Kisah Berziarah ke Gua Hira Pada Hari Ini

JABAL AL-NUUR, atau Gunung Cahaya, adalah salah satu bukit paling terkenal di bumi. Pentingnya sejarah terletak pada fakta bahwa ayat-ayat pertama Alquran diturunkan ke Nabi Muhammad SAW di dalam sebuah gua di puncak bukit ini di pinggiran kota Makah.

Malaikat Jibril muncul dihadapan Muhammad (saw) dan memintanya untuk membaca. Saat itu di bulan Ramadhan tahun 610 Masehi.

“Bacalah! Atas nama Tuhanmu yang telah menciptakan,” Gabriel mengatakan kepada Muhammad, seorang Arab yang kala itu berusia 40 tahun dan tidak tahu membaca atau menulis. Dan kata-kata ‘Iqra’ (bacalah) bergema di seluruh dunia dari puncak gunung itu, serta mengubah jalannya sejarah manusia dan menghasilkan peradaban terbesar.

Jabal Al-Noor, yang sangat penting bagi umat Islam, merupakan daya tarik utama bagi peziarah dari seluruh dunia yang datang ke Makkah untuk melakukan ibadah haji tahunan serta ziarah umrah yang bisa dilakukan sepanjang tahun.

Gunung yang terletak sekitar 5 km timur laut Masjidil Haram di Makkah, mendapat namanya karena pencerahan yang terjadi di kalangan orang-orang kafir Arabia oleh wahyu Ilahi yang dimulai di gua di puncaknya 1.450 tahun yang lalu.

Banyak peziarah mendaki bukit curam ini untuk mengunjungi Gua Hira (Ghar Hira dalam bahasa Arab) tempat Muhammad biasa meluangkan waktu untuk khalwat sebelum kenabiannya. Gunung ini tingginya tidak mencapai 640 meter (2.100 kaki), namun mendaki sangat berat dan membutuhkan waktu hampir dua jam bagi setiap orang yang sehat agar sampai ke puncak.

Ghar Hira adalah sebuah gua kecil dengan panjang kurang dari 4 meter dan lebarnya lebih dari satu setengah meter. Hanya cukup untuk lima orang untuk duduk.

Jalan menuju kaki gunung itu kini cukup sempit dan terus diganggu oleh kemacetan lalu lintas. Serentetan bunyi klakson  yang sering terjadi oleh pengendara mobil  menyebabkan suara berisik atau suasana tidak nyaman pada orang-orang yang tinggal di jalanan yang menuju lingkungan sekitar itu.

Banyak pengunjung yang menyatakan kekecewaannya atas kelalaian pihak berwenang setempat untuk membangun jalan yang lapang yang akan dapat secara lelausa membawa pengunjung ke kaki gunung yang terkenal ini.

Mohammed Arshad, seorang peziarah Pakistan, mengatakan bahwa kemacetan lalu lintas di daerah tersebut seringkali mencegah pengunjung untuk bergabung dengan kelompok mereka dan mencapai tujuan mereka.

“Jabal Al-Noor adalah salah satu situs sejarah terpenting di Makkah dan kami berharap pemerintah Saudi akan lebih memperhatikannya,” katanya kepada Saudigazette.com.

Lalu apa yang membedakan Jabal Al-Noor dari gunung lainnya yang ada di sekitar Makkah? Jawabnya adalah ‘mahkota’  atau gambar puncaknya yang tampak aneh. Inilah yang membuatnya terlihat seperti dua gunung di atas satu sama lain.

Puncak gunung itu adalah salah satu tempat yang paling sepi di Makkah. Dan suasana ini semakin teruasa bila ada gua di dalam yang menghadap ke arah Ka’bah itu.

Orang akan bertanya-tanya bagaimana Nabi bisa mendaki gunung yang curam ini berkali-kali dan tinggal di atas selama beberapa hari dalam kondisi iklim Arab yang tidak menguntungkan pada saat itu.

“Sungguh menakjubkan untuk diingatkan akan pengorbanan yang dilakukan oleh KhadIJAH, istri tua Muhammad yang mendaki gunung dengan membawa bekal kepada suaminya setidaknya sekali sehari selama ‘masa pengasinganny’a di dalam gua Hira itu,” kata pengunjung lain.

Arshad mendesak pihak berwenang untuk memperluas jalan menuju ke gunung dan membangun tempat parkir bagi kendaraan yang membawa pengunjung.

