Paspor Palsu Filipina, Taruhan Nyawa, dan Perjalanan Berbahaya Jamaah Haji

Pada Kamis, 4 Agustus 12.08 WIB,  sebuah pesan pendek mampir ke telepon selular. Isinya mengejutkan, unik, dan sekaligus ajaib. Sebuah penawaran berangkat haji dengan harga selangit.

Isi pesan pendek (SMS,red) itu sebagai berikut: “Ass. Paket Haji Plus, daftar langsung berangkat tahun ini, tempat terbatas hrg US$ 13.500, Info hub: HP/WA 0812 xxxx xxxx.”

Bagi banyak orang yang suka memperhatikan isu soal haji, pesan pendek ini terlalu biasa. Apalagi pada saat yang sama juga ke luar ‘desas-desus’ baru bila ada peluang memakai jatah kursi haji milik negara Timor Leste. Harganya separuh dari tawaran tersebut, yakni sekitar 6.500 – 7000 dolar Amerika Serikat.

Dan tanpa diduga dipertengahan Agustus ini muncul berita menghebohkan. Sebanyak 177 calon haji dari Indonesia ditahan oyoritas imigrasi negara jiran Philipina. Dan setelah diusut, mereka ternyata memakai paspor dan visa haji asal negara itu. Maka publik pun geger. Apalagi para calon haji itu kini harus mendekam dalam rumah tahanan imigrasi di Filipina.

Maka kementerian luar negeri pun dibuat sibuk. Pekerjaan mereka bertambah yang tadinya hanya mengurus soal sandera WNI oleh kelompok Abu Sayaf, kini ditambah beban soal WNI yang terbelit visa dan paspor haji di Filipina.

“Saya tekankan kembali bahwa 177 jamaah haji WNI ini adalah korban, sekali lagi mereka adalah korban,” lanjut Menlu Retno Marsudi. Ia pun berjanji berusaha keras memulangkan mereka secepatnya ke Indonesia.

Minat berhaji orang Indonesia memang luar biasa. Antrean sudah begitu panjang. Jumlah yang mengantre sudah mencapai 2,5 juta orang. Tahun antrean pun dibanyak wilayah sudah mencapai 20 tahun.

Akibat panjangnya antrean berhaji, maka berbagai cara ditempun agar bisa menunaikan ibadah rukun Islam yang kelima ini. Bukan rahasia bila banyak jamaah hajiberangkat dari negara tetangga, seperti Malaysia, Brunei, Singapura, dan yang terakhir ‘tercium’ dari Filipina. Pendek kata, berbagai cara ditempuh asal bisa berhaji, tak peduli berangkat dari negara mana.

Mengacu pada kajian Martin van Bruinessen ‘Mencari Ilmu dan Pahala di Tanah Suci: Orang Nusantara Naik Haji’ semenjak dahulu minta pergi haji orang asal Nusantara (Indonesia,red) tetap tinggi. Bahkan, di antara seluruh jemaah haji, orang Nusantara selama satu setengah abad  terakhir merupakan proporsi yang sangat menonjol. Pada akhir abad ke-19 dan  awal abad ke-20, jumlah mereka berkisar antara 10 dan 20 persen dari seluruh  haji asing, walaupun mereka datang dari wilayah yang  lebih jauh daripada yang lain. Malah pada dasawarsa 1920-an sekitar 40 persen dari seluruh hajiberasal dari Indonesia.

Orang Indonesia yang tinggal bertahun-tahun atau menetap di  Makkah pada zaman itu juga mencapai jumlah yang cukup berarti. Di antara semua bangsa yang berada diMakkah, orang ‘Jawah’ (Asia Tenggara) merupakan salah satu kelompok terbesar.

Sekurang-kurangnya sejak tahun 1860, bahasa Melayu merupakan bahasa kedua diMakkah, setelah bahasa Arab.

Kita tidak mempunyai data statistik mengenai jamaah haji Indonesia abad-abad  sebelumnya. Sebelum munculnya kapal api jumlah mereka pasti lebih sedikit, karena perjalanan dengan kapal layar cukup berbahayadan makan waktu lama sekali. Namun bagi umat Islam Indonesia ibadah haji sejak lama mempunyai peranan amat penting. Ada kesan bahwa orang Indonesia lebih mementingkan haji daripada banyak bangsa lain, dan bahwa penghargaan masyarakat terhadap para haji memang lebih tinggi. Keadaan ini mungkin dapat dikaitkan dengan budaya tradisional Asia Tenggara.

 

Martin selanjutnya menulis, perjalanan panjang dan berbahaya sebelum ada kapal api, perjalanan haji tentu saja ha rus dilakukan dengan perahu  layar, yang sangat tergantung kepada musim. Dan biasanya para haji  menumpang pada kapal dagang, berarti mereka terpaksa sering pindah kapal.

Perjalanan membawa mereka melalui berbagai pelabuhan di Nusantara ke Aceh,
pelabuhan terakhir di Indonesia (oleh karena itu dijuluki ‘serambi Makkah’), di mana mereka menunggu kapal ke India. Di India mereka kemudian mencari  kapal yang bisa membawa mereka ke Hadramaut, Yaman atau langsung ke  Jeddah.

Perjalanan ini bisa makan waktu setengah tahun sekali jalan, bahkan lebih. (Perjalanan Sultan Haji dari Banten, yang sudah pulang satu setengah  tahun setelah berangkat, terhitung cepat). Dan para haji berhadapan dengan bermacam-macam bahaya. Tidak jarang perahu yang mer eka tumpangi karam  dan penumpangnya tenggelam atauterdampar di pantai tak dikenal. Ada haji yang semua harta bendanya dirampok bajak laut atau, malah, awak perahu
sendiri.

Para musafir haji yang sudah sampai ke tanah Arab pun belum aman juga, karena  di sana suku-suku Badui sering merampok rombongan yang menuju Makkah. Tidak jarang juga wabah penyakit melanda jemaah haji, di perjalanan maupun di tanah Arab.

Naik haji, pada zaman itu, memang bukan pekerjaan ringan. Tidak  banyak orang Nusantara yang pernah menulis catatan  perjalanannya, namun  dalam ceritera legendaris mengenai ulama-ulama besar petualangan mereka  dalam perjalanan ke Makkah sering diberikan tempat menonjol.

Penuturan yang sangat jelas mengenai kesulitan dan bahaya perjalanan dengan kapal layar ke Makkah ditinggalkan oleh pelopor sastra Melayu modern, Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi. Abdullah naik haji p ada tahun 1854, tidak
ama sebelum kapal layar digantikan oleh kapal api.

Mendekati Tanjung Gamri di Seylon (Sri Lanka) kapalnya diserang angin kencang: Allah, Allah, Allah! Tiadalah dapat hendak dikhabarkan bagaimana kesusahannya dan bagaimana besar gelombangnya, melainkan Allah yang amat mengetahuinya. Rasanya hendak masuk ke dalam perut ibu kembali; gelombang dari kiri lepas ke kanan dan yang  dari kanan lepas ke kiri.

Maka segala barang-barang dan peti-peti dan tikar bantal berpelantingan. Maka sampailah ke dalam kurung air bersemburan, habislah basah kuyup. Maka masing-masing dengan halnya, tiadalah lain lagi dalam fikiran melainkan mati. Maka hilang-hilanglah kapal sebesar itu dihempaskan gelombang. Maka rasanya gelombang itu terlebih tinggi daripada pucuk tiang kapal. Maka sembahyang sampai duduk berpegang.

Maka jikalau dalam kurung itu tiadalah boleh dikhabarkan bunyi muntah dan kencing, melainkan segala kelasi selalu memegang bomba. Maka air pun selalu masuk juga ke dalam kapal. (…)

Maka pada ketika itu hendak menangis pun tiadalah berair mata, melainkan masing-masing keringlah bibir. Maka berbagailah berteriak akan nama Allah dan rasul kerana Kepulauan Gamri itu, kata mualimnya, sudah termasyhur ditakuti
orang:

“Kamu sekalian pintalah doa kepada Allah, kerana tiap-tiap tahun di sinilah beberapa kapal yang hilang, tiadalah mendapat namanya lagi, tiada hidup
bagi seorang, ah, ah, ah!’…..

Dari kajian Marin, pada masa itu, Belanda juga mencatat bahwa banyak orang yang telah berangkat ke Makkah tidak kembali lagi. Antara tahun 1853 dan1858, jemaah haji yang pulang dari Makkah ke Hindia Belanda tidak sampai separuh dari jumlah orang yang telah berangkat naik haji.

