Filosofi Sya’ban Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

Berikut ini adalah filosofi Sya’ban menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.  Sya’ban merupakan kalimat yang terdiri dari 5 huruf, yaitu Syin, Ain, ba’, alif dan nun. Setiap huruf ini memiliki nilai filosofis tersendiri, Syekh Abdul Qadir menyatakan;

(فصل) شعبان خمسة أحرف، شين وعين وباء وألف ونون، فالشين من الشرف، والعين من العلو، والباء من البر، والألف من الألفة، والنون من النور، فهذه العطايا من الله تعالى للعبد في هذا الشهر.

“Syin merupakan akronim dari Syaraf, yang berarti mulia. Ain akronim dari Al-Ulu, yang berarti Luhur. Ba’ dari Al-bir yang berarti kebaikan. Alif dari Ulfah yang berarti kasih sayang. Nun dari lafadz Nur yang berarti cahaya. kesemuanya ini akan diberikan oleh Allah SWT kepada hambanya pada bulan ini. 

Bulan Sya’ban memiliki keistimewaan. di dalam bulan ini terkandung pelbagai kabaikan dan keberkahan. Bahkan, bulan Sy’ban juga dijuluki sebagai bulan shalawat. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dengan panjang lebar menyatakan;

وهو شهر تفتح فيه الخيرات، وتنزل فيه البركات، وتترك فيه الخطيئات، وتكفر فيه السيئات، وتكثر فيه الصلوات على محمد -صلى الله عليه وسلم- خير البريات. وهو شهر الصلاة على النبي المختار، قال الله تعالى: {إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليمًا} [الأحزاب: 56].

Pada bulan ini akan dibuka banyak kebaikan, turun keberkahan, kesalahan akan ditinggalkan, dosa akan dihapus dan sholawat akan menggema kepada Baginda Rasulullah SAW sang makhluk yang paling baik.

Bulan ini disebut dengan bulan shalawat, karena pada bulan ini turun firman Allah dalam Alquran surat al-ahzab ayat 56 yang artinya “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”

Untuk itu, saat bulan Sya’ban seyogianya diisi dengan pelbagai hal yang mendatangkan pada kebaikan. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menuntun seorang muslim ketika muslim ketika beradad dalam bulan Sya’ban. Menurutnya, seyogianya diisi dengan membersihkan diri dari dosa dan bertobat atas kesalahan di masa lalu. 

Lebih lanjut, seyogianya di bulan ini juga memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah. Memandang mulianya bulan ini, Syekh Abdul Qadir berpesan;

فينبغي لكل مؤمن لبيب ألا يغفل في هذا الشهر، بل يتأهب فيه لاستقبال شهر رمضان بالتطهر من الذنوب والتوبة عما فات وسلف فيما مضى من الأيام، فيتضرع إلى الله تعالى في شهر شعبان، ويتوسل إلى الله تعالى بصاحب الشهر محمد -صلى الله عليه وسلم- حتى يصلح فساد قلبه، ويداوي مرض سره، ولا يسوف ويؤخر ذلك إلى غد، لأن الأيام ثلاثة: أمس وهو أجل، واليوم وهو عمل، وغدًا وهو أمل، فلا تدري هل تبلغه أم لا، فأمس موعظة، واليوم غنيمة، وغدًا مخاطرة. وكذلك الشهور ثلاثة: رجب فقد مضى وذهب فلا يعود، ورمضان وهو منتظر لا تدري هل تعيش إلى إدراكه أم لا؟ وشعبان وهو واسطة بين شهرين فليغتنم الطاعة فيه.

“Seyogyanya bagi setiap mukmin yang Arif untuk tidak melupakan pentingnya bulan ini, akan tetapi seharusnya ia bersiap-siap untuk menyambut datangnya bulan Ramadan dengan membersihkan diri dari dosa dan bertobat atas kesalahan di masa lalu.

Maka hendaklah dia berdoa di bulan Sya’ban, dan bertawasul dengan Rasulullah SAW sehingga hatinya diperbaiki oleh Allah SWT, sakitnya diobati dengan segera. 

Karena sejatinya hari itu ada tiga macam, yaitu kemarin, yang berarti ajal, sekarang adalah beramal dan besok adalah berangan-angan. Iya tidak akan tahu apakah iya bisa hidup lama atau tidak, maka hari kemarin merupakan mauidhoh atau nasehat, dan hari sekarang adalah harta (rampasan) dan hari besok adalah spekulatif. 

Demikian pula dalam konteks 3 bulan yakni Rajab telah lewat dan ia tidak akan bisa kembali, serta Romadhon Telah Menanti. 

Sedangkan kita tidak bisa mengetahui Apakah kita bisa sampai pada bulan Ramadan tersebut atau tidak, sehingga bulan Sya’ban merupakan pelantara di antara dua bulan maka hendaknya seseorang itu memperbanyak amal baik pada bulan tersebut.” (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Al-Ghunyah li talibi tariq al-haq, Juz 1 halaman 341). 

Pada sisi lain, Syekh Abdul Hamid Qudus mengatakan bahwa seyogianya di bulan Sya’ban ini seorang muslim terbiasa melatih diri untuk memperbuat kebajikan. Pasalnya, itu akan memudahkan di bulan Ramadhan untuk terbiasa melakukan kebajikan.  

Syekh Abdul Hamid Kudus mengingatkan;

من عود نفسه فيه بالاجتهاد فاز في رمضان بحسن الاعتياد

siapa yang membiasakan dirinya untuk melakukan kegiatan positif pada bulan tersebut, niscaya ia akan terbiasa untuk melaksanakannya pada bulan Ramadhan. (Kanz wa al-Najah wa al-Surur,  halaman 149) 

Dengan demikian seyogianya membiasakan diri pada bulan Sya’ban ini untuk melakukan kegiatan baik, sehingga kelak pada bulan puasa itu kita akan terbiasa untuk melakukannya. Jika demikian, kita akan bisa memanen buah yang sangat banyak dan semoga Allah SWT menerima amal kita.

Sekian penjelasan terkait filosofi Sya’ban menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH