Ini Daftar 60 Jamaah Haji yang Meninggal di Tanah Suci

Penyelenggaraan haji di Arab Saudi memasuki hari ke-25 sejak jamaah haji Indonesia kloter pertama diberangkatkan pada 9 Agustus, lalu. Per Sabtu (3/9) pukul 08.00 waktu setempat, jumlah jamaah haji asal Indonesia yang meninggal dunia mencapai 60 orang.

Dilaporkan wartawan Republika.co.id, Didi Purwadi di Makkah, sebanyak 31 jamaah haji Indonesia meninggal dunia di rumah sakit Arab Saudi. “Sebagian besar memang jamaah risiko tinggi yang sudah ada bawaan penyakit dari Tanah Air,’’ kata Penghubung Instansi Kesehatan Daker Makkah, dr Ramon Andreas, di Syisyah, Arab Saudi, Sabtu (3/9).

Data Siskohat TUH (Teknis Urusan Haji) mencatat sebanyak 15 jamaah wafat di rumah sakit Saudi di Makkah, sementara selebihnya menghembuskan hafas terakhir di rumah sakit Saudi di Madinah. Pada Jumat (2/9) lalu, tiga jamaah wafat di rumah sakit Arab Saudi. Ketiganya atas nama Nipi bin Mad Ambri Mungkar (69), Hawang binti Bungku ilham (59), dan Boniatun binti Dulkahir Kartak (60).

Ramon mengatakan, pasien dirujuk ke rumah sakit Arab Saudi karena Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daker Makkah tidak mampu menanganinya. Karena KKHI tidak memiliki peralatan medis yang selengkap dan sedetail milik rumah sakit.

“KKHI memang punya ruang ICU, tapi standarnya beda dengan standar ICU rumah sakit,’’ katanya. “KKHI memang bisa memantau pasien terus menerus, tapi peralatan medisnya terbatas.’’

Ramon mengatakan, tim dokter rumah sakit pastinya sudah berupaya membantu pasien semampu mungkin. Jika meninggal di rumah sakit, itu berarti pasien sudah mendapat pertolongan maksimal. “Tapi, memang tidak bisa ditolong lagi karena sudah waktunya,’’ katanya.

Data Siskohat juga mencatat hampir sembilan puluh enam persen lebih jamaah wafat merupakan jamaah usia lanjut. Dari total 54 jamaah wafat, hanya dua jamaah yang usianya kepala empat. Selebihnya wafat dalam usia 50an dan 60an tahun.

Berikut daftar jamaah haji wafat hingga tanggal 2 September:

