Ini Kiat Agar Jamaah tak Terpisah dari Kelompoknya

Setiap kali musim haji tiba, kerap kali kita mendengar calon jamaah tersasar dari kelompoknya. Nah, untuk menghindari hal tersebut, ada baiknya calon jamaah haji membaca tips dari Pembimbing Haji Travel Maktour Ustaz Faishol:

1. Saat ke Masjid Nabawi, Masjidil Haram, datanglah bersama rombongan.  Usahakan, ada salah satu teman yang sudah berpengalaman, misalnya pernah umrah.

2. Jika ke Masjid Nabawi dan Masjidil Haram atau yang lain, selalu ingat di pintu mana dia masuk, perhatikan nomor pintunya. Jadi, setelah selesai beribadah dapat keluar di pintu yang sama.
3. Selain itu, bagi jamaah gelombang pertama dari Jakarta langsung menuju Madinah untuk langsung umrah di Masjid Bir Ali, harap memperhatikan nomot pintu. Tidak sedikit jamah yang tercecer di masjid itu akibat tidak memperhatikan nomor pintu.
4. Kemudian perhatikan lagi, bus yang mengantarkan jamaah haji.
5. Para jamaah haji diimbau tidak keluar dari lingkungan tenda saat berada di Arafah. Kendati, ingin bersilaturahmi di tenda kerabat, fokus saja mempersiapkan diri saat di Arafah. Banyak orang keluar tenda, akhirnya tidak bisa kembali karena ada jutaan orang di Arafah.
6. Kemudian, saat turun di Musdalifah usahakan bersama-sama jamaah lain.
7. Jangan terlalu jauh meninggalkan rombongan. Kalau ke toilet dengan ketua regu atau rombongan agar lebih terkoordinasi, sehingga ketua rombongan tak merasa kehilangan di mana posisi jamaah berada.
8. Saat melontar jumrah di Akobah, usahakan tetap bersama rombongan. Karena kondisi di sana sangat padat sekali.
Buatlah tempat untuk janjian bertemu setelah selesai melontar jumrah. Ketua rombongan akan mengabsen bersama berapa orang. Berangkat dan pulang bersama
9. Untuk di Masjidil Haram, saat tawaf dan sai, usahakan tetap berkelompok. Usahakan ibu-ibu berada di tengah, sementara bapak-bapak mengelilinginya. Dan selalu ada bagian depan dan belakang.
Bagian depan mengarahkan jalur tawaf, sementara yang belakang mengawasi jamaah. Jadi ritme tawaf harus mengikuti orang yang paling lambat jalannya. Tidak boleh terlalu cepat, harus mengikuti kecepatan orang-orang tua.
Jika sudah tercecer.
1. Cari saja orang Indonesia atau petugas PPIH yang biasa memakai seragam biru bertuliskan Indonesia, datangi saja petugas itu.
2. Kemana pun, usahakan tetap membawa identitas, karena ada nama, nomor maktab, hingga nomor rumah. Sehingga, akan memudahkan petugas untuk mengembalikan atau mengantar.
3. Di Masjidil Haram, banyak petugas yang siaga di depan pintu. Jika ada orang Indonesia yang keluar akan ditanya, apakah ibadahnya sudah lengkap dan di mana akan bertemu dengan rombongan.
4. Bagi jamaah yang kehilangan rombongan, bisa menghubungi maktab atau posko kloter. Sebutkan saja nama dan di mana jamaah haji itu hilang.

Bersiaplah Bila Putaran Tawaf Semakin Panjang

Tanpa terasa renovasi Masjidil Haram yang dimulai pada tahun 90-an akan segera rampung. Masjidil Haram yang beberapa tahun belakangan disesaki bangunan crane, kini terasa semakin lapang. Crane yang pada bulan haji 2015 beberapa diantaranya sempat roboh kini sudah mulai disingkirkan. Pada awal Mei lalu wajah Masjidil Haram terlihat makin segar dan tak begitu ‘kusut’ lagi.

Bahkan, pada bulan Ramadhan lalu bentuk perluasan mataf (pelataran tawaf) sudah bisa dikatakan hampir rampung. Bagian bangunan berbentuk kerucut putih peninggalan Kesultanan Otoman tidak tak banyak terlihat lagi. Satu persatu pilar, atap, dan tembok banguan yang berdiri pada tahun 1920-an dirobohkan.