 

sumber: Republika Online

Agar Terhindar Jadi Haji Ilegal, Ini Tips Muna Tour

Masyarakat diminta jeli guna menghindarkan diri dari keberangkatan haji ilegal. Jeli yang dimaksud adalah mampu memastikan keberangkatan haji tersebut sudah sesuai dengan apa yang ditetapkan pemerintah Saudi dan Kementerian Agama Republik Indonesia.

Direktur Utama Muna Tour H. Sugeng Wuryanto menjelaskan, keberangkatan haji ini harus memenuhi aspek legalitas dan akomodasi. Tidak hanya masalah hotel saja. Melainkan juga program haji seutuhnya. “Dengan program jelas yang diketahui, kemudian tahu berangkat haji dengan kuota apa?” papar Sugeng kepada Republika.co.id, Kamis (25/8).

Menurutnya, Pemerintah Saudi tak hanya mengeluarkan visa kuota haji tetapi juga visa lain. “Ini harus dipastikan. Jangan sampai visa yang dipakai visa ummal (visa kerja) atau visa ziarah (visa kunjungan),” ungkap dia menerangkan.

Menurut Sugeng, visa ummal dan ziarah bukan untuk ibadah haji. Visa ummal misalnya, memang bisa untuk masuk ke Saudi tapi tidak bisa memasuki Kota Suci Makkah dan Madinah. ”Begitu juga dengan visa ziarah, Anda bisa ke Saudi tetapi tidak bisa masuk ke Kota Suci Makkah dan Madinah,” jelasnya.

Karena itu, lanjutnya, calon jamaah haji harus memastikan apakah yang tertera dalam paspornya adalah visa haji atau bukan. “visa yang diakui Kementerian Haji Saudi untuk para calon jamaah haji yang memasuki Makkah dan Madinah adalah visa haji,” ungkapnya.

Sugeng berharap para penyelenggara haji dan umrah dapat bertanggungjawab dengan memberikan edukasi kepada masyarakat terkait visa apa yang bisa digunakan untuk keberangkatan haji. “Kalau kasus Filipina jelas ilegal karena mengubah paspor atau dokumen,” ungkap Sugeng menambahkan.

 

 

sumber: Republika Online

Tips Mencari Toilet Terdekat Saat di Masjidil Haram

Area utama Masjidil Haram tak memiliki toilet. Anda harus berjalan ke luar untuk menemukannya. Kenali lokasi Anda dan cari toilet terdekat agar tidak berputar-putar.

Menjelang puncak haji, Masjidil Haram semakin hari semakin padat. Jemaah datang dari berbagai negara untuk beribadah. Tak hanya arena ibadah, namun toilet pun selalu penuh setiap saat. Anda harus memahami titik-titik lokasi toilet agar tidak salah jalan, sebab saat ini proyek perluasan masih berlangsung, sehingga tak semua akses jalan terbuka.

Berbeda dengan toilet, khusus untuk tempat berwudhu lebih mudah diakses dan ditemukan. Lokasinya ada di pelataran, halaman sampai di dalam masjid, tepatnya di dekat jalan menuju arena sa’i.

Anda harus memahami titik-titik lokasi toilet agar tidak salah jalan (Rachmadin Ismail/detikcom)

Nah, untuk toilet, ada beberapa yang mudah ditemukan, namun tak sedikit juga butuh usaha ekstra untuk mencarinya. Berikut beberapa titik toilet dan cara menemukannya dari lokasi Anda berada:

1. Datang dari arah terminal Ajyad

Bila Anda datang dari arah terminal Ajyad atau rumah sakit Ajyad, maka toilet besar akan terlihat jelas di sebelah kiri menjelang pintu utama Masjidil Haram. Tulisan WC terlihat jelas dengan gambar untuk menandakan toilet pria dan wanita.

Titik-titik lokasi toilet di sekitar Masjidil Haram yang diberi lingkaran hitam (Rachmadin Ismail/detikcom)

Seandainya toilet tersebut penuh, Anda bisa mencari alternatif toilet di tower zamzam. Di dalam mal tersebut, mulai dari lantai 1 ada toilet untuk laki-laki di sayap mal sebelah kanan, dan wanita di sayap mal sebelah kiri, atau di lantai atas.