  1. Senen bin Dono Medjo (79). Laki-laki. Kloter 007 Embarkasi Surabaya
  2. Siti Nurhayati binti Muhammad Saib (68). Perempuan. Kloter 002 Embarkasi Aceh.
  3. Martina binti Sabri Hasan (47). Perempuan. Kloter 006 Embarkasi Batam.
  4. Khadijah Nur binti Imam Nurdin (66). Perempuan. Kloter 004 Embarkasi Aceh.
  5. Dijem Djoyo Kromo (53). Perempuan. Kloter 18 Embarkasi Solo.
  6. Sarjono Bin Muhammad (60). Laki-laki. Kloter 006 Embarkasi Batam.
  7. Oom Eli Asik (66). Perempuan. Kloter 003 Embarkasi Jakarta-Bekasi.
  8. Nazar Bakhtiar bin Batiar (82). Kloter 001 Embarkasi Padang.
  9. Juani bin Mubin Ben (61). Kloter 006 Embarkasi Aceh.
  10. Asma binti Mian (78). Kloter 001 Embarkasi Padang.
  11. Tasniah binti Durakim Datem (73). Kloter 003 Embarkasi Padang.
  12. Jamaludin bin Badri Kar (58). Kloter 005 embarkasi Palembang.
  13. Abdullah bin Umar Gamyah (68). Embarkasi Aceh kloter 001.
  14. Rubiyah binti Mukiyat Muntari (71). Embarkasi Surabaya kloter 020.
  15. Muhammad Tahir bin Abdul Razak (68). Embarkasi Batam kloter 011.
  16. Siti Maryam binti Ismail (60). Embarkasi Solo kloter 001.
  17. Misnawar bin Kasimo Kamujo (76). Embakarsi Surabaya kloter 015
  18. Din Azhari Nurina bin Sadid (73). Embarkasi Padang kloter 005.
  19. Noorsi Fatimah binti M Saleh Mardiwiyono (60). Embarkasi Balikpapan kloter 009.
  20. Muhammad Nasir bin Abdul Hamid (64). Jemaah asal embarkasi Batam kloter 010.
  21. Manih binti Siyan Muhammad (71). Jemaah asal embarkasi Jakarta Pondok Gede kloter 006.
  22. Joko Pramono bin H Ali Pramono (41). Jemaah asal embarkasi Surabaya kloter 26.
  23. Wahono Wilik bin Walijo Kartodimejo (65) dari embarkasi Batam kloter 002.
  24. Udju Sumiati binti Marhati (62) dari kloter Jakarta Bekasi kloter 038.
  25. Siti Fatonah Binti Supangat Kasmungin (68) dari embarkasi Surabaya kloter 028.
  26. Imam Rifai bin Ngali (60) dari embarkasi Palembang kloter 005
  27. Suhaimi bin kadir Abdillah (62) dari embarkasi Medan kloter 005
  28. Siti Maskanah binti Djumri (66) dari kloter Banjarmasin kloter 013
  29. Zainabon binti Umar Muhammad (71) dari embarkasi Aceh kloter 008.
  30. Awaludin bin Abu Sahar Tanjung (58). Embarkasi Medan kloter 0111
  31. Kadiran bin Molyadi Sokaryo (71). Embarkasi Surabaya kloter 022.
  32. Yudha Arifin bin Kasah (55). Jemaah haji khusus.
  33. Abdul Hamid bin Lapewa Palewa (53). Jemaah haji khusus.
  34. Roman bin H. Maeji Suhaedi (58). Embarkasi Jakarta kloter 020.
  35. Mochamad Subarjah bin Sumawinata R (64). Embarkasi Jakarta kloter 048.
  36. Taggi bin Haseng Maggu (57). Embarkasi Surabaya kloter 048
  37. Saifuddin bin Buchori Abdullah (64). Embarkasi Solo (SOC) kloter 003.
  38. Semi Parsinah binti Wamu Adam (65). Embarkasi Aceh (BTJ) loter 002.
  39. Siti Maryam binti Haram (79). Embarkasi Surabaya (SUB) kloter 020.
  40. Aceng bin Nuroddin Hasyim (58). Embarkasi Jakarta Bekasi (JKS) kloter 018.
  41. Adisman Rasidin Salin bin St. Salam (63). Jamaah haji khusus dengan nomor paspor  B4513393.
  42. Warniti binti Samadi Rimin (67). Embarkasi Solo (SOC) kloter 051.
  43. Sukardi As Haryanto bin Abu Bakar (78). Embarkasi Surabaya (SUB) kloter 009.
  44. Rukiyah bt Muhammad Arif Pane (62). Embarkasi Medan (MES) kloter 011.
  45. Sumin Adinoto bn Suto Karso (73). Embarkasi Jakarta – Pondok Gede (JKG) kloter 028.
  46. Zahadi bin Muhayadin Asir (58). Embarkasi Palembang (PLM) kloter 007.
  47. Imo binti Ahmad Umar (73). Embarkasi Lombok (LOP) kloter 006.
  48. Carwit binti Karjani Sarip (51). Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) kloter 037.
  49. Mukijan bin Sodimejoh Muhammad (62). Embarkasi Surabaya (SUB) kloter 032
  50. Siti Sarah binti Abdul Kapi (53). Embarkasi Banjarmasin (BDJ) kloter 014.
  51. Abdul Sani bin Hayani (59). Embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG) kloter 026.
  52. Emuh Sutrisna Atmadja bin Wiardi (79). Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) kloter 008.
  53. Ali bin Lapantje Lakoro (77). Embarkasi Balikpapan (BPN) kloter 011.
  54. Cholik bin Aguscik Usman (65). Embarkasi Palembang (PLM) kloter 005.
  55. Nipi binti Mad Ambri Mungkar (69). Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) kloter 034.
  56. Marfuah Aminah Toyib binti Mustofa (76). Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) kloter 034.
  57. Hawang binti Bungku Ilham (59). Embarkasi Balikpapan (BPN) kloter 007.
  58. Boniatun binti Dulkahir Kartak (60). Embarkasi Batam (BTH) kloter 017.
  59. Hariri bin Mustofa Soleh (73). Embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG) kloter 037.
  60. Dain Nariya bin Satimin (69). Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) kloter 029.

