap malam. Doa ini diucapkan pada saat beliau hendak menutup hari dengan tidur malam setelah seharian menjalani aktivitas.

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Hudzaifah bin Al Yaman, dia berkata:

كانَ النَّبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ إذَا أرَادَ أنْ يَنَامَ قالَ: باسْمِكَ اللَّهُمَّ أمُوتُ وأَحْيَا، وإذَا اسْتَيْقَظَ مِن مَنَامِهِ قالَ: الحَمْدُ لِلَّهِ الذي أحْيَانَا بَعْدَ ما أمَاتَنَا وإلَيْهِ النُّشُورُ.

“Bila Nabi SAW hendak tidur, beliau SAW membaca ‘Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu Ya Allah, aku mati dan aku hidup).’ Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan, ‘Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da maa amaatana wa ilaihin-nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali)'” (HR Bukhari).

Untuk lebih jelasnya, berikut ini doa yang selalu diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW pada malam hari sebelum tidur, berdasarkan hadits tersebut:

 باسْمِكَ اللَّهُمَّ أمُوتُ وأَحْيَا

Latin: Bismika allahumma amuutu wa ahyaa

Terjemahan: Dengan nama-Mu Ya Allah, aku mati dan aku hidup.

Nabi Muhammad SAW selalu mengingat Allah dalam segala keadaan, termasuk saat hendak tidur. Beliau mengakhiri harinya dengan mengucapkan doa sebagaimana tercantum dalam hadits tersebut.

Allahlah yang memberi kehidupan kepada setiap Muslim, dan Allah jugalah yang mematikan atas kehendak-Nya. Kematian yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah tidur, karena tidur adalah kematian terkecil. Akal dan gerak lenyap ketika manusia tidur. Ini adalah representasi dan analogi untuk kematian yang besar.

Hadits tersebut juga mencantumkan bacaan doa saat bangun dari tidur. Berdasarkan doa bangun tidur itu, dapat dipahami bahwa tidur adalah salah satu bentuk kematian, dan Allah mengembalikan ruh orang yang tertidur kepadanya ketika ia terbangun. Karenanya seorang Muslim memuji Allah karena telah mengembalikan ruh kepadanya.

Hikmah lain ialah berdzikir kepada Allah SWT dalam setiap keadaan. Mengakhiri hari setelah lelahnya menjalani aktivitas sehari-hari dengan bacaan doa mau tidur, dan bangun tidur dengan kembali mengingat Allah.

IHRAM

Mengapa Doa Kita Belum Dikabulkan?

Mengapa doa kita belum dikabulkan? Jangan berputus asa, jika telah sungguh-sungguh berdoa namun belum dikabulkan, karena Allah menjamin doa kita  

MUNGKIN ada dari kita yang pernah bertanya-tanya dalam hati, mengapa doa yang kita panjatkan belum juga dikabulkan Allah? Atau mengapa pertolongan Allah belum datang juga, untuk mengatasi kesulitan yang sedang kita alami, padahal kita telah sungguh-sungguh berdoa.

Ada beberapa sebab mengapa doa tidak segera dikabulkan dan ada hikmah yang terkandung di dalamnya:

Allah SWT berfirman: 

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS: Al Baqarah [2] : 186).

Dalam firman Allah  SWT diatas, jelas sekali disebutkan, bahwa Aku mengabulkan permohonan oran gyang berdoa kepada-Ku, maka hendaklah ia memenuhi (segala perintah-Ku)….. Perhatikan ayat ini dengan seksama, dan tanyakan dengan jujur pada diri kita sendiri, sudahkan kita memenuhi segala perintah-Nya? Atau kita hanya berdoa dan mendatanginya saat kita sedang mengalami kesusahan saja?

Tanyakan juga dengan jujur pada diri sendiri, kapankah kita terakhir kali berdoa dengan penuh kekhusu’an dan benar-benar mendekatkan diri pada-Nya?

Tanyakan dengan jujur pada diri sendiri, apakah saat kita dalam keadaan senang dan saat kita tidak ada masalah/kesulitan, kita berdoa dan menghadap pada-Nya, sebaik dan sesering saat kita ditimpa kesulitan?

Tanyakan dengan jujur pada diri kita, seberapa banyak kita mengingat-Nya disaat kita berada dalam kelapangan/kemudahan? Sudahkah kita mengutamakan-Nya, diatas urusan dunia kita, baikd alam keadaan kita lapang atau sempit?

Tertundanya pengabulan doa kita adalah karena kita belum memenuhi syarat-syarat diterimanya doa. Mungkin kurang khusyu’ dalam berdoa, atau dalam berdoa,  kita kurang merendahkan diri dan sikap pasrah secara total kepada Allah dan mungkin waktu kita berdoa bukan waktu dikabulkannya doa atau kita

Mungkin karena kita belum bertobat, bertobat yang sungguh-sungguh tobat (nasuha). Atau mungkin ada makanan kita mengandung syubhat atau ada hak milik orang lain pada diri kita dan kita belum mengembalikannya.

Karena itu, kita harus bertobat dengan taubat nasuha, dengan melengkapi syrat-syaratnya dan mengembalikan hak orang lain yang mungkin masih ada pada kita.

Perhatikan Sabda Rasulullah ﷺ berikut ini: 

يَا سَعد، أَطِبْ مَطعَمَكَ، تَكُنْ مُسْتَجَابَ الدَّ عوَة

Artinya,“Wahai Sa’ad, perbaiki makananmu (pilihlah yang halal), niscaya doamu mustajab (dikabulkan).”
Dalam hadits sahih lainnya disebutkan:  

 ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ ياَ رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ .

“Kemudian beliau (Rasulullah) menyebutkan ada seseorang yang melakukan perjalanan jauh dalam keadaan kumal dan berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berseru ‘Ya Rabbi ya Rabbi (Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku’), padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya akan dikabulkan.” (HR: Muslim, Tirmizi dan Ahmad).

Penyebab lainnya mungkin Allah SWT sengaja menyimpan pahala dan balasan doa kita di akhirat kelak atau Allah menghilangkan keburukan dari kita. Telah ada ketetapan dari Abu Said Al-Khudri radhiallahu ‘anhu sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda:

 مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ ، وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ ، إِلَّا أَعْطَاهُ اللهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ: إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا . قَالُوا: إذا   نكثر. قال :  الله أكثر.

“Tidaklah seorang muslim berdoa dengan suatu doa yang tidak mengandung dosa dan tidak memutus persaudaraan melainkan Allah akan berikan salah satu dari tiga hal, (Allah) akan kabulkan doanya atau disimpan baginya di hari akhirat atau dipalingkan dari kejelekan semisal darinya. (Para shahabat) mengatakan, “Kalau begitu kita perbanyak (doa). Nabi menjawab, “Allah (akan memberikan) lebih banyak lagi.” (HR: Ahmad, di Musnad, (17/213)).

Allah SWT tidak segera mengabulkan doa kita, untuk kebaikan kita sendiri. Adakalanya jika seseorang dikabulkan doanya dengan segera, mungkin dia akan lupa diri sehingga Allah menunda terkabulnya doa.

Tidak sedikit orang yang di saat miskin ia seorang hamba yang takwa kepada Allah, rajin ibadahnya, namun setelah kaya ia lupa Allah dan jauh dari Allah. Ingatlah, Allah Maha mengetahui, sedangkan kita tidak. Dan Pilihan Allah untuk kita adalah pilihan yang terbaik.

Berikut Beberapa Firman Allah SWT yang terdapat dalam Al-Quran tentang Doa:

ٱدْعُوا۟ رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُعْتَدِينَ

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS: Al-A’raf [7] :55).

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari  menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS: Al Mu’min [40] : 60).

قُلِ ٱدْعُوا۟ ٱللَّهَ أَوِ ٱدْعُوا۟ ٱلرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَّا تَدْعُوا۟ فَلَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَٱبْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا

“Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al-Asmaaul Husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu (doamu) dan janganlah pula merendahkannya. Dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (QS: Al-Isra’ [17] :110).

فَٱسْتَجَبْنَا لَهُۥ وَوَهَبْنَا لَهُۥ يَحْيَىٰ وَأَصْلَحْنَا لَهُۥ زَوْجَهُۥٓ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا۟ يُسَٰرِعُونَ فِى ٱلْخَيْرَٰتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا۟ لَنَا خَٰشِعِينَ

“Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS: Al-Anbiya [21] :90).

Berikut Hadits Rasulullah ﷺ tentang Doa :

Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah ﷺ bersabda: 

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan do’a dari hati yang lalai.” (HR: Tirmidzi no. 3479.

Rasulullah ﷺ  mengajarkan dan mengingatkan orang-orang beriman, apa-apa yang mesti mereka perhatikan dalam pelaksanaan ibadah, baik berupa ketaatan maupun sikap ikhlas, juga bersimpuh hanya kepada-Nya dengan doa.

Doa yang mengantarkan mereka pada petunjuk dan jalan kebaikan. Ini menunjukkan betapa pentingnya ibadah doa.