2. Berada di pelataran masjid gerbang King Fahd

Bila Anda datang dari arah Misfalah, lalu hendak mencari toilet, atau keluar dari dalam masjid melalui gerbang utama King Fahd, maka sebaiknya mencari toilet bawah tanah. Posisinya ada di depan hotel Hilton dan Dar Al Tawhid. Jangan sampai tertukar dengan jalur bawah tanah menuju arena penjemputan. Perhatikan logo dan tulisan WC serta gambar pria atau wanita. Sebab toilet pria dan wanita terpisah dan jaraknya cukup berjauhan.

3. Berada di arena Sa’i

Bila Anda sedang berada di arena sa’i dan hendak ke toilet maka tidak perlu berjalan ke luar menuju gerbang utama King Fahd. Keluar saja lewat pintu Marwah lalu berjalan sekitar 100 meter ke arah bangunan bertuliskan WC. Di sini juga terpisah toilet untuk wanita dan pria, sehingga perlu diperhatikan gambarnya.

Titik lokasi toilet di sekitar area Masjidil Haram (Rachmadin Ismail/detikcom)

Untuk pria, tidak ada toilet untuk buang air kencing sambil berdiri di Masjidil Haram. Semua toilet menggunakan pintu. Dengan demikian, antrean yang ada kadang cukup panjang. Sedikit tips saat mengantre, sebaiknya tidak menunggu antrean di luar lorong, namun masuk ke dalam dan menunggu di depan pintu, agar mendapat giliran lebih cepat.

Selain itu, dalam jam-jam sibuk dan padat seperti salat fardlu atau salat Jumat, sebaiknya Anda menggunakan toilet sebelum masuk ke dalam masjid. Sebab, bila di tengah waktu salat atau khotbah Jumat, ada kemungkinan bila Anda keluar dulu ke toilet, maka akan kesulitan kembali untuk masuk.

Semoga bermanfaat!

sumber: Detik.com

WNI Diimbau Gunakan Jalur Resmi untuk Berhaji

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Abdul Jamil di Jeddah, Sabtu (20/8) malam waktu Arab Saudi, mengimbau warga negara Indonesia yang akan berhaji menggunakan jalur resmi. Abdul Jamil mengemukakan hal itu ketika merespons kabar tertangkapnya 177 warga negara Indonesia di Filipina saat akan terbang ke Arab Saudi untuk berhaji karena paspor yang mereka pegang ternyata palsu.

“Saya tentu mengimbau jangan menggunakan modus seperti itu. Apalagi, meminta visa di negara lain,” katanya usai rapat persiapan penyelenggaran haji. Ia meminta warga yang ingin berhaji mendaftarkan diri sedini mungkin karena ketersediaan kuota dan minat memang tidak berimbang.

Namun, kata dia, dengan melalui jalur resmi, semua terjamin kepastiannya, baik terkait keberangkatan, bimbingan manasik, maupun akomodasi. Waktu tunggu berhaji di Indonesia di beberapa daerah dapat mencapai 30 tahun. Sebagian besar kota di Pulau Jawa memiliki waktu tunggu rata-rata 20 tahun.

Sementara itu, pada hari Jumat (19/8), sejumlah media melaporkan bahwa paspor palsu yang dipegang para WNI itu diperoleh dari sekelompok warga Filipina yang bekerja pada jasa layanan pemberangkatan ibadah haji di Filipina. Dengan membayar 6.000 s.d. 10.000 dolar mereka dapat berangkat haji yang menggunakan kuota cadangan yang diberikan pemerintah Arab Saudi kepada jemaah haji Filipina. Para anggota jemaah itu diturunkan dari pesawat karena tidak bisa berbicara dalam bahasa Filipina.

 

Republika Online

Pemondokan Haji Makkah Dipastikan Kualitas Bintang Tiga

Pemondokan jamaah haji Indonesia di Makkah, Arab Saudi, yang tersebar pada sembilan sektor dipastikan memiliki kualitas setingkat hotel bintang tiga dan dinilai sangat layak.

“Dari sisi gedung, kualitasnya setingkat bintang tiga. Mulai dari yang berada di wilayah Aziziah, Mahbas Jin, Jarwal, dan Misfalah, semua setingkat bintang tiga dan sangat layak,” ungkap Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah, Arsyad Hidayat, di kantor Daker Makkah yang terletak di kawasan Syisyah, Rabu (17/8) sore waktu Arab Saudi.

