Kisah Kiai Jawa Bertemu Mualaf Eropa di Jabal Rahmah

Jabal Rahmah, sebuah bukit di padang Arafah yang menjadi saksi pertemuan Adam dan Hawa kembali mempertemukan dua anak manusia. Pada 9 Dzulhijjah  1366 Hijriyah atau 1947 Masehi,  seorang Kiai asal Jawa, Abdussalam, bertemu dengan seorang Eropa yang baru berganti nama.

Sesudah bersalaman, dia memperkenalkan diri sebagai Abdusyukur. “Saya mualaf. Baru lima bulan menganut agama Islam,”kata Abdusyukur seperti dituliskan Abdussalam dalam memoarnya di dalam buku Naik Haji di Masa Silam 1482-1964 karya Henri Chambert Loir.

Abdusyukur berkisah, sudah lama dia berkelana mencari Tuhan. Dia mendalami berbagai agama yang tak juga memuaskan hatinya. “Enam bulan berselang, saya tengah berjalan-jalan di Kota Paris yang permai itu. Terdengar oleh saya azan di menara masjid di kota itu. Bagaikan ada perintah halus ke dalam hati saya untuk menjadi orang Islam. Saya jumpai imam masjid itu. Di tangannyalah saya menjadi umat Islam. Sekarang ini, saudara..”katanya sambil menangis tersedu-sedu.

Pada awal abad ke-19, Islam bukan hal baru di Eropa, termasuk Prancis. Setelah Perang Dunia I, sebuah masjid raya didirikan di Paris sebagai rasa terima kasih kepadatirailleurs Muslim, sebutan bagi pasukan infrantri Prancis pada masa Napoleon Bonaparte berkuasa. Mereka direkrut dari wilayah-wilayah jajahan Prancis, salah satunya Aljazair. Negeri nenek moyang pelatih Real Madrid dan bekas pemain sepak bola terbaik dunia, Zinedine Zidane. Lewat masjid, pemerintah hendak memberi penghargaan kepada para 100 ribu tirailleurs yang tewas saat bertempur melawan Jerman.

Pada 1944, tercatat ada 550 ribu tentara Afrika-Prancis. Banyak di antara mereka direkrut, baik terpaksa maupun sukarela, dari koloni-koloni Prancis. Dari jumlah itu, sebanyak 134 ribu dari Aljazair, 73 ribu dari Maroko, 26 ribu asal Tunisia, dan 92 ribu dari koloni lain di Afrika.  Selain bertempur pada Perang Dunia 1, tentara multiras itu diterjunkan dalam pertempuran di Italia pada 1943 untuk mengusir Jerman dari Monte Cassino.

Masjid itu berdiri pada 1926. Mengikuti gaya Mudejar yang mewarisi arsitektur Andalusia, masjid ini memiliki sebuah menara setinggi 33 meter. Selama Perang Dunia ke-2, saat Prancis dicaplok Nazi, Jerman, imam masjid Si Kaddour Benghabrit pernah menjadikan masjid itu untuk melindungi pengungsi Aljazair dan Yahudi Eropa. Benghabrit menjamin akan menyediakan kamar, perjalanan yang aman hingga sertifikat kelahiran Muslim palsu untuk melindungi mereka dari eksekusi Jerman.

Meski demikian, Prancis tetaplah Prancis. Negara yang trauma dengan adanya kekuasaan di tangan kaum borjouis dan pemuka agama. Revolusi Prancis pada 1789 menghancurkan dominasi Gereja Katolik. Hingga sekarang, Prancis memberi contoh kepada banyak negara demokrasi di Eropa tentang praktik pemisahan kekuasaan antar agama dan negara alias sekularisme.

Hanya, sekularisme di negeri Menara Eifel tak berarti menutup hidayah bagi pencari Tuhan seperti Abdusyukur. Seperti dikisahkan oleh Abdussalam, Abdusyukur malah memeluk Islam usai mendengar lantunan azan di Paris. Hingga, mualaf itu pun berkesempatan untuk menunaikan rukun Islam kelima untuk berangkat haji.

Saat menjalankan wukuf di Arafah, Abdusyukur melihat ratusan ribu Muslim dibalut pakaian putih. Suara-suara zikir manusia bergema dari bukit tandus itu. Mereka menengadahkan tangan untuk menjadi sebenar-benarnya hamba.