Bahkan ada tiga kelompok yang doanya tidak akan tertolak. Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu bahwa dia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda.

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَتُرَدُّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ

“Tiga doa yang tidak ditolak ; doa orang tua terhadap anaknya ; doa orang yang sedang berpuasa dan doa seorang musafir.” (Sunan Baihaqi, kitab Shalat Istisqa bab Istihbab Siyam Lil Istisqa’ 3/345).

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda.

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ

“Tiga orang yang doanya pasti terkabulkan ; doa orang yang teraniyaya; doa seorang musafir dan doa orang tua terhadap anaknya.“ (Sunan Abu Daud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah, dan Musnad Ahmad).

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu menerangkan bahwa Baginda Nabi ﷺ pernah bersabda,

لا يزَالُ يُسْتَجَابُ لِلعَبْدِ مَا لَم يدعُ بإِثمٍ، أَوْ قَطِيعةِ رَحِمٍ، مَا لَمْ يَسْتعْجِلْ قِيلَ: يَا رسُولَ اللَّهِ مَا الاسْتِعْجَالُ؟ قَالَ: يَقُولُ: قَدْ دعَوْتُ، وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَم أَرَ يَسْتَجِيبُ لي، فَيَسْتَحْسِرُ عِنْد ذَلِكَ، ويَدَعُ الدُّعَاءَ

“Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim, selama dia tidak terburu-buru. Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud terburu-buru dalam berdoa?” Beliau bersabda, “Orang yang berdoa ini berkata, ‘Saya telah berdoa, Saya telah berdoa, dan belum pernah dikabulkan’. Akhirnya dia putus asa dan meninggalkan doa.” (HR: Muslim, no. 2735).

Jangan berputus asa, apabila kita telah sungguh-sungguh berdoa namun belum dikabulkan juga, karena Allah telah menjamin menerima dan mengabulkan doa yang kita mohonkan sesuai dengan pilihan-Nya, bukan menurut keinginan/pilihan kita, dan mengabulkan doa pada saat/waktu yang Dia kehendaki/ tentukan, bukan pada waktu/saat yang kita kehendaki/tentukan. (Kitab Al Hikam, Ibn Athaillah)

Mudah-mudahan sekarang ini kita bisa mengetahui dan memperkirakan apa penyebab doa kita tidak segera dikabulkan oleh Allah SWT. Cari tahu penyebabnya, dan apabila ada yang salah, segera perbaiki disertai dengan keyakinan, tetap baiksangka kepada Allah SWT dan tawakal.*

HIDAYATULLAH

Berdoalah, Karena Allah Itu Dekat!

Allah swt mencintai hambanya yang berdoa kepada-Nya. “Mintalah petunjuk kepadaKu niscaya Aku beri petunjuk kepada kalian,” demikian janji-Nya

SESUNGGUHNYA Allah mencintai hambanya yang berdoa kepada-Nya. Allah Swt memberi ‘hadiah’ ampunan kepada hamba-Nya yang selalu berdoa.

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (QS: al-Baqarah: 186).

Dari Abu Dzar Al-Ghifari Radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Muhammad ﷺ, dalam hadits yang diriwayatkan dari Allah ‘Azza wa Jalla, bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا عِبَادِى إِنِّى حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِى وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوا يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِى أَهْدِكُمْ يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُونِى أُطْعِمْكُمْ يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُونِى أَكْسُكُمْ

“Wahai hamba-hambaKu, sungguh Aku telah haramkan kedzaliman atas diriKu dan Aku jadikan kedzaliman itu haram atas kalian. Maka janganlah kalian saling mendzalimi.

Wahai hamba-hambaKu, setiap orang dari kalian sesat kecuali yang Aku berikan petunjuk. Maka mintalah petunjuk kepadaKu niscaya Aku beri petunjuk kepada kalian.

Wahai hamba-hambaKu, setiap orang dari kalian lapar kecuali yang Aku beri makan. Maka mintalah makan kepadaKu dan Aku akan berikan makan kepada kalian.

Wahai hamba-hambaKu, setiap orang dari kalian telanjang, kecuali yang Aku berikan pakaian. Maka mintalah pakaian kepadaKu, niscaya Aku akan memberikannya.”

يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ

Wahai hamba-hambaKu, sungguh setiap orang dari kalian salah di malam dan siang, dan Aku mengampuni dosa semuanya. Maka beristighfarlah kepadaKu, niscaya Aku akan mengampuni kalian.”

يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّى فَتَضُرُّونِى وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِى فَتَنْفَعُونِى

Wahai hamba-hambaKu, sungguh kalian tidak bisa mendatangkan bahaya untukKu dan kalian juga tidak bisa mendatangkan manfaat untukKu.”

يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِى فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِى إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ

“Wahai hamba-hambaKu, kalau orang yang pertama dari kalian dan orang yang terakhir, jin dan manusia semuanya memiliki hati yang paling bertakwa, maka itu tidak akan menambah kekuasaanKu sedikitpun.

Wahai hamba-hambaKu, kalau seandainya orang yang pertama dari kalian dan orang yang terakhir, manusia dan jin, semuanya memiliki hati yang pliang durhaka, maka itu juga tidak akan mengurangi kekuasaanKu sama sekali.

Wahai hamba-hambaKu, kalau senadainya orang yang pertama dari kalian sampai yang terakhir, bangsa jin dan manusia semuanya berdiri di sebuah tangan lapang, kemudian mereka semuanya meminta kepadaKu, dan Aku memberikan masing-masing orang apa yang dia minta, maka itu tidak akan mengurangi harta yang ada padaKu kecuali sebagaimana berkurangnya air laut saat dicelupkan jarum ke dalamnya.”

يَا عِبَادِى إِنَّمَا هِىَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُومَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ

Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya ini adalah amalan kalian, Aku mencatatnya untuk kalian kemudian memberikan balasannya untuk kalian. Maka barangsiapa yang mendapatkan kebaikan hendaklah ia memuji Allah. Dan barangsiapa yang mendapatkan selain itu, maka hendaknya dia tidak mencela kecuali dirinya sendiri.” (HR: Muslim).

Allah Ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi:

يا ابن آدم إنك ما دعوتني ورجوتني غفرت لك على ما كان منك ولا أبالي

Wahai manusia, selagi engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, aku mengampuni dosamu dan tidak aku pedulikan lagi dosamu.” (HR. At Tirmidzi).

Berapa kali kita lupa ketika kita mempunyai masalah, cepat sekali mengeluh kepada orang lain dan mengeluhkan nasib tanpa kita sadari bahwa ada yang mengawasi kita, ada yang akan menemani kita bahkan memberi kita kekuatan jika kita mengeluh dan memohon kepada-Nya.

Allah Swt berfirman dalam Al-Quran;

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS: Al-Baqarah 186).

Maka marilah kita berdoa tanpa kenal lelah setiap saat dan waktu. Mari berdoa agar Allah Swt mengampuni dosa-dosa kita tahun ini dan tahun sebelumnya. Semoga segala amal kita di tahun ini diterima di sisi Allah. Amin.*

HIDAYATULLAH

Doa Bersin Saat Sedang Sendirian

Berikut ini artikel tentang doa bersin saat sedang sendirian. Ketika kita bersin, adakalanya kita bersama orang lain dan adakalanya kita sedang sendirian. Ketika kita bersin dan kebetulan bersama dengan orang lain, maka kita dianjurkan untuk membaca hamdalah dengan suara keras dan orang yang berada di samping kita dianjurkan untuk menjawabnya dengan bacaan ‘yarhamukallah’.

Dan apabila kita bersin saat dalam keadaan sendirian, maka kita dianjurkan untuk membaca hamdalah sekaligus mendoakan rahmat untuk seluruh malaikat dan makhluk yang mungkin mendengar bersin kita. 

Adapun bacaan hamdalah dan doa saat bersin dalam keadaan sendirian adalah sebagai berikut;

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ  يَرْحَمُنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ

Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, yarhamunalloohu wa iyyaakum

Artinya; segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Semoga Allah merahmati kami dan kalian semua. 

Ketika kita membaca hamdalah dan doa ini saat kita bersin dalam keadaan sendirian, maka seluruh makhluk yang mendengar doa ini, terutama dari kalangan para malaikat, akan mendoakan balik kepada kita. Ini berdasarkan hadis yang disebutkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Al-Mushannaf-nya berikut;

حدثنا ابو الاحوص عن حصين عن ابراهيم قال: اذا عطس وهو وحده فليقل: الحمد لله رب العالمين ثم ليقل يرحمنا الله واياكم فانه يشمته من سمعه من خلق الله 

Artinya; Abu Al-Ahwas menceritakan kepada kami, dari Hushain, dari Ibrahim, dia berkata; Apabila seseorang bersin saat sedang dalam keadaan sendirian, maka hendaknya dia mengucapkan; 

Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin. Kemudian dia lanjut mengucapkan ‘Yarhamunalloohu wa iyyaakum. Sesungguhnya seluruh makhluk Allah yang mendengarnya mendoakannya.