Menurut Arsyad petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Makkah telah memastikan setiap pemondokan memiliki fasilitas masjid, restoran, bahkan ruang kantor pelayanan yang digunakan sektor.

Dalam rapat terakhir persiapan menjelang kedatangan jamaah haji Kelompok Terbang I dari Embarkasi Padang (PDG 01), sembilan kepala sektor menyampaikan bahwa pemondokan yang akan ditempati pada umumnya sudah menyerahkan kunci.

“Kalau pun ada yang belum diserahkan, itu karena ada pemahaman yang kurang pas soal salah satu klausul kontrak bahwa kunci harus sudah diserahkan lima hari sebelum kloter pertama datang,” jelas Arsyad.

Pemilik pemondokan memahami lima hari sebelum datang kloter pertama jamaah di rumah mereka. ”Padahal maksudnya kloter pertama di Daker Makkah,” katanya menjelaskan. Ia mengklaim telah meminta para kepala sektor untuk meluruskan hal tersebut.

Pada Rabu malam sekitar pukul 21.30 waktu Arab Saudi sebanyak 444 jemaah haji asal Embarkasi Padang (PDG) 01 akan menempati Hotel Nasimat Al Khair (101) di Sektor Satu yang berada di wilayah Mahbas Jin.

 

Republika Online

Tetap Tenang di Masjidil Haram Walau Ketinggalan Rombongan

Anda ketinggalan rombongan saat sedang khusyuk thawaf dan sa’i di Masjidil Haram? Tak perlu khawatir. Banyak petugas Panitia Penyelanggara Ibadah Haji (PPIH) yang siap membantu Anda.

Di sejumlah pos tertentu, ada petugas dari sektor khusus Masjidil Haram yang berjaga. Lalu, ada juga tim dari tenaga kesehatan yang bersiaga di sejumlah titik di Masjidil Haram. Nah, terkait prosesi ibadah, ada juga tim pembimbing ibadah yang siaga membantu kesulitan Anda.

Petugas PPIH yang siap membantu jamaah haji yang tertinggal rombongan (Foto: Rachmadin Ismail/detikcom)

Para petugas itu memakai atribut resmi seperti rompi bertuliskan ‘Petugas Haji Indonesia’, topi bertuliskan PPIH dan yang paling penting memakai identitas resmi berupa id card dan tanda pengenal di bagian dada. Mereka berjaga selama 24 jam khusus untuk melayani jemaah di Masjidil Haram.

Kompol Risben, adalah salah satu anggota tim Sektor Khusus Masjidil Haram yang ikut melayani jemaah tersebut. Dia berjaga di pos-pos sekitar Masjidil Haram dan kerap memberikan arahan pada jemaah yang mencari arah pulang. Bahkan dia juga ikut membantu beberapa jemaah yang ketinggalan rombongan sampai menemukan kembali bus pulang atau rekan-rekannya.

Zaenuri, anggota tim pembimbing ibadah juga menjadi salah satu petugas yang berjaga di Masjidil Haram. Menurutnya, tim pembimbing ibadah dari tiap sektor memang memiliki jadwal tugas di Haram khusus untuk membantu prosesi ibadah para jemaah.

Petugas PPIH yang siap membantu jamaah haji yang tertinggal rombongan (Foto: Rachmadin Ismail/detikcom)

Salah satu aktivitas yang ditunjukkannya adalah membimbing ibadah salah seorang jemaah yang ketinggalan rombongan. Dia membantu jemaah tersebut sampai proses tahalul.

Kepala Sektor Khusus Masjidil Haram Ali Nurokhim mengatakan, ada empat pos yang bisa dijadikan tempat untuk para jemaah bertanya. Berikut lokasinya:

1. Pos 1 di Marwah. Para petugas akan berdiri di pintu keluar bukit marwah (lokasi setelah sa’i) untuk mengantisipasi jamaah yang datang Syib Amir dan Bab Ali dan mengarahkan jamaah yang selesai sa’i.

2. Pos 2 Thawaf. Ada petugas yang akan berjaga di lokasi thawaf, tepatnya di dekat rukun Hajar Aswad dan sekitar maqam Ibrahim. Tujuannya agar membantu jamaah yang butuh bantuan setelah thawaf.