‘’Rencananya satu sisi tempat mataf pengerjaan pembongkaran memakan waktu satu pekan. Jadi kalau ada delapan sisi, maka proses pembongkaran ini akan selesai dalam waktu dua bulan. Jadi nanti menjelang Ramadhan perluasan tempat tawaf telah rampung dan siap digunakan,’’ kata mantan Kadaker Makkah yang kini menjabat sebagai staf Kantor Urusan Haji (KUH) RI di Arab Saudi, Arsyad Hidayat, di Makkah awal Mei silam.

Saat itu, berbarengan penggusuran bangunan atap berbentuk kubus putih itu, tempat tawaf sementara ‘knock down’ juga ikut dibongkar. Satu persatu besi penyangganya dicopoti. Pagi, siang, malam, ratusan pekerja sibuk melakukan pembongkaran. Pekerjaan hanya berhenti ketika waktu shalat tiba.

Maka hingga saat ini bila melakukan tawaf di lantai dasar atau berada di tempat tawaf yang di seputaran Ka’bah terasa sesak. Ini karena di beberapa sudutnya terpaksa sedikit disekat karena ada proyek pembongkaran itu. Jamaah yang memakai kursi roda pun dilarang keras melakukan tawaf di ‘mataf’. Mereka diminta bertawaf di lantai dua Masjidil Haram yang pembangunannya juga sudah hampir usai itu.

Sebagai akibat kian selesainya perluasan Masjidil Haram, maka bangunan ini pun akan segera semakin luas. Pengerjaan pembangunan masjid baru yang berada di samping belakang Masjidil Haram yang pada bulan Mei llau sudah memasuki masa finishing,  kini dipastikan sudah disambungkan. Saat itu tinggal beberapa pengerjaan fasilitas masjid  yang tengah dilakukan seperti pembuatan jembatan, pemasangan lantai, dan pengerjaan berbagai panel listrik, pendingin udara, dan lainnya.

Bagi jamaah umrah atau jamaah haji yang sehat memang akan segera melihat suasana masjid yang megah dan lapang. Luas lantai tawaf (maaf) menjadi berlipat-lipat luasnya. Suasana berdesakan akan bisa terurai terutama di masa akhir Ramadhan dan puncak haji.

Namun, pihak jamaah yang nanti akan terkena beban berat sebagai imbas perluasan masjid ini adalah jamaah lanjut usia atau yang berhaji menggunakan berkursi roda saat mereka harus melakukan tawaf di lantai dua Masjidil Haram. Jarak tempuh tawafmenjadi sangat panjang. Setiap satu putarannya akan mencapai sekitar  satu kilo meter. Jadi kalau jumlah putaran tawaf mencapai tujuh putaran, maka nanti jamaah lansia dan mengenakan kursi roda tersebut, harus menempuh perjaanan hingga lebih dari tujuh kilo meter.

Tentu saja, setelah tawaf untuk menuntaskan ibadah haji atau umrah sebelum diperbolehkan melakukan ‘tahalul’, para jamaah harus melakukan sa’i. Prosesi untuk mengenang gerak Siti Hajar yang harus berjalan dan berlari kecil sebanyak tujuh kali antara buit Safa dan Marwah ketika kebingungan mencari air, harus membutuhkan tenaga ekstra untuk berjalan. Bila satu jalur jaraknya mencapai 500 m, maka untuk tujuh kali jalan tersebut jamaah pun harus berjalan hingga 3,5 kilo meter.

Alhasil bila ditotal, untuk menyelesaikan prosesi tawaf dan sa’i seorang jamaah haji dan umrah harus menempuh perjalanan sekitar 11 kilo meter. Sebuah jarak yang lumayan jauh.

Untuk menjawab soal berapa lamanya waktu untuk menuntaskan proses ibadah tawaf dan sa’i pada rangkaian ibadah umrah atau haji, maka jawabnya: Relatif…!

Mengapa demikian? Ini karena tergantung dari kemampuan jasmani, kesempatan waktu, suasana kepadatan area  tawaf yang ada di Masjidil Haram. Pada hari ketika tidak ada jamaah umrah (yakni setelah Idul Fitri sampai datangnya rombongan pertama jamaah haji), suasana arena tawaf sangat lenggang. Orang tawaf memang masih tetap ada sepanjang waktu, cuma jumlahnya tak terlalu banyak. Bahkan antrean untuk mencium Hajar Aswad hanya sekitar sepulu orang saja.

Nah, pada saat itu orang yang berada di Masjidil Haram dapat mencium Hajar Aswad sepuasnya. Waktu untuk tawaf pun sangat singkat, tak lebih hanya 10 menit untuk tujuh putaran. Saking longgarnya pada saat itu bisa shalat sunat di Hijir Ismail sepuasnya atau berulangkali.