Lebih lanjut,  dalam kitab Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, setelah bersin dianjurkan membaca doa;

مَنْ تَكَرَّرَ عُطَاسُهُ فَزَادَ عَلَى الثَّلاَثِ فَإِنَّهُ لاَ يُشَمَّتُ فِيمَا زَادَ عَنْهَا؛ إِذْ هُوَ بِمَا زَادَ عَنْهَامَزْكُومٌ. فَعَنْ سَلَمَةَ بْنِ الأْكْوَعِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: شَمَّتَ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلاً عَطَسَ مَرَّتَيْنِ بِقَوْلِهِ: يَرْحَمُكَ اللَّهُ ثُمَّ قَال عَنْهُ فِي الثَّالِثَةِ: هَذَا رَجُلٌ مَزْكُومٌ. وَذَكَرَ ابْنُ دَقِيقِ الْعِيدِ عَنْ بَعْضِ الشَّافِعِيَّةِ أَنَّهُ قَال: يُكَرَّرُ التَّشْمِيتُ إِذَا تَكَرَّرَ الْعُطَاسُ، إِلاَّ أَنْ يُعْرَفَ أَنَّهُ مَزْكُومٌ فَيَدْعُوَ لَهُ بِالشِّفَاءِ

Artinya; Barangsiapa bersin berungkali sampai lebih dari tiga kali, maka bersin yang lebih dari tiga kali tidak perlu ditasymit atau didoakan dengan ucapan yarhamukallah. Ini karena bersin yang lebih dari tiga kali disebut sakit flu atau demam.

Dari Salamah bin Al-Akwa’, dia berkata; Rasulullah Saw mendoakan orang yang bersin dua kali dengan doa ‘yarhamukallah’. Kemudian ketika dia bersin untuk ketiga kalinya, beliau berkata; Ini orang terkena flu. Imam Ibn Daqiq Al-‘Id menyebutkan dari sebagian ulama Syafiiyah mengatakan bahwa dianjurkan tasymit setiap kali bersin kecuali sudah diketahui terkena flu, maka didoakan agar sembuh.

Demikian doa bersin saat sedang sendirian. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Doa Saat Cuaca Panas

Berikut ini doa saat cuaca panas. Persoalan cuaca panas dan kekeringan adalah fenomena alam yang dapat memberikan dampak signifikan pada lingkungan dan kehidupan manusia. Saat suhu meningkat dan hujan jarang turun, banyak tantangan muncul, mulai dari kekeringan hingga risiko kebakaran hutan.

Dalam keadaan cuaca panas, selain berlindung, sebagai umat muslim juga sebaiknya kita memanjatkan doa. Nah berikut ini ada doa saat cuaca panas yang bisa dibaca seorang muslim. Doa ini sebagaimana terdapat dalam Dar Ifta Mesir. Ini adalah doa saat cuaca panas;

اللهم أجرني من حَرِّ جهنم، أو اللَّهُمَّ أَجِرْهُ مِنَ النَّارِ، ومن عذاب النار، ومن كلِّ عملٍ يقربنا إلى النار، وأصلح لنا شأننا بفضلك وكرمك يا عزيز يا غفَّار”

Allahumma ajirni min harri jahannam, allahumma ajirhu minannari, wa min ‘azabin nari, wa min kulli ‘amalin yuqarribuna ila nari, wa aslih lana syaknana bi fadlika wa karamika ya aziz ya ghaffar

Artinya; Ya Allah, berilah kami pahala dari panasnya neraka”, atau “Ya Allah, berilah kami pahala dari api neraka, dari siksa neraka, dan dari setiap perbuatan yang mendekatkan kami kepada neraka. Perbaikilah keadaan kami dengan karunia dan kemurahan-Mu, wahai Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

Selain itu, ada juga doa yang bisa dibaca saat cuaca panas. Doa ini bisa dibaca sebagai upaya meminta pertolongan pada Allah;

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ هَذَا الْيَوْمِ، وَخَيْرِ مَا بَعْدَهُ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُوعِ وَالْعَطَشِ وَسُوءِ الْكِبَرِ، وَسُوءِ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

Allahumma asaluka min khairi hadza al yaum, wa khaira ma ba’dahu, wa a’udzubika min syarri hadza al yaum wa syarri ma ba’dahu, allahumma inni a’udzubika minal ju’u, wa ‘athasy wa sui al kibari, wa sui fitnati al mahya wal mamat

Artinya: ”Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu segala kebaikan pada hari ini dan segala kebaikan yang akan datang setelahnya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari segala keburukan pada hari ini dan segala keburukan yang akan datang setelahnya. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari rasa lapar, haus, buruknya usia tua, dan buruknya ujian kehidupan dan kematian.”