“Kami memuji Allah yang Ia telah menjadikan kami umat kekasih-Nya Muhammad SAW. Dan dengan nikmat yang satu ini sudah padalah (cukuplah) bagi kami. Benar saudara, katanya. Biar saya tak mempunyai kapal udara, tidak punya mobil, tidak punya gedung yang permai, dengan kurnia-Nya saya menjadi umat Islam ini, sudah lebih dari dunia dengan isinya.”

 

sumber: Republika Online

Masuk Musim Haji, Pemerintah Madinah Tingkatkan Fasilitas

Menyambut kedatangan calon jamaah haji, Madihan sudah mulai bersiap memberikan fasilitas. Walikota Madinah Mohammed Al-Amri mengatakan sumber daya manusia dan fasilitas terbaik akan diberikan.

Program tersebut mencakup berbagai bidang, termasuk kesehatan lingkungan, pasar, kebersihan umum, kontrol kesehatan, lampu jalan, dan pengawasan 24 jam di jalanan kota sepanjang musim Haji.

Rencana peningkatan fasilitas pun akan didukung oleh Gubernur Madinah Pangeran Faisal bin Salman dan Menteri Urusan Kota dan Pedesaan Abdul Lateef Al-Asheikh, dikutip dari Arabnews, Senin (15/8).

Peningkatan fasilitas yang dilakukan berguna untuk menjamin keselamatan calon jamaah Haji selama berada di lingkungan Madinah. rencana tersebut juga tidak akan mengganggu aktivitas warga lokal dalam beraktivitas, termasuk peningkatan aktivitas bisnis.

Diharapkan peningkatan fasilitasa akan membuat jalanan kota dan daerah bersih dan menghindari hal-hal buruk yang dapat merugikan Tamu Allah. para pengawas pun akan diberikan pedoman umum untuk menyikapi pemberlakukan keadaan khusus tersebut.

Untuk permasalahan sampah pun menjadi perhatian, beberapa unit khusus disiapkan untuk mengurus masalah libah yang dihasilkan, Termasuk memastikan beberapa pemilik usaha mengalokasikan khusus agar membuang limbah sesuai dengan ketentuan.

 

 

sumber: Republika Online

Visa Telat di Tiga Provinsi

Penundaan keberangkatan ke Tanah Suci masih dialami ratusan calon jamaah haji di berbagai daerah.

Akibat belum mengantongi visa haji, pada Sabtu (13/8), ratusan calon jamaah haji asal Sukabumi, Jawa Barat, terpaksa batal diberangkatkan ke asrama haji di Bekasi. Kejadian ini membuat mereka tak jadi terbang ke Arab Saudi sesuai jadwal, yakni Ahad (14/8).

Komisi VIII DPR bahkan mengungkapkan, keterlambatan visa tak hanya terjadi di Provinsi Jawa Barat, tapi juga Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.

“Sekitar 178 calhaj yang seharusnya berangkat 13 Agustus 2016 akhirnya diundur keberangkatannya,” ujar Kabag Keagamaan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi Ali Iskandar kepada Republika, Ahad (14/8).

Ali menjelaskan, hingga tenggat tiga hari sebelum jadwal berangkat ke Asrama Haji, pengurusan visa calon jamaah haji kelompok terbang (kloter) 13 itu belum ada tanda-

tanda selesai. Hingga akhirnya, keberangkatan para calhaj itu mengalami penjadwalan ulang. Mereka baru berangkat 19 Agustus 2016, digabung dengan kloter 30.

Kursi 178 calhaj yang tertunda keberangkatannya diisi jamaah kloter 30 dan 62 yang juga berasal dari Sukabumi. Berdasarkan jadwal Kementerian Agama (Kemenag), kloter 30 berangkat 19 Agustus, sedangkan kloter 62 tanggal 1 September.

“Calhaj yang dimajukan jadwal keberangkatannya ada yang tidak jadi walimatus safar,” ungkap Ali. Sebab, sebelumnya mereka tak menduga kepergiannya ke Tanah Suci dimajukan. Bahkan, ada calhaj yang belum cuti kerja akhirnya meminta jadwal cutinya dipercepat.