 

sumber: Republika Online

Demi Keamanan, Saudi Wajibkan Semua Jamaah Haji Kenakan Gelang Elektronik

Pemerintah Arab Saudi mewajibkan jamaah haji dari seluruh dunia pada musim haji 1437H untuk mengenakan gelang identitas elektronik yang dikeluarkan pemerintah untuk alasan keamanan.

Gelang elektronik berwarna putih tersebut baru diperkenalkan tahun ini setelah terjadinya insiden berdesak-desakan dalam prosesi lempar jumroh tahun lalu yang mencatat korban ratusan jamaah dari berbagai negara.

Kepala Daerah Kerja Mekkah Arsyad Hidayat di Mekkah, Sabtu (27/8), menjelaskan bahwa gelang tersebut memiliki sejumlah keistimewaan antara lain dapat mempercepat identifikasi jamaah haji, identitas jamaah dapat dibaca dan diakses pihak berwenang secara elektronik, serta meningkatkan kinerja pelayanan.

Gelang itu juga untuk “penerapan keterbukaan dan transparansi informasi,” katanya.

Sementara itu laporan sejumlah media menyebutkan bahwa gelang itu akan berisi informasi pribadi dan kesehatan jamaah yang dapat mempercepat pelayanan terhadap jamaah.

Gelang yang anti air itu juga disebutkan terhubung dengan GPS sehingga mempermudah pelacakan jamaah tersesat.

Saat penyambutan jamaah yang datang dari Jeddah di Mekkah, gelang tersebut dibagikan oleh petugas maktab (pemondokan). Di gelang tersebut tercantum nama, nomor paspor dan maktab jamaah.

Jauh sebelum pemberlakuan gelang elektronik dari pemerintah Arab Saudi, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan gelang khusus bagi jamaah haji Indonesia. Gelang yang terbuat dari logam itu berisi nama, nomor paspor, embarkasi, asal negara serta simbol Merah Putih serta Garuda Pancasila.

Selain gelang identitas, jamaah haji Indonesia juga diberikan gelang rekam kesehatan jamaah risiko tinggi. Gelang warna merah dipakai oleh jamaah risiko tinggi yang memang punya penyakit serius dan segera ditangani. Gelang berwarna kuning dipakai oleh jamaah haji risiko tinggi yang mempunyai riwayat penyakit gampang jatuh dan gelang warna hijau digunakan untuk jamaah haji risiko tinggi yang mempunyai penyakit ringan.

Sementara itu data dari Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan (Siskohatkes) hingga Sabtu (27/8) pukul 08.00 waktu Arab Saudi menunjukkan bahwa 424 jamaah menjalani rawat inap di Madinah dan Mekkah. Sekitar 720 jamaah dirujuk di bandara, Mekkah dan Madinah dalam 19 hari terakhir.

 

 

 

sumber:Akttual.com

Tips Siasati Cuaca Panas di Armina

Suhu udara di Makkah, Arab Saudi, terus merangkak naik hingga 43 derajat celcius pada Sabtu (27/8). Jamaah haji Indonesia diminta untuk pandai-pandai menyiasati situasi tersebut terutama saat menjalani prosesi Armina yang kurang lebih tinggal dua pekan lagi.