Doa ini mengandung permohonan kepada Allah untuk mendapatkan kebaikan dan perlindungan dari segala keburukan yang mungkin datang, terutama dalam menghadapi cuaca panas dan kondisi yang sulit.

BINCANG SYARIAH

Doa Mohon Kebaikan dalam Harta dan Anak

Harta dan anak tidak selamanya mendatangkan kebahagiaan dan kebaikan dalam hidup kita. Sebaliknya, kadang harta dan anak menjadi sumber malapetaka, bahkan menjurumuskan ke jalan yang sesat. Karena itu, agar harta dan anak menjadi sumber kebaikan dan kebahagiaan, maka hendaknya kita memperbanyak membaca doa berikut;

اللَّهُمَّ اجْعَلْ سَرِيرَتِي خَيْرًا مِنْ عَلَانِيَتِي ، وَاجْعَلْ عَلَانِيَتِي صَالِحَةً ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ صَالِحِ مَا تُؤْتِي النَّاسَ مِنَ الْمَالِ وَالْأَهْلِ وَالْوَلَدِ غَيْرِ الضَّالِّ وَلَا الْمُضِلِّ

Allohummaj’al sariroti khoirom min ‘alaniyyati waj’al ‘alaniyyati sholihah. Allohumma inni as-aluka min sholihi ma tu’tin nasa minal mali wal waladi ghoirod dholli walal mudhilli.

“Ya Allah, jadikanlah diam-diamku lebih baik daripada terang-teranganku, dan jadikanlah terang-teranganku itu baik. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan apa yang telah Engkau berikan kepada manusia, baik harta dan anak, yang tidak sesat dan tidak menyesatkan.”

Doa ini bersumber dari hadis riwayat Imam Tirmizi dari Sayidina Umar bin Khatthab, dia berkata;

عَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قُلْ : اللَّهُمَّ اجْعَلْ سَرِيرَتِي خَيْرًا مِنْ عَلَانِيَتِي ، وَاجْعَلْ عَلَانِيَتِي صَالِحَةً ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ صَالِحِ مَا تُؤْتِي النَّاسَ مِنَ الْمَالِ وَالْأَهْلِ وَالْوَلَدِ غَيْرِ الضَّالِّ وَلَا الْمُضِلِّ

“Rasulullah Saw pernah mengajariku seraya berkata, ‘Ucapkanlah; Allohummaj’al sariroti khoirom min ‘alaniyyati waj’al ‘alaniyyati sholihah. Allohumma inni as-aluka min sholihi ma tu’tin nasa minal mali wal waladi ghoirod dholli walal mudhilli.’”

BINCANG SYARIAH

Kenapa Harus Berdoa sebelum Jima?

HAMPIR dari seluruh aktivitas kita sehari-hari, Rasulullah ﷺ telah mengajarkan doanya. Selain untuk mendapatkan kemudahan, doa juga cara kita memohon keberkahan dari setiap kegiatan yang kita lakukan. Termasuk di dalamnya berhubungan suami istri alias jima.

Untuk meraih keberkahan dalam jima pada pasangan suami istri, di antaranya adalah dengan berdo’a ketika hendak mendatangi istri. Keampuhan do’a ini akan memberikan kebaikan pada keturunan yang dihasilkan, itu di antaranya. Juga tentunya jima yang sesuai ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam akan semakin menambah kemesraan karena keberkahan yang hadir ketika itu.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Jika salah seorang dari kalian (yaitu suami) ingin berhubungan intim dengan istrinya, lalu ia membaca do’a:

(Bismillah Allahumma jannibnaasy syaithoona wa jannibisy syaithoona maa rozaqtanaa), “Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezki yang Engkau anugerahkan kepada kami”, kemudian jika Allah menakdirkan (lahirnya) anak dari hubungan intim tersebut, maka setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut selamanya,” (HR. Bukhari no. 6388 dan Muslim no. 1434).

Kapan Do’a Tersebut Dibaca?

Dikutip dari Rumaysho.com, Ash Shon’ani berkata bahwa hadits tersebut adalah dalil bahwa do’a tersebut dibaca sebelum bercumbu yaitu ketika punya keinginan. Karena dalam riwayat Bukhari lainnya disebutkan,

“Adapaun jika salah seorang dari mereka mengucapkan ketika mendatangi istrinya …” (HR. Bukhari no. 5165).