Ia mengungkapkan, Pemkab Sukabumi belum mengetahui secara pasti penyebab keterlambatan pembuatan visa itu. Hal yang pasti ia ketahui adalah wewenang pembuatan visa berada di tangan Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta.

Pelaksana Tugas Kepala Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag Kabupaten Sukabumi Abdul Manan hingga kemarin belum bisa dihubungi terkait tertundanya keberangkatan 178 calhaj karena belum memperoleh visa.

 

sumber: Republika ONline

Petugas Haji Daerah Diminta tidak Bongkar Pasang Kloter

Direktur Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah Kementerian Agama Abdul Jamil meminta petugas daerah tidak membongkar pasang kloter yang sudah ada. Hal tersebut dapat mengacaukan proses pemberangkatan calon jamaah haji.

Hal tersebut disampaikan Jamil pada jumpa pers di Kantor Kemenag, Jalan Banteng, Jakarta terkait simpang siur keterlambatan visa haji sehingga mengakibatkan calon jamaah haji tertunda keberangkatannya.

“Saya mengimbau jangan membongkar pasang kloter yang sudah ada, yang sudah diajukan dan diurus visanya itu tetap dipertahankan seperti itu,” kata Jamil.

Bongkar pasang kloter dapat dilakukan jika terdapat hal darurat sehingga perlu dilakukan bongkar pasang, seperti sakit atau meninggal.

Hal tersebut disampaikan Jamil mengacu kepada kasus yang terjadi Sumedang dimana calon jamaah haji di gelombang kedua meminta diberangkatkan pada gelombang pertama.

Namun, mereka tidak dapat diberangkatkan karena visa untuk gelombang kedua belum selesai. Jamil menilai, persoalan yang terjadi di Sumedang terkesan penundaan keberangkatan calon jamaah karena keterlambatan visa.

Jamil menegaskan agar petugas di daerah disiplin dalam mempertahankan kloter. “Agar tidak terjadi kekacauan dalam susunan kloter yang mengakibatkan seolah-olah sudah siap berangkat tapi visa belum jadi,” ucapnya.

 

 

sumber: Republika Online

Keterlambatan Visa Haji Harus Bisa Diantisipasi

Anggota Komisi VIII DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional, Desy Ratnasari, meluruskan pernyataan Dirjen Penyelenggaran Haji dan Umrah Kemenag Abdul Djamil beberapa hari lalu.

Saat melakukan konferensi pers, Jumat (12/8) lalu, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Abdul Djamil memastikan pengurusan visa haji berjalan lancar sebab Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta cukup membantu.

Djamil menjelaskan, pengurusan visa tahun ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu gelombang satu dan dua. Hal ini, kata dia, dilakukan supaya tidak terjadi kekacauan seperti tahun lalu. Visa calhaj yang melunasi ongkos haji pada tahap pertama akan diurus di gelombang pertama.

Bila di daerah ada kesan terdapat calhaj yang visanya belum jadi, itu memang karena mereka berangkat gelombang kedua. Namun, Desy mengungkapkan, pernyataan Dirjen PHU itu tak sepenuhnya sesuai.

Buktinya, kata dia, ada 90 calhaj Sukabumi yang melakukan pelunasan ongkos haji pada tahap pertama ternyata belum memperoleh visa.

Padahal, jadwal berangkat mereka pada 13 Agustus. Di sisi lain, ungkap dia, sebanyak 38 calhaj yang melunasi ongkos haji pada tahap kedua dan jadwal berangkatnya 20 Agustus sampai sekarang belum melihat tanda-tanda bahwa visa mereka telah selesai.

Kemenag, menurut Desy, seharusnya bisa mengantisipasi kejadian seperti ini. “Keterlambatan visa ini tidak hanya terjadi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Di daerah lain di Provinsi Jawa Barat serta provinsi lainnya, yakni Jawa Tengah dan Jawa Timur, keterlambatan visa calhaj juga terjadi,” kata Desy.

Sementara itu, Ketua Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag Kota Surakarta, Jawa Tengah, Rosyid Ali Safitri, menuturkan, 24 dari 355 calhaj yang bakal ke Tanah Suci, Senin (15/8) ini, belum mempunyai paspor.