3. Pos 3 di depan tower Zamzam. Petugas akan membantu jamaah yang datang dari Ziyad dan Misfalah.

4. Pos 4 di pintu King Abdullah, dekat hotel Dar al Tawhid. Petugas akan membantu jamaah yang datang dari arah Jarwah.

sumber: Detik.com

Usia 101 Tahun Tak Surutkan Semangat Nenek Mian Menjadi Tamu Tuhan

Madinah (Pinmas) — Sekira penerbangan sembilan jam dilalui Siti Mian Sarean hingga dia mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah. Jumat (19/08), waktu menunjukan pukul 02.07 ketika roda pesawat Garuda Indonesia menyentuh landasan bandara.

Bersama jemaah lainnya, kehadiran Nenek Mian di Kota Nabi disambut para petugas haji Daker Airport Jeddah Madinah. Tentu lelah, namun senyum Nenek Mian yang duduk di kursi roda terus mengembang menyambut kehangatan para petugas yang menyapanya.

Kerut wajah mungkin memberi pesan bahwa nenek Mian sudah lansia. Usianya saat ini memang sudah 101 tahun, karena dia terlahir di Jakarta, 6 Desember 1915. Namun, hal itu tidak mensurutkan semangat Nenek Mian untuk hadir memenuhi panggilan Tuhan.

Labbaikallahumma labbaik. Labbaika laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan-nikmata laka wal mulka laa syarika laka. “Iya ini pertama kalinya bisa mendapatkan panggilan untuk menunaikan ibadah haji. Alhamdulillah Allah SWT kasih umur yang panjang dan kesehatan yang prima sehingga bisa jalani rangkaian ibadah haji,” tuturnya bahadia saat disapa di Bandara AMAA, Jumat (19/08).

Nenek Mian tiba di Bandara AMAA Madinah dengan menggunakan penerbangan GA 7269. Dia berangkat haji bersama anak dan menantunya yang tergabung dalam Kloter JKG 16. Bersama 393 jemaah lainnya, selama di Madinah, Nenek Mian akan menempati Hotel Wefadah Al Zahra yang berada di wilayah markaziah gharbiah.

Nenek Mian akan berada di Madinah selama sembilan hari untuk menjalani ibadah Arbain, salat wajib berjamaah secara berturut-turut selama 40 waktu.

Kepada para petugas, Nenek Mian yang saat ini tinggal di Cilandak Jaksel, berbagi tips kesehatan berupa pola makan teratur dan tidak berlebihan, gaya hidup sederhana, tidak suka mengeluh, serta mensyukuri nikmat dan ikhlas dalam berbuat.
Selamat beribadah haji Siti Mian Sarean! Hajjan mabruran wa sayan masykuran! Amiin. (nurul/mkd/mkd)

 

Kemenag RI

177 WNI Disebut Gunakan Paspor Filipina

REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH — Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama, Abdul Djamil, mengatakan permasalahan 177 warga negara Indonesia (WNI) yang menggunakan paspor Filipina untuk berhaji bukanlah ranah Kementerian Agama. Abdul Djamil mengimbau masyarakat sebaiknya mengikuti regulasi jika ingin menunaikan ibadah rukun Islam kelima tersebut di Tanah Suci Makkah.

“Saya mengimbau supaya masyarakat jangan menggunakan modus-modus seperti itu. Apalagi, mereka meminta visa di negara lain. Itu konsekuensinya tentu mereka harus memiliki paspor dari negara yang bersangkutan,’’ kata Abdul Djamil usai memimpin rapat koordinasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 1437H/2016M di Jeddah, Arab Saudi, Sabtu (20/8) waktu setempat.

Sebanyak 177 WNI menggunakan paspor Filipina agar bisa berangkat haji ke Tanah Suci Makkah. Kini mereka masih tertahan di Filipina dan akan segera dideportasi. WNI tersebut diduga memiliki paspor ganda yakni Filipina dan Indonesia.

Abdul Djamil mengatakan persoalan tersebut sebenarnya bukanlah ranah Kementerian Agama. Namun demikian, Abdul Djamil hanya mengimbau masyarakat yang ingin menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci itu mengikuti jalur resmi sehingga terjamin dari aspek keberangkatan, perlindungan, bimbingan dan pelayanan ibadah hajinya.