Makna kata “ketika” (حِينَ) dalam riwayat ini bermakna “berkeinginan”. (Subulus Salam, 6: 91).

Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (9: 228) berpendapat bahwa do’a ini dibaca sebelum jima. Begitu pula pendapat Syaikh ‘Abdul Qodir Syaibah dalam Fiqhul Islam, 7: 61-64.

Intinya, do’a ini diucapkan sebelum memulai jima dan bukan di pertengahan atau sesudahnya. Hukum membaca do’a ini adalah sunnah (mustahab) (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 1: 190). Dan jika dilihat dari tekstual hadits di atas, do’a ini dibaca oleh suami.

Berkah dari Berdo’a sebelum Hubungan Intim

Pertama: Mengikuti ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, ini sudah merupakan berkah tersendiri. Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu pernah berkata,

”Aku tidaklah biarkan satu pun yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang,” (HR. Bukhari no. 3093 dan Muslim no. 1759).

Kedua: Setan tidak akan turut serta dalam hubungan intim tersebut karena di dalam do’a ini diawali dengan penyebutan “bismillah”. Demikian pendapat sebagian ulama. Mujahid rahimahullah berkata,
“Siapa yang berhubungan intim dengan istrinya lantas tidak mengawalinya dengan ‘bismillah’, maka setan akan menoleh pada pasangannya lalu akan turut dalam berhubungan intim dengannya” (Fathul Bari, 9: 229). Ya Allah, lindungilah kami dari gangguan setan kala itu.

Ketiga: Kebaikan do’a ini pun akan berpengaruh pada keturunan yang dihasilkan dari hubungan intim tersebut. Buktinya adalah riwayat mursal namun hasan dari ‘Abdur Razaq di mana disebutkan,
“Jika seseorang mendatangi istrinya (berhubungan intim), maka ucapkanlah ‘Ya Allah, berkahilah kami dan keturunan yang dihasilkan dari hubungan intim ini, janganlah jadikan setan menjadi bagian pada keturunan kami’. Dari do’a ini, jika istrinya hamil, maka anak yang dilahirkan diharapkan adalah anak yang sholeh” (Fathul Bari, 9: 229).

Keempat: Keturunan yang dihasilkan dari hubungan intim ini akan selamat dari berbagai gangguan setan. Jika dipahami dari tekstual hadits, yang dimaksud dengan anak tersebut akan selamat dari berbagai bahaya adalah umum, yaitu mencakup bahaya dunia maupun agama. Namun Al Qodhi ‘Iyadh berkata bahwa para ulama tidak memahami seperti itu. (Minhatul ‘Allam, 7: 348).

Ibnu Daqiq Al ‘Ied berkata, “Bisa dipahami dari do’a ini bahwa setan juga tidak akan membahayakan agama anak dari hasil hubungan intim tersebut. Namun bukan berarti anak tersebut ma’shum, artinya selamat dari dosa” (Fathul Bari, 9: 229).

Syaikh Ibnu Baz memahami bahwa yang dimaksud dalam hadits bahwa anak tersebut akan tetap berada di atas fithroh yaitu Islam. Setan bisa saja menggoda anak tersebut, namun segera ia akan kembali ke jalan yang lurus. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya” (QS. Al A’rof: 201) (Lihat Minhatul ‘Allam, 7: 349).

Kelima: Keberkahan do’a ini berlaku bagi wanita yang akan hamil dengan hubungan intim tersebut atau yang tidak hamil karena lafazhnya umum. Inilah pendapat Al Qodhi ‘Iyadh (Fathul Bari, 9: 229).

Jadikanlah Kebiasaan!

Syaikh ‘Abdullah Al Fauzan hafizhohullah berkata, “Hendaklah seorang muslim bersemangat mengamalkan do’a ini ketika berhubungan intim hingga menjadi kebiasaan. Hendaklah ia melakukannya dalam rangka mengamalkan nasehat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan demi menghasilkan keturunan yang terjaga dan terlindungi dari gangguan setan, juga supaya mendapatkan keberkahan dari do’a ini” (Minhatul ‘Allam, 7: 348).

Ibnu Hajar berkata, “Faedah yang ditunjukkan dalam do’a ini adalah disunnahkannya membaca bismillah dan berdo’a serta merutinkannya hingga pada hal yang nikmat semacam dalam hubungan intim”. (Fathul Bari, 9: 229).