Ada beberapa tips yang bisa dilakukan oleh jamaah untuk mengantisipasi potensi cuaca ekstrem saat menjalani prosesi Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina). Berikut beberapa tips yang diberikan oleh Kepala Bidang Perlindungan Jamaah yang juga Kepala Satuan Operasional Armina, Jaetul Muchlis, Sabtu (27/8).

Pertama, saat berada di padang pasir Arafah, jamaah diharapkan membatasi pergerakan terutama pada siang hari. “Jamaah di Arafah diharapkan tetap tinggal di tendanya masing-masing. Jamaah jangan melaksanakan kegiatan di siang hari,” pesan Jaetul Muchlis.

Menurut Jaetul, petugas akan ditempatkan melekat dengan jamaah di setiap Maktab. Hal tersebut untuk mengantisipasi bahaya kebakaran.Kedua, tips saat jamaah berada di Muzdalifah untuk mengambil batu kerikil untuk lempar jumrah. Jaetul mengatakan pihak muassasah akan menyiapkan karpet dan oksigen di sekitar toilet.

“Untuk mengurangi pergerakan jamaah, maka batu kerikil di Muzdalifah akan dikonsentarsikan mengelilingi toilet,” kata dia.  Jadi, jamaah terkonsentrasi pada satu titik untuk bisa melakukan dua hal sekaligus yakni kebutuhan toilet dan mencari batu kerikil.

Tips ketiga, saat berada di Mina, jamaah diharapkan memperhatikan jadwal keberangkatan. Ini terutama jamaah yang menempati tenda di Mina Jadid. Pada tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah Indonesia yang menempati tenda di Mina Jadid tersebut diminta untuk tidak bergerak ke Jamarat sebelum pukul 12 siang. Sebab, kata Jaetul, saat itu sedang berlangsung pergerakan jamaah dari Muzdalifah menuju Mina melalui  jalur taraddudi (shuttle bus).

“Mina Jadid menjadi perlintasan bus taraddudi sehingga ada potensi kerawanan jika sebelum jam 12 jamaah ikut geser dari Mina Jadid,” katanya.  Pergerakan jamaah dari Mina Jadid pun dikhawatirkan akan mengganggu pergerakan bus taraddudi sehingga berpotensi menimbulkan kemacetan.

Tips Menyantap Katering Armina

Puncak ibadah haji atau prosesi Armina (Arafah Muzdalifa Mina) tinggal beberapa hari lagi. Di Armina nanti, jamaah haji Indonesia akan mendapat tiga kali makan dalam sehari selama lima hari.

Kabid Katering PPIH Arab Saudi, Elmiati Masyhuri, mengatakan menu yang diberikan kepada jamaah haji Indonesia sebenarnya menu yang tahan basi. Namun demikian, ada beberapa tips yang perlu diperhatikan guna mengantisipasi makanan tersebut menjadi basi.

Pertama, makanan masih boleh dimakan maksimal dua jam setelah diterima jamaah. ‘’Setelah dua jam sejak diterima jamaah itu tidak boleh dimakan lagi,’’ kata Elmiati di Aljaidi, Makkah, Ahad (28/8). Kedua, makanan harus segera dihabiskan jika sudah dibuka. Kalau sudah dibuka lalu ditutup kembali, itu kemungkinan rawan basi.

Menu yang dibuat memang menu-menu yang tahan basi. Tapi, proses persiapan bahan bakunya sudah dilakukan tiga atau empat jam sebelum masak. ’’Jadi kita khawatirkan kalau makanan yang kita sudah terima itu tidak dimakan, dikhawatirkan cepat basi,’’ katanya.

 

 

sumber: Republika Online

Kisah Gantungan Baju di Pemondokan Jamaah Haji

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH — Menyesuaikan diri di tempat baru bukan pekerjaan mudah, acap kali kebiasaan lama tak bisa dengan mudah ditanggalkan karena sudah terbilang mendarah daging.

Tak peduli jarak terbentang antar kampung halaman dengan kota suci Mekkah, banyak jamaah haji Indonesia yang masih membawa kebiasaan lamanya di Tanah Air.