“Ya, ada 24 orang calon jamaah haji belum ada paspornya, tapi visanya sudah ada. Ini petugas sedang mengurus,” ujar Rosyid. Ia menduga ada sejumlah paspor tercecer sehingga belum sampai ke tangan calon jamaah haji. Ada petugas yang sedang ke Jakarta untuk menyelesaikan masalah ini.

Faktor kesehatan Menurut Komisioner Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) Syamsul Maarif, ada potensi terjadi kekosongan kursi calhaj sekitar satu persen dari jumlah calhaj Indonesia karena sakit.

Kuota haji tahun ini 168.800 jamaah, yaitu haji reguler 155.200 dan haji khusus 13.600 jamaah. Kekosongan ini akibat penundaan keberangkatan yang dipicu faktor kesehatan. “Saya bersama kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan memperkirakan satu persen, yakni sebanyak 100 calhaj lebih,” katanya.

 

 

sumber: republika Online

Waspadai Modus Kejahatan

Setelah menganalisis dan terjun langsung ke lapangan, para petugas keamanan jamaah haji Indonesia memiliki kesimpulan sementara adanya beberapa modus kejahatan yang berpotensi menimpa calon jamaah haji di Tanah suci.

Berikut beberapa modus kejahatan tersebut:

* Menipu jamaah dengan menawarkan kambing untuk membayar dam
* Pencurian tas bawaan jamaah yang ditaruh di ujung sajadah atau tempat sujud
* Peminta-minta mengaku sebagai mahasiswa Palestina
* Perempuan bercadar dan menyamar sebagai polisi wanita yang menggeledah jamaah yang hendak masuk masjid
* Menyopet dan menyilet tas saat jamaah berdesak-desakan
* Tawaran dari sesama WNI untuk mengantar jamaah yang tersasar. Ketika tiba di tujuan mereka meminta bayaran
* Mengantisipasi semua kejahatan itu, jamaah diimbau agar tidak banyak membawa uang dan memakai perhiasan yang berlebihan saat pergi masjid. Dan jika berbelanja, sebaiknya pergi berombongan sehingga dapat saling menjaga.

 

Sumber: Pusat Data Republika

Bus Shalawat Siap 24 Jam Mengantar Jemaah Haji Salat ke Masjidil Haram

Bagi pondokan jemaah haji Indonesia yang letaknya lebih dari 1,5 kilometer dari Masjidil Haram, akan disediakan transportasi khusus bernama bus shalawat. Bus itu akan melayani jemaah selama 24 jam, terutama di waktu-waktu salat fardlu.
Pada Minggu (14/8/2016), dilakukan uji coba penggunaan bus shalawat yang akan melayani jemaah. Bus tersebut berasal dari perusahaan Rawahl dan berwarna hijau. Hadir dalam uji coba tersebut, Kabid Transportasi Daker Makkah Subhan Cholid, Kepala Daerah Kerja Makkah Arsyad Hidayat, acting Konjen RI di Jeddah Dicky Yunus, dan staf teknis Perhubungan KJRI Jeddah Nahnudin, serta puluhan petugas transportasi yang akan bertugas di halte-halte bus shlawat.
Total ada 131 petugas yang direkrut dari untuk para petugas transportasi, mereka datang dari petugas Jakarta, mahasiswa Indonesia dari berbagai dan para mukimin di Arab Saudi. Mereka nantinya akan membantu para jemaah di setiap halte, agar bisa pergi dan pulang sesuai tujuannya.
“Pekerjaan kita ringan. Tapi akan berlangsung cukup lama. Jadi jangan jenuh, kalau ada jemaah, dibantu. Insya Allah, pahala membantu orang berhaji akan sama dengan orang yang berhaji,” kata Kepala Bidang Transportasi Daker Makkah, Subhan Cholid, saat memberikan arahan pada para petugas transportasi di terminal Syib Amir.
Tim kemudian berkeliling ke sejumlah halte yang akan dilewati bus shalawat. Mulai dari pemondokan di sektor 6 dan 7 dicek lokasi haltenya. Nanti, di halte-halte tersebut akan ada umbul-umbul dan bendera Indonesia serta Saudi agar mudah dikenali.
Rencananya, akan ada 314 bus shalawat khusus untuk melayani jemaah Indonesia. Bus-bus itu akan dikerahkan secara bertahap sesuai dengan jadwal kedatangan jemaah haji Indonesia. Bus akan mulai beroperasi pada 18 Agustus 2016 ketika jemaah kloter 1 tiba di Makkah.
“Kita akan kerahkan 4 bus nanti pas kloter PDG 01 tiba,” kata Subhan.
Total ada 11 rute bus yang akan dilewati jemaah. Rute tersebut memiliki ciri warna stiker bus tertentu. Berikut daftarnya:
Rute 1: Aziziah Janubiah-Mahbas Jin (biru muda)
Rute 2: Aziziah Syimaliah 1-Mahbas Jin (kuning)
Rute 3: Aziziah Syimaliah 2-Mahbas Jin (merah)
Rute 4: Mahbas jin-Bab Ali (putih)
Rute 6: Stustag Raudhah-Syib Amir (ungu)
Rute 7: Syisyah 1-Syib Amir (hijau)
Rute 8: Syisyah 2-Syib Amir (abu-abu)
Rute 9: Raudhah-Syib Amir (pink)
Rute 10: Bibaan/Jarwal-Rea bakhas/Jiad (hitam)
Rute 11: Misfalah/Nakkasah-Rea bakhas/Jiad (cokelat)
Subhan mengimbau agar para jemaah tidak perlu khawatir ketinggalan bus. Setiap 3-4 menit, bus akan melintas di halte-halte yang sudah ditentukan petugas, terutama pada jam-jam salat fardlu. Jemaah juga diminta bersiap dua-tiga jam sebelum waktu salat untuk berangkat ke Masjidil Haram.
“Kalau waktu salat Dzuhur, silakan bersiap mulai pukul 10.00 waktu sini,” kata Subhan.