Seorang penduduk distrik tersebut mengatakan bahwa sejumlah besar bus yang membawa ribuan peziarah datang ke daerah tersebut pada musim puncak seperti Haji dan Ramadan. “Bus ini tidak menemukan tempat parkir di kaki gunung dan para pengemudi membiarkan mereka diparkir di depan rumah kami, sehingga menimbulkan masalah bagi warga,” katanya.

“Kami telah menghadapi masalah ini selama bertahun-tahun,” katanya dan mendesak pihak berwenang untuk menemukan cara untuk menyelesaikan masalah dengan cepat.

“Mendaki gunung yang terjal bukanlah tugas yang mudah. Perlu banyak energi dan daya tahan, “kata Arshad, seorang peziarah asal Pakistan, seraya menambahkan bahwa banyak orang yang hanya bisa duduk di kaki bukit karena tak mampu memanjat lebih jauh.

Beberapa orang mengatakan bahwa pihak berwenang Saudi, khususnya Komisi Pariwisata dan Warisan Budaya Saudi, hendaknya dapat merawat bukit bersejarah ini dengan baik dan membangun sarana transportasi modern seperti sistem mobil kabel agar pengunjung dapat mencapai puncaknya tanpa kesulitan.

Yang lain meminta pemerintah kota untuk secara teratur menghapus tumpukan sampah yang menumpuk di tempat itu dan juga di sepanjang jalan menuju ke bukit.

“Kami tidak melihat upaya pihak berwenang setempat untuk mengurus tempat ini dengan baik meskipun memiliki kepentingan historis,” kata satu pengunjung.

Namun, Walikota Makkah, Osama Al-Bar, menegaskan bahwa pemerintah kota memastikan kebersihan daerah tersebut. Ada juga rencana, katanya, untuk pengembangan pusat pengunjung di dekat bukit untuk menjelaskan kepada orang-orang tentang sejarah dan artinya.

Kehadiran sejumlah besar pengemis di tangga menuju puncak bukit merupakan gangguan bagi para pengunjung, menciptakan citra buruk tempat itu. Para pengemis termasuk orang tua, orang buta, orang-orang lumpuh dan orang-orang dengan berbagai cacat lainnya.Beberapa orang asing yang tidak berdokumen tinggal di tempat yang membantu pengunjung mendaki bukit dan memperluas berbagai layanan lainnya kepada mereka.

“Jabal Al-Noor patut mendapat perhatian khusus,” kata pengunjung Jalal Ihsan, warga yang tinggal di sekitar wilayah itu.
“Pihak berwenang harus membangun jalur yang tepat ke puncak gunung sehingga orang-orang dapat mengunjungi ‘Ghar Hira’ dengan mudah,” katanya sambil meminta komisi pariwisata untuk menunjuk pemandu wisata untuk menjelaskan pentingnya sejarah tempat tersebut kepada pengunjung

Abdullah Sulaiman juga menekankan perlunya membangun sistem cable car untuk membawa pengunjung ke puncak gunung dan kembali tanpa kerumitan. “Ini juga akan memecahkan banyak masalah lainnya,” katanya.

Warga yang tinggal di daerah tersebut mendesak badan keamanan untuk terus mengawasi aktivitas pekerja ilegal yang mengeksploitasi pengunjung. Beberapa dari mereka bertindak seperti pembersih tangga menuju ke puncak bukit sementara yang lain mengklaim sebagai pembuat jalur dan hidup dari hasil penangkapan para peziarah. Sebagian lagi tinggal di sana sambil menjual air dan biji-bijian untuk memberi makan burung merpati.

Setiap tahun, banyak orang memaksa gunung mereka untuk mengabaikan kondisi iklim padang pasir yang keras untuk melihat tempat di mana Nabi tercinta mereka pertama kali menerima wahyu surgawi.

Aktivitas para pengunjung akan sampai ke lokasi gua Hira sangat berbeda dari yang dialami Nabi. Sekarang kini sudah tersedia lebih dari 1.000 anak tangga yang membimbing para peziarah mendaki bukit berbatu menuju gua yang terpencil itu. Sepanjang jalan, pendatanga asal Pakistan menjual air kemasan, cemilan dan teh kepada orang-orang yang kelelahan karena pendakian.

Dari atas bukit itu maka akan tampak hamparan kota Makkah yang tenang. Pemandangang  hotel bintang lima yang megah menjulang ke cakrawala Makkah akan terlihat leluasa dari arah itu.