Bicara tentang kebiasaan di Tanah Air, Ahad (28/8) siang waktu Arab Saudi, para petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja Mekkah dibuat terkejut saat mendapat laporan salah satu sprinkler atau mesin penyemprot air yang menyertai detektor asap menyala di salah satu pemondokan di Sektor Empat.

Belajar dari pengalaman lalu saat sebuah kamar di salah satu pemondokan terbakar, para petugas kemudian langsung menuju lokasi laporan terjadinya peristiwa itu yaitu lantai empat Hotel Holiday Inn untuk mengamankan jamaah.

“Setelah dicek hanya satu kamar tapi karena berputar lama maka airnya mengalir ke mana-mana, ke dua kamar di sebelahnya dan lorong di jalan,” ungkap Kepala Daerah Kerja Mekkah Arsyad Hidayat.

Menurut Arsyad, mulanya semua mengkhawatirkan terjadinya kebakaran namun ternyata setelah dicek sama sekali tidak ada asap di kamar itu. “Sprinkler” itu ditengarai menyala karena seorang nenek jamaah asal Bogor menggunakannya untuk membuat tali jemuran guna menggantungkan baju.

“Awalnya saya tidak percaya tapi menurut jamaah yang tinggal di sekitar, nenek ini memanjat dengan menggunakan tas. Dia juga tidak tahu, dan kaget ketika air keluar,” katanya.

Akibat ulah si nenek, sejumlah jamaah harus dievakuasi karena butuh waktu untuk mengeringkan kamar. “Kebetulan kamar di lantai atas masih kosong karena jamaah kloter berikutnya belum tiba,” katanya. Namun terlepas dari itu semua, Arsyad mengingatkan agar jamaah tidak melakukan sesuatu yang tidak pada tempatnya karena dapat merugikan banyak orang.

Kualitas pemondokan jamaah yang setara dengan hotel bintang tiga membuat sejumlah kamar dilengkapi dengan piranti yang moderen, salah satunya adalah detektor asap yang sangat sensitif.

Dilaporkan masih banyak jamaah yang merokok di dalam kamar sehingga alarm kebakaran juga sering berbunyi yang mengejutkan seluruh jamaah karena harus dilakukan evakuasi untuk pemeriksaan.

‘Praktik Haji Melalui Filipina Sudah Bertahun-tahun’

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG — Kadiv Humas Kepolisian Republik Indonesia Irjen Pol Boy Rafli Amar menyatakan, praktik pemberangkatan jamaah calon haji Indonesia melalui Filipina sudah lama terjadi beberapa tahun.

“Memang hal ini sudah berjalan, namun berdasarkan informasi yang kami himpun jumlahnya belum sebanyak (sekarang) ini,” kata Boy Rafli Amar di Padang, Senin (29/8).

Menurut dia saat ini tim yang diturunkan tengah mengumpulkan barang bukti baik yang ada di Manila maupun i Indonesia. Saat ini sudah ada 20 orang yang diperiksa terkait perkara ini. “Kemungkinan dalam dua hari ini akan diketahui siapa tersangka yang terlibat dalam pemberangkatan ini,” sebut dia.

Selain itu, pihak Filipina juga meminta waktu kepada kepolisian Indonesia untuk melakukan penyidikan terhadap pengadaan paspor palsu negara mereka. “Jadi saat ini kita juga memberikan mereka waktu untuk mengungkap hal tersebut, yang penting saat ini kita berupaya memulangkan 177 WNI dengan cara deportasi ke Indonesia, ” kata dia.

Menurut dia saat ini calon jamaah haji tersebut ditempatkan di KBRI Indonesia di Manila. Mengenai pemulangan mereka perlu dikoordinasikan dengan Kementerian Luar Negeri Filipina. “Hingga saat ini kami belum mengetahui kapan pemulangan 177 orang tersebut, namun kami tetap berusaha untuk memulangkan mereka,” kata Irjen Polisi Boy.