Layanan bus shalawat akan dihentikan mulai tanggal 5 Dzulhijjah. Menjelang puncak haji, jemaah bisa ke Masjidil Haram dengan angkutan umum atau istirahat di pondokan untuk mempersiapkan fisik menjelang wukuf di Arafah.

Tidak Melayani Umrah
Yang perlu diperhatikan oleh jemaah, bus shalawat tidak melayani kebutuhan umrah sunah. Bus hanya bisa dipakai oleh jemaah saat umrah wajib, ketika jemaah tiba di Makkah pertama kali.
Lalu, bagaimana bila ada jemaah ingin umrah sunah? Subhan mengatakan, ada sejumlah angkutan yang bisa dipakai untuk mengambil miqat atau tempat niat umrah. Salah satunya adalah angkutan umum di Masjidil Haram yang mengantar ke Tan’im. Tarifnya 2-4 riyal.
“Ada juga untuk rombongan minimal 15 orang mau umrah. Itu biasanya nanti datang ke pondokan-pondokan ada,” tambah Subhan.

(mad/dhn)

 

sumber: Detik.com

Ini Asal Muasal Bus Shalawat yang Dipakai Jamaah Haji

Jamaah Haji Indonesia mungkin sudah tahu keberadaan bus Shalawat yang melayani jamaah yang ingin melakukan shalat di Masjidil Haram. Tapi, tidak banyak yang tahu mengapa bus tersebut diberi nama bus shalawat.

Kepala Bidang Transportasi Daerah Kerja (Daker) Makkah, Subhan Cholid, mengatakan pemberian nama tersebut sesuai dengan fungsinya yakni mengantarkan jamaah untuk shalat. Bentuk jamak dari shalat adalah shalawat.

”Itulah mengapa bus tersebut diberi nama bus shalawat karena fungsinya yang mengantar jamaah untuk shalat di Masjidil Haram,” jelasnya.

Tapi, ada pendapat lain yang mengutarakan tentang asal muasal pemberian nama bus shalawat. Bus tersebut memang mengantarkan jamaah menuju Masjidil Haram, Makkah, untuk melakukan shalat.

Nah, sepanjang perjalanan menunju Masjidil Haram, jamaah haji yang berada di dalam bus tersebut mendendangkan shalawat. ”Itulah mengapa bus tersebut diberi nama bus shalawat,” ujarnya menambahkan.

 

sumber: RepublikaOnline

Jamaah Haji Indonesia Perlu Perhatikan Rute-4 Bus Shalawat

Jamaah haji Indonesia akan dilayani bus Shalawat yang terbagi dalam 10 rute. Dari kesepuluh rute tersebut, ada satu yang perlu mendapat perhatian khusus dari petugas transportasi Daker Makkah yakni Rute-4.

