Sebaik Apapun, Tanpa Syahadat, Sia-Sia Amalnya

KALIMAT syahadat adalah pembeda antara iman dan kafir, sebab siapa yang melafadzkannya dengan sadar maka dia telah masuk dalam pintu Islam dan kebaikannya. Sebaliknya, sebaik apapun seseorang di mata manusia, bila ia belum memberikan pengakuan untuk menghamba pada Allah, maka sia-sia amalnya dihadapan Allah.

Maka wajar bila Rasulullah memberikan panduan pada kita untuk senantiasa menjaga kalimat syahadat, memperbaruinya dalam tiap-tap tahiyat shalat kita. Sebab kalimat syahadat ini tidak hanya membawa kita pada Islam, tapi juga mengarahkan kecenderungan diri, menentukan apa yang kita sukai atau yang kita benci. Kalimat syahadat ini juga menjadi pembeda siapa yang dekat dengan kita, siapa yang kita pilih untuk menjadi kawan, teman kepercayaan dan juga tentunya pemimpin.

Karena dua kalimat syahadat itulah Rasulullah berubah dari dicintai kaum Quraisy menjadi paling dibenci, dari kesayangan jadi dianggap ancaman sosial masyarakat. Kafir Quraisy tak suka dengan kalimat syahadat, sebab itu akan menjadikan kekuasaan mereka hilang, kedzaliman berganti dengan keadilan dan juga keberkahan. Mereka tak suka bila status-quo yang selama ini ada tumbang digantikan prinsip-prinsip kebaikan dari langit, sebab sudah biasa berkuasa, jumud dalam kebatilan.

Memang syahadat adalah pembeda, yang tak suka padanya pastilah bermasalah, sedang yang mempertahankannya pasti mereka yang berusaha menjaga imannya. Lihat saja saat ini, mereka yang tak suka dengan syiar-syiar Islam, pasti mereka yang sama yang mendukung kekufuran, ramah pada penista agama dan rombongannya. Habis-habisan agamanya dihina, sedang Muslim dicitrakan beringas dan tukang pukul, difitnah rasis dan anarkis, tapi tetap saja mereka tertawa dan berangkul mesra.

Syahadat memang pembeda, siapa yang berteguh di dalamnya akan beroleh ketaatan, ampunan, dan ridha Allah. Semoga kita terus istiqamah menjaga syahadat kita. [IG Ustaz @felixsiauw]

 

MOZAIK INILAHcom