Tapi suasana ini sontak berbalik ketika jamaah haji sudah mulai berdatangan atau pada bulan-bulan biasa ketika kesempatan umrah dibuka. Area tawaf menjad hiruk-pikuk. Mencium Hajar Aswad dan shalat di Hijir Ismail atau berdoa persis di depan Multazam menjadi barang langka. Nah, dalam suasana padat itu maka tawaf di lantai dua bersama para lansia dan jamaah yang memakai kursi roda jadi pilihan.

Akibatnya, karena memakai area tawaf di lantai dua itu, waktu tawaf menjadi panjang yang awalnya tak lebih dari 10 menit itu. Berangkat dari pengalaman melakukan umrah pada awal Mei ini, bila melakukan tawaf di lantai dua sembari mendorong kursi roda, dan dilakukan pada hari yang padat yakni pada malam Jumat, maka proses tawaf ini tampaknya bisa memakan waktu hingga 3,5 jam. Dan total jendral, bila disertai dengan Sa’i ditambah istirahat serta mengerjaan berbagai shalat sunat, proses ini akan memakan waktu sekitar 5 jam. Ini dijalani dalam suasana hari umrah biasa, bukan pada masa puncak haji atau akhir Ramadhan.

‘’Dengan semakin luasnya area tawaf, maka proses tawaf akan memakan jarak yang lama. Memang kalau memakai tempat tawaf di lantai dua dan sealigus menyelesaikan sa’i maka setiap jamaah harus menempuh perjalanan sepanjang 11 kiometer. Maka para calon jamaah haji harus menyiapkan kebugaran jasmani yang baik. Ingat ibadah haji itu lebih banyak merupakan ibadah fisik,’’ kata Arsyad Hidayat.

 

sumber: Republika Online

Haji Jadi Momen Perenungan Jati Diri

Ali Zawawi, staf khusus Menteri Agama, mengatakan ibadah haji memiliki hakekat yang sangat esensial. Ali menyatakan haji menjadi momen bagi umat Islam untuk memahami hakekatnya sebagai manusia.

“Dengan berdiam diri (wukuf) di Arafah, kita merenung untuk menemukan jatidiri atau hakekat diri kita,’’ kata Ali dalam acara ‘Pembekalan Petugas Media Center Haji 1437H/2016M’ di Kantor Kemenag, Jakarta, Rabu (20/7).

Wukuf di padang Arafah merupakan inti atau puncak dari pelaksanaan ibadah haji. Nabi Muhammad SAW, kata Ali, berpesan wukuf merupakan momen untuk membebaskan diri kita dari atribut-atribut keberhalaan dunia. 

Rasulullah mendeklarasikan hak asasi manusia bahwa setiap manusia sesungguhnya sederajat, tidak ada perbedaan antara orang Arab atau orang berkulit hitam. ‘’Pesan-pesan historis di sana tersebut yang perlu kita renungi,’’ katanya. ‘’Wukuf menjadi momen bagi kita untuk mengingatkan diri kita tentang kematian,’’tambah dia. 

Ali pun mengingatkan para jamaah haji Indonesia jangan sampai lupa memenuhi rukun haji. Jika sampai terlewat satu rukun saja, maka hajinya menjadi tidak sah. Adapun rukun haji yakni ihram, wukuf, tawaf ifadhah, sai, tahalul dan tertib.

Sementara, ibadah haji tetap sah jika tidak melakukan wajib haji. Namun, jamaah haji wajib membayar dam karena tidak melaksanakan wajib haji yakni ihram haji dari miqat, mabit di Muzdhalifah, mabit di Mina, melontar jumrah, menghindari perbuatan yang terlarang dalam keadaan berihram dan tawaf wada’.

Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan oleh jamaah haji adalah syarat haji. Ada lima syarat haji yakni Islam, baligh, berakal sehat, merdeka dan istita’ah (mampu). ‘’Istita’ah di sini mampu secara ekonomi dan fisik,’’ katanya. 

sumber: Republka Online

Menag, Petugas Haji Harus Paham Seluruh Rangkaian Haji

Jakarta (Pinmas) – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menegaskan agar petugas haji harus memahami seluruh rangkaian prosesi haji. Menag tidak ingin petugas haji hanya menguasai bidang tugas di mana ia berada di dalamnya,  tidak hanya penguasaan  tugas di mana pos-pos  atau unit kerja tertentu.