Selain itu, pihaknya masih melakukan penyidikan termasuk warga negara asing yang menjadi perantara untuk pemberangkatan tersebut. “Kami juga melakukan penyidikan apakah 177 calon jamaah ini sebagai korban penipuan atau ikut serta dalam perbuatan melawan hukum,” kata dia.

Usai Larangan Dua Tahun, Muslim Guinea Akhirnya Bisa Ibadah Haji Lagi

Umat Islam tampak berdesakan di luar Islamic Centre di Conakry. Mereka merupakan calon jamaah haji yang berasal dari seluruh penjuru Guinea, dan hendak mendaftar untuk menunaikan ibadah haji September nanti.

Dilansir dari Economist, Selasa (30/8), terdapat 7.200 tempat yang telah diberikan pemerintah Arab Saudi, untuk umat Islam Guinea melaksanakan ibadah haji tahun ini. Ini baru bisa terjadi setelah selama dua tahun, umat Islam Guinea dilarang mengambil bagian dalam ibadah haji karena virus Ebola.

Pemerintah Arab Saudi baru saja mencabut larangan tersebut Juni lalu, sehingga Guinea memiliki sedikit waktu untuk persiapan. “Beberapa dari mereka yang mengajukan diri tidak dapat membaca atau menulis, dan saat datang mereka tidak membawa dokumen lengkap,” kata Oumar Diallo, seorang wartawan lokal.

Islamic Centre di Conakry dibanjiri pelamar yang tidak sabar, serta memenuhi setiap kursi dan inci ruangan terutama kantor paspor. Bahkan, mereka rela menunggu berhari-hari sampai dokumen pengajuan mereka dilihat, mengingat petugas yang kewalahan melakukan pengecekan terhadap banyaknya dokumen.

Dengan rata-rata pendapatan per kapita 1.80 dolar per hari, umat Islam Guinea harus merogoh kocek sebesar 4.470 dolar untuk setiap paket haji, mencakup penerbangan, hotel, makanan, vaksin dan visa. Hal ini menjadi semakin sulit setelah wabah virus Ebola, merusak sebagian besar mata pencarian banyak orang.

Salah seorang calon jamaah haji yang mengajukan lamaran, Mariama Conte, mengaku telah berencana untuk pergi haji sejak memulai bisnis pakaian pada 1984.

Ia mengungkapkan sulitnya menabung sedikit demi sedikit, terutama saat virus Ebola melanda Guinea ia kerap tidak menghasilkan uang sepeserpun karena gagal menjual apa-apa. “Tahun ini Allah memanggil saya ke Makkah,” ungkap COnte bahagia.

Guinea menduduki peringkat bawah indeks pembangunan manusia versi PBB, dengan angka 182 dari 188 akibat korupsi, kemiskinan dan penyakit endemik. Meski begitu, harapan kembali hadir kepada umat Islam di Guinea, untuk mereka dapat kembali melaksanakan ibadah haji yang telah diidam-idamkan.

“Ini tidak mudah, tapi berkat karunia Allah kita akan mengatasi segala kesulitan,” kata Wakil Menteri Urusan Agama Guiena, Karamo Diawara.

 

 

sumber: Republika Online

177 Calon Jamaah Haji Dalam Keadaan Baik dan Tunggu Verifikasi di KBRI Manila

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kementerian Luar Negeri menyampaikan 177 WNI calon jamaah haji yang ditahan di Filipina karena masalah paspor telah dipindahkan ke Kedutaan Besar RI di Manila untuk menunggu proses verifikasi.

“Secara umum semuanya dalam keadaan baik dan sudah di KBRI. Jadi dalam pantauan kita,” kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kemlu Lalu Muhammad Iqbal melalui pesan singkat yang diterima di Jakarta, Senin.

Sebelumnya, ke-177 WNI tersebut harus menunggu proses verifikasi di rumah detensi imigrasi Filipina yang kondisinya kurang nyaman karena ruangan terbatas dan pihak KBRI tidak leluasa memberikan bantuan yang diperlukan.