Lalu apa yang membedakan Jabal Al-Noor dari gunung lainnya yang ada di sekitar Makkah? Jawabnya adalah ‘mahkota’  atau gambar puncaknya yang tampak aneh. Inilah yang membuatnya terlihat seperti dua gunung di atas satu sama lain.

Puncak gunung itu adalah salah satu tempat yang paling sepi di Makkah. Dan suasana ini semakin teruasa bila ada gua di dalam yang menghadap ke arah Ka’bah itu.

Orang akan bertanya-tanya bagaimana Nabi bisa mendaki gunung yang curam ini berkali-kali dan tinggal di atas selama beberapa hari dalam kondisi iklim Arab yang tidak menguntungkan pada saat itu.

“Sungguh menakjubkan untuk diingatkan akan pengorbanan yang dilakukan oleh KhadIJAH, istri tua Muhammad yang mendaki gunung dengan membawa bekal kepada suaminya setidaknya sekali sehari selama ‘masa pengasinganny’a di dalam gua Hira itu,” kata pengunjung lain.

 

REPUBLIKA/IHRAM

Gua Hira dan Cahaya Semesta

Muhammad saat berusia sekitar 37 tahun sering menyendiri, menyepi, merenung di Gua Hira. Upayanya ini sangat didukung istrinya yakni Khadijah. Muhammad ingin mencari jawaban dari berbagai permasalahan terkait ketuhanan dan kemasyarakatan. Masyarakat Mekkah saat itu banyak yang menyembah berhala dan melakukan tindakan yang sewenang-wenang sehingga dapat disebut sebagai masyarakat jahiliyah.

Gua Hira sebenarnya merupakan ceruk yang terdapat di Jabal Nur. Jabal Nur terletak sekitar enam kilometer dari Baitullah. Sesampainya di kaki bukit atau gunung masih harus menanjak melewati bebatuan setinggi sekitar 300 meter. Dari puncak gunung dapat melihat Kota Mekkah di kejauhan. Dari puncak gunung, berjalan turun sedikit sampailah di Gua Hira.

Secara arkeologi, Gua Hira dapat disebut sebagai situs arkeologi. Situs ini dapat dikatakan tidak diubah bentuknya, tetapi telah digunakan untuk aktivitas manusia. Gua atau ceruk alami yang digunakan oleh Muhammad itu bentuknya tidak beraturan. Ukuran bagian dalam gua sekitar 1,5 x 2,5 meter dengan tinggi sekitar dua meter.
Pada usia 40 tahun atau sekitar tahun 610 Masehi, Muhammad memperoleh wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala berupa Surah Al-Alaq (96): 1-5. Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalammemperoleh kunci jawaban untuk semua permasalahan. Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam diminta untuk membaca, mempelajari, menelaah, mengkaji dengan menyebut nama Allah subhanahu wa ta’ala. Jika belum memperoleh jawaban atas permasalahan yang dihadapi, maka bacalah minimal sekali lagi. Allah subhanahu wa ta’ala akan mengajarkan manusia apa yang belum diketahuinya.
Selanjutnya, secara berangsur-angsur selama sekitar 23 tahun, Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam menerima wahyu dari Allah. Sedikit demi sedikit berbagai jawaban untuk permasalahan di dunia dan akhirat diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Kumpulan wahyu Allah subhanahu wa ta’ala kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam itulah yang disebut Alquran. Alquran juga mengandung arti bacaan.
Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam dengan dibekali Alquran kemudian menerapkannya dalam kehidupan keseharian. Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam menjadi suri teladan yang baik dan menjadi rahmat bagi semesta alam. Sepeninggal Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam, bagaimana umat Islam menyelesaikan permasalahan hidupnya?
Haruskah kita ke Jabal Nur? Jabal Nur berarti gunung cahaya. Dalam bahasa Inggris mungkin disebut The mountain of enlightenment atau gunung pencerahan. Jika kita mengalami kesuraman hidup, kegundahan hati, kegelapan mata, maka bacalah Alquran. Alquran juga berarti cahaya. Membaca dan mengamalkan Alquran akan menerangi hidup kita.
Alquran dapat menjawab semua permasalahan di dunia dan akhirat. Mungkin sampai menjelang ajal, kita tidak mampu menyelesaikan semua permasalahan dunia. Namun, dengan membaca dan mengamalkan Alquran, maka kita mampu menyelesaikan permasalahan akhirat.
QS Al-Baqarah (2): 201 – Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. Wallahu a’lam
Oleh: Ali Akbar*,  Doktor arkeologi lulusan UI