Hadits yang kita ulas kali ini menunjukkan bahwa setan akan mengganggu manusia dalam segala kondisi. Ketika tidur, ketika bangun dari tidur, setan akan terus memberikan was-was. Jika seseorang lalai dari mengingat Allah, maka setan akan mengganggu. Namun jika mengingat Allah, setan akan lari bersembunyi. Oleh karena itu, hendaklah kita membiasakan untuk terus berdzikir, membaca ta’awudz, berdo’a, supaya kita terlindungi dari gangguan setan (Nasehat Syaikh ‘Abdullah Al Fauzan dalam Minhatul ‘Allam, 7: 349). []

ISLAMPOS

3 Cara Allah Kabulkan Doa dari Hamba

“Aku akan menjawab seruan orang yang berdoa ketika berdoa kepadaKu.” (Q.S al-Baqoroh:186)

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa semua doa dari hambaNya pasti dijawab oleh Allah. Karena setiap doa hamba pasti dijawab oleh Allah, maka tidak akan pernah ada ruginya orang yang berdoa.

Jawaban Allah terhadap doa seorang hamba bisa dalam bentuk:

1. Allah segerakan terkabulnya doa.

2. Allah simpan doa itu sebagai perbendaharaan pahala di akhirat

3. Allah halangi suatu keburukan atau marabahaya menimpa dia, sesuai kadar yang setara dengan permintaan yang dimintanya. Artinya, dengan adanya doa tersebut, meski tidak secara langsung terlihat hasil seperti yang diminta, ia terhindar dari suatu keburukan dengan sebab doa itu.

Salah satu dari ketiga hal itu bisa tercapai jika seseorang berdoa dengan doa yang tidak mengandung dosa atau memutuskan silaturrahmi.

“Tidaklah seorang muslim berdoa dengan suatu doa yang tidak mengandung dosa atau memutuskan silaturrahmi kecuali Allah akan beri salah satu dari tiga hal: Bisa saja Allah segerakan terkabulnya doa, atau Allah simpan sebagai perbendaharaan pahala di akhirat, atau Allah palingkan darinya keburukan semisal (yang diminta dalam doa).

“Para Sahabat berkata: Kalau begitu, kami akan memperbanyak (doa). Rasul bersabda: Allah lebih banyak lagi.” (H.R atTirmidzi, Ahmad, dishahihkan oleh al-Hakim dan dinyatakan bahwa sanad-sanadnya jayyid(baik) oleh al-Bushiry).[]

ISLAMPOS

Kisah Doa Mustajab Imam Baqi

Berkah doa Imam Baqi, tangan seorang anak yang dirantai algojo ini terlepas dan akhirnya terbebas dari sandera

ABDURRAHMAN bin Ahmad menuturkan dari ayahnya bahwa seorang perempuan datang menemui Baqi bin Makhlad (Imam Baqi bin Makhlad, red). Dia berkata, “Anakku kini menjadi sandera dan aku tidak tahu harus berbuat apa. Seandainya engkau menunjukkan kepadaku orang yang bersedia menebusnya, tentu aku sangat senang.”

“Baik” kata Baqi, “Pulanglah dan jangan kembali sebelum aku selidiki perkara anakmu.”

Kemudian Baqi diam sejenak sambil menggerakkan bibirnya. Selang beberapa hari kemudian, datang perempuan itu bersama anaknya. Anak itu bercerita, “Aku tengah berada di hadapan raja. Ketika aku melakukan pekerjaanku, tali rantaiku putus.”

Dia menyebutkan waktu dan hari peristiwa aneh itu terjadi. Tenyata bertepatan dengan waktu Imam Baqi berdoa.

Anak itu melanjutkan ceritanya, “Kemudian algojo berteriak ke arahku. Dia melihat apa yang terjadi dan tidak bisa menyembunyikan kebingungannya. Dia panggilkan pandai besi dan menyuruhnya merantaiku kembali. Setelah selesai dan aku kembali berjalan, ternyata tali rantai itu putus lagi. Orang-orang tercengang dan memanggil para pendeta. Aku ditanya mereka, “Apakah kamu mempunyai ibu?”

“Ya,” jawabku.

Mereka kemudian berkata, “Doa ibumu terkabul. Allah telah membebaskanmu sehingga tidak mungkin bagi kami untuk merantaimu. Mereka memberiku bekal dan menyuruhku pulang,” kutipnya.* (dalam himpunan kisah-kisah pilihan dalam kitab Siyar A’lam An-Nubala dan Tarikh Al-Islam, karya ulama besar Imam  Adz-Dzahabi disusun Dr. Sulaiman Al-Asyqar, Pustaka Al-Kautsar).

HIDAYATULLAH