Menurut Iqbal, otoritas imigrasi Filipina bersama pihak KBRI telah melakukan verifikasi kewarganegaraan ke-177 calhaj tersebut dan selanjutnya akan dilakukan verifikasi kasus hukum oleh jaksa penuntut umum.

Iqbal menambahkan pihak Kemlu terus melakukan koordinasi dengan pihak terkait, seperti Kementerian Agama, Kementerian Hukum dan HAM, dan Polri untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

Pihak kemlu telah meminta kepada pemerintah Filipina untuk memposisikan ke-177 calhaj tersebut sebagai korban penipuan yang terorganisasi. Ke-177 WNI tersebut ditahan di Bandara Manila, Filipina, pada 21 Agustus lalu setelah pihak imigrasi Filipina menemukan bahwa visa yang mereka gunakan palsu.

Berhaji Di Usia Muda, Andi Rahmat Ingin Berubah dan Doakan Orang Tua

Namanya Andi Rahmat. Remaja kelahiran Makassar tahun 1998 ini menjadi salah satu jemaah Indonesia termuda pada musim haji tahun ini. Dia tergabung dalam kloter 7 Embarkasi Makassar yang diisi oleh masyarakat Maluku Utara.

Lahir di Makassar, Andi besar di Halmahera Utara. Lulus SMA, Andi memilih untuk membantu orang tua berdagang di sana. Mendaftar pada tahun 2011, Andi tahun ini diberi kesempatan memenuhi panggilan Allah menunaikan ibadah haji di Tanah Suci.

“Naik haji karena dibiayai orang tua. Karena orang tua sudah janji waktu masih kecil untuk memberangkatkan Andi berhaji,” katanya saat ditemui tim Media Center Haji (MCH) Daker Makkah di Pemondokan 102 Mahbas Jin, Makkah, Sabtu (27/08).

Andi Rahmat masih mengenakan kain ihram, saat tim MCH menemuinya di lantai 11 Hotel Safwat Al Bait 1. Dia bersama rombongannya baru saja tiba dari Madinah, setelah menyelesaikan ibadah Arbain di Masjid Nabawi. Meski berhaji karena dibiayai orang tua, namun Andi mengaku tidak akan melewatkan kesempatan itu untuk mengubah diri menjadi pribadi yang lebih baik.

“Teman-teman saya bilang, mudah-mudahan kamu berubah dari sana. Dan saya memang mempunyai niat untuk berubah,” kata Andi menegaskan komitmennya untuk menjadi lebih baik lagi. Komitmen ini menemukan momentumnya karena Andi akan berulang tahun ke-18 persis saat puncak haji, Wukuf di Arafah, 10 September mendatang.

Sebagai anak remaja, Andi mengaku kalau dunianya saat ini adalah dunia bermain dan mencari tantangan bersama teman-teman. Namun demikian, Andi memiliki caranya tersendiri. “Sambil bergaul, menjalankan ibadah juga,” katanya sembari mengatakan kalau teman-temanya juga minta untuk didoakan. Spesial, salah satu teman wanitanya menitip doa agar bisa lolos seleksi menjadi Polwan.

Anak sulung dari empat bersaudara ini mengaku tidak memiliki persiapan khusus saat akan berangkat haji. Namun, diakuinya bahwa pengalaman berumrah pada tahun 2014 memberi wawasan dasar tentang apa yang harus dia lakukan saat beribadah haji. “Saya pernah umrah pada tahun 2014, sekeluarga. Sudah tahu manasik haji,” katanya.

Ditanya soal makna haji, Andi polos menjawab kalau itu adalah memenuhi panggilan Allah. Angannya melayang oleh rasa bahagia setibanya di Makkah Al-Mukarramah. “Pertama kali tiba, rasanya senang dan bahagia karena masih muda sudah mendapat kesempatan ke sini,” tuturnya.

Di Baitullah, Andi ingin melangitkan harapan semoga orang tuanya senantiasa diberi kesehat, banyak rezeki, dan terhindar dari masalah.
Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI) UPG 07 Mahmud Zul Kirom M Khoiruddin, mengaku tidak repot mendampingi Andi yang berangkat sendiri di usianya yang masih remaja. Menurutnya, anak muda cenderung bisa mengikuti manasik dan kuat secara fisik. Mahmud justru mengkhawatirkan anggota rombongannya yang lansia karena harus didampingi dengan ekstra pengawasan.