“Kalau mau berhaji, masyarakat sebaiknya daftar resmi,’’ katanya. ‘’Meski memang kuota dan permintaan haji memang masih belum berimbang.’’

Kuota haji Indonesia dan permintaan memang masih belum imbang sehingga menyebabkan daftar tunggu yang terbilang panjang. Daftar tunggu haji di Sulawesi Selatan mencapai 31 tahun, sementara Kalimantan Selatan mencapai 28 tahun. Meski demikian, kata Abdul Djalil, fenomena daftar tunggu haji juga terjadi di negara lain.

Hal tersebut tidak bisa dihindari karena terkait kapasitas Tanah Suci, Armina, dan Masjidil Haram yang terbatas. ‘’Jika Masjidil Haram kini bisa diperluas, namun permasalahannya adalah Mina yang tidak bisa diperluas karena batas-batasnya sudah ditentukan sejak zaman Rasulullah,’’ katanya.

Suhu Makkah Sudah 44 Derajat Celcius, Ratusan Jamaah Rawat Jalan

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH — Suhu udara di Makkah, Arab Saudi, mulai merangkak naik. Cuaca Makkah pada Ahad (21/8) ini diperkirakan mencapai suhu maksimal 44 derajat Celcius.

Berdasarkan data Accuweather.com, suhu rata-rata mencapai 29 derajat Celcius dengan kelembaban 43 persen. Suhu minimal mencapai 31 derajat Celcius dan suhu maksimal 44 derajat Celcius.

Suhu udara Makkah mengalami peningkatan dibandingkan beberapa hari lalu. Pada dua atau tiga hari kemarin, suhu udara maksimal di Makkah berkisar pada angka 41-42 derajat Celcius.

Sementara, data Siskohat Kesehatan per 20 Agustus menyebutkan jumlah rawat jalan di Makkah sebanyak 227 jamaah. Jumlah rawat inap sebanyak 5 jamaah dan jumlah rujukan sebanyak 12 jamaah.

Satu anggota jamaah dikabarkan meninggal dunia di Makkah atas nama Abdullah bin Umar Gamyah. Abdullah wafat dalam usia 68 tahun akibat gangguan jantung. Jamaah kloter BTJ-001 ini menghembuskan nafas terakhir di pemondokan pada Sabtu (20/8) pukul 03.15 waktu Arab Saudi.

Abdullah merupakan jamaah pertama yang meninggal dunia di Makkah. Total ada 14 jamaah yang meninggal hingga 11 hari penyelenggaran pelayanan haji di Arab Saudi.

SISKOPPIH Untuk Respon Cepat Petugas Terhadap Aduan

Makkah (Pinmas) — Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi membangun sistem informasi dan komunikasi yang disebut SISKOPPIH. Ketua PPIH Arab Saudi Ahmad Dumyati Basori mengatakan bahwa sistem ini didesain agar bisa memberikan respon cepat terhadap pengaduan jemaah haji Indonesia.

“Dengan SISKOPPIH ini, pengaduan jemaah yang dijaring via SMS, whatsapp, call center atau bravo, bisa didistribusikan kepada petugas secara cepat dan bisa dimonitor dengan laporannya,” terang pria yang juga akrab disapa Dumyati, Kamis (18/08).

“SISKOPPIH juga dapat melakukan tracking keberadaan petugas sehingga bisa diketahui apakah si A benar-benar bergerak atau hanya diam di tempat. Tracking ini bisa terkirim 20 menit secara otomatis ke server,” tambahnya.

Aplikasi ini, lanjut Dumyati, dapat memonitor keberadaan petugas sepanjang waktu sehingga diharapkan dapat meningkatkan tanggung jawab mereka. “Aplikasi ini masih harus terus dikembangkan. Praktiknya juga masih terkendala petugas yang belum semuanya update nomer dan atau belum mempunyai nomer,” katanya.

Untuk musim haji tahun ini, Kantor Urusan Haji (KUH) mentarget para temus sudah memanfaatkan aplikasi ini. Untuk tahun depan baru akan diberlakukan bagi semua.

“Para temus sudah kita instalkan aplikasi ini dengan harapan bisa menjadikan SISKOPPIH ini sebagai alternatif sistem komunikasi efektif dalam memberikan layanan kepada jemaah yang diterima dari media SMS/wa center atau call center,” terangnya. (mkd/mkd)

 

Kemenag RI