‘’Karena, jamaah kita bersama jamaah dari negara-negara lain akan secara bersama-sama menggunakan bus shalawat,’’ kata Kepala Daker Makkah, Arsyad Hidayat, usai melakukan simulasi rute Bus Shalawat di Syisia, Makkah, Ahad (14/8).

Ada sembilan rute Bus Shalawat, dan bus tersebut hanya melayani jamaah asal Indonesia. Tapi, ada satu yakni Rute-4, bus Shalawat melayani jamaah dari seluruh negara termasuk jamaah Indonesia.

Kepala Bidang Transportasi Daker Makkah, Subhan Cholid, mengatakan Rute-4 diperlakukan seperti itu karena rute tersebut melewati sebuah terowongan.

Pergerakan kendaraan yang melewati terowongan tersebut harus terus berjalan tanpa terhenti semenit pun. ‘’Jadi, misalnya kita punya lima bus dan negara lain punya tiga bus, maka semua bus itu bisa digunakan jamaah dari negara manapun,’’ katanya.

Subhan mengatakan kebijakan itu diperlukan guna menghindari terjadinya kemacetan di terowongan. Misalkan bus jamaah Indonesia yang posisi berada di depan, belum jalan karena busnya belum penuh, sementara bus negara lain di belakangnya sudah penuh, maka yang terjadi adalah bus-bus di belakang bus Indonesia tidak bisa jalan sehingga menimbulkan kemacetan.

‘’Rute Mahbas Jin ke Bab Ali tidak dikhususkan untuk jamaah Indonesia,’’ katanya. ‘’Semua jamaah boleh naik bus Shalawat rute tersebut.’’

Ada 23 pemondokan jamaah Indonesia yang dilewati bus shalawat Rute-4. Sementara, jumlah jamaah Indonesia yang menempati 23 pemondokan tersebut sebanyak 42.773 jamaah. Ada 58 bus shalawat yang dikerahkan untuk melayani rute ini.

 

sumber: Republika Online

Cara Aman Berbelanja di Tanah Suci

Berbelanja oleh-oleh menjadi tradisi bagi para jamaah haji. Banyak pusat perbelanjaan yang dapat didatangi para jamaah haji di sela-sela waktu luangnya beribadah.

Namun, berburu buah tangan di Tanah Suci gampang-gampang susah. Berikut sejumlah tips cara aman berbelanja di Tanah Suci yang dirangkum dari berbagai sumber.

Pertama, buatlah daftar belanjaan. Hal ini penting, khusunya untuk menyesuaikan dengan keuangan anda. Belanjalah barang yang sekiranya tidak dapat anda jumpai di Tanah Air. Anda harus ingat, kapasitas maksimal bagasi masing-masing jamaah haji, yakni 32 kilogram.

Kedua, tukarkan uang anda dengan riyal. Akan lebih mudah dan nyaman jika belanja menggunakan mata uang setempat di Tanah Suci.

Ketiga, datanglah ke pusat oleh-oleh atau perbelanjaan bersama beberapa teman. Seperti, di Makkah, Madinah, Jeddah, pedagang musiman, dan sekitar hotel. Yang perlu diingat, jangan sampai kegiatan belanja mengganggu waktu ibadah anda.

Keempat, berani menawar barang. Ada baiknya, datanglah ke beberapa toko atau gerai sebelum anda memutuskan membeli suatu barang. Hal itu untuk memastikan kisaran harga barang tersebut.

Jangan segan untuk menawar harga. Sebab, tidak jarang banyak pedagang yang mencari untung saat musim haji. Mulailah menawar di bawah 50 persen dari harga yang disebut pedagang.

Jangan takut mengenai bahasa. Anda dapat berkomunikasi dengan bermacam cara, misalnya dengan jari atau kalkulator. Pun tidak sedikit para pedagang yang mengerti bahasa Indonesia. Selain itu, jangan lupa cek ke aslian apakah barang yang akan anda beli.

Kelima, jangan membawa uang banyak saat belanja. Hal ini untuk menghindari kemungkinan pemalakan terhadap jamaah haji. Selain itu, jangan menggunakan perhiasan, pakaian atau riasan yang mencolok.

 

sumber:Jurmal haji Republika