“Kalau yang muda, dari sisi bimbingan manasik bisa mereka pahami. Dari sisi kemampuan fisik, mereka juga istithaah secara jasmani dan rahani sehingga lebih mudah untuk diarahkan,” tuturnya.

“Kalau jamaah lansia, lebih riskan sehingg pola pembinaannya juga butuh ektra pengawasan, tida hanya pada masalah ibadah, tapi termasuk juga pengawasan tim kesehatan,” tambahnya.

Namun demikian, Mahmud mengaku kagum dengan semangat jemaah lansia dalam berbadah. Menurutnya, hal itu dimungkinkan karena proses panjang yang harus mereka alami dalam mewujudkan cita-cita memenuhi panggilan Allah, berhaji di Tanah Suci. (mkd/mkd)

 

sumber: Kemenag RI

Dekatkan Layanan ke Jemaah, PPIH Rilis Call Center dan WA Center

Melayani jemaah menjadi komitmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi. Untuk lebih mendekatkan jemaah dalam mengakses layanan petugas maupun memberikan saran, masukan, dan aduan, PPIH merilis call center dan Whatsapp/SMS Center.

Dengan mengusung motto “Kami Ada Untuk Melayani Jemaah”, PPIH Arab Saudi siap menerima aduan selama 24 jam melalui callcenter di nomor 9200 1 3210, serta Whatsapp/SMS Center di nomor 0503 5000 17.

“Ini merupakan bagan dari mata rantai upaya kita untuk mendekatkan jemaah kepada para petugas dan untuk mengumpulkan pengaduan. Kita ada sms center, wa center dan call center,” terang Ketua PPIH Ahmad Dumyati Basori saat dihubungi t(MCH) Daker Makkah, Sabtu (27/08).

Agar bisa diketahui secara luas, pria yang akrab disapa Dumyati ini mengaku kalau saat Ini pihaknya sedang fokus pada sosialisasi secara massif. Harapannya, keberadaan call center serta Whatsapp/SMS Center bisa segera dipahami jemaah haji dan keluarganya serta dimanfaatkan oleh mereka sebagai sarana menyampaikan aduan, saran dan masukan.

Sampai saat ini, lanjut Dumyati, pengaduan yang masuk belum terlalu banyak, baru sekitar 100 aduan, baik melalui sms/wa center, call center, dan ada juga yang melalui bravo (sarana komunikasi sejenis HT yang digunakan oleh tim PPIH). “Harapan kita akan jauh lebih banyak setelah kita siapkan call center. Kita telah siapkan tenaga untuk mendata. Tapi kenyataannya masih sedikit pengaduan yang masuk. Apakah karena tidak ada persoalan yang dihadapi jamaah atau karena jemaah tidak memahami nomor ini,” ujarnya.

Ke depan, Dumyati akan menggalakkan sosialiasi keberadaan layanan saluran pengaduan masalah haji ini, baik melaui banner, leaflet, dan lannya. Sosialisasi juga dilakukan secara langsung kepada masing-masing ketua kloter, ketua rombongan, dan ketua regu agar secara berkesinambungan ikut menosilasasikan kepada jamaah. “Sehingga ketika jemaah menghadapi persoalan, mereka bisa segera mengadukannya melalui media yang kita miliki,” katanya.

Ahmad Dumyati juga memastikan bahwa setiap aduan yang masuk akan segera ditindaklanjuti oleh tim media center yang telah ditunjuk di Kantor Urusan Haji (KUH) Jeddah. Jika ada aduan yang tidak bisa diselesaikan, tim media center akan mengirimnya kepada Ketua PPIH untuk diteruskan kepada masing-masing penanggung jawab yang relevan dengan masalah dalam aduan. (mkd/mkd)

 

Sumber: Kemenag RI