“Saya  ingin dan minta petugas haji juga untuk memahami seluruh rangkaian prosesi haji,  supaya kita tidak seperti Katak dalam tempurung, yang tahu hanya tugasnya sendiri, karena haji  adalah rangkain panjang,  pekerjaan sistemik, tidak parsial, sehingga harus memahami secara komprehensif,” demikian ditegaskan Menag saat memberikan arahan pada kegiatan Pengukuhan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi/Debarkasi Jakarta Bekasi 1437H/2016M, Pengukuhan Pengurus Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Jawa Barat, Meal Test Penerbangan Haji dan Pemantapan Petugas Kloter Provinsi Jawa Barat di Asrama Haji Bekasi, Selasa (19/7).

Menag mengilustrasikan seperti dalam permainan sepak bola, masing-masing (pemain) tahu desain strategi permainan itu. Semua anggota tim memahami betul, meski fungsinya beda, tapi tujuan (goal) nya tahu.

“Dengan 370 petugas haji (Jabar), tentu memerlukan koordinasi, dan penguasaan bagaimana prosesi haji ini berlangsung,” ujar Menag.

Hadir dalam acara tersebut Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Wakil Walikota Ahmad Syaikhu, Kakanwil Kemenag Jabar A. Bukhori, Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Ahda Barori.

Dikatakan Menag, petugas haji itu, dalam persepsi jamaah, adalah seseorang yang  dipastikan mengerti persoalan tentang haji, itu yang ada dalam pikiran jamaah. Menurutnya, petugas haji adalah narasumber dan tempat rujukan jamaah untuk menjelaskan hal ikhwal terkait haji.

“Kita harus memahami betul persoalan haji,  setidaknya  untuk sendiri paham, sehingga bila ada jamaah yang bertanya bisa memberikan jawaban yang baik. Jangan sampai mengecewakan jamaah karena ketidaktahuan kita,” tandas Menag.

Selain harus memberikan memberikan yang terbaik bagi jamaah, juga harus mengetahui persolan haji. Menag menekankan, bahwa petugas haji  juga adalah duta bangsa.

“Setiap kita, di setiap seragam ada identitas nama bangsa, ada bendera merah putih. Walhasil, di Tanah Suci  nanti, dunia melihat bahwa kita adalah petugas haji Indonesia, yang membawa nama besar Indonesia, duta bangsa di negara orang,” tutur Menag.

“Jadilah duta bangsa yang baik, jagalah dalam bertindak, bertutur kata, di negara dengan budaya, norma dan tradisi yang berbeda dengan kita. Saya ingin tekankan, sebagai petugas harus menjadi acuan bagi jamaah haji kita dalam hal membawa nama baik bangsa,” ujar Menag.(dm/dm).

 

sumber: Portal Kemenag RI

BPIH Turun, Kemenag Pastikan Berikan Pelayanan Terbaik

Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kementerian Agama RI Abdul Jamil mengatakan pihaknya berupaya pelayanan penyelenggaraan haji tahun ini lebih maksimal meskipun Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) turun.

Pelayanan tersebut, kata dia, misalnya dalam hal pembenahan embarkasi penuh di 12 lokasi, serta embarkasi antara seperti halnya di Gorontalo. “Kami memberi pelatihan kepada petugas di embarkasi untuk melayani jamaah dalam kloter nanti. Mereka harus dibekali hal-hal penting dalam melayani para calon haji,” ujarnya di Gorontalo, Senin (30/5).

Menurut dia, petugas harus melayani kebutuhan jamaah, termasuk membimbing dan memberi perlindungan kepada jamaah.
Selain itu, Kemenag telah menyewa 119 hotel di Mekkah yang sudah siap menampung jamaah Indonesia.

Penyewaan hotel juga dilakukan di Madinah, yang jaraknya tidak lebih dari 650 meter dari hotel ke Masjid Nabawi. “Dengan memilih hotel yang jaraknya dekat, jamaah bisa jalan kaki ke masjid,” ucap dia.

Peningkatan pelayanan juga diberikan dalam hal transportasi, dengan menggunakan bus yang lebih besar, lebih dingin dan bagasinya lebih luas dibandingkan bus yang dipakai 2015. Sementara untuk katering makanan jamaah haji di Madinah, Kemenag menyiapkan makanan dengan menu masakan Indonesia.

“Di Madinah jamaah akan diberikan dua kali yakni makan pagi dan malam, serta snack. Sedangkan di Mekkah akan mendapatkan makanan sebanyak 24 kali, tahun lalu hanya 15 kali,” kata dia menjelaskan.

Ia meyakinkan, penurunan BPIH sebanyak 132 dolar AS dibanding tahun sebelumnya tidak akan menurunkan kualitas pelayanan haji. Kuota yang diberikan pemerintah Arab Saudi untuk Indonesia pada 2016 adalah 168.800 orang, yang dibagi dua yakni 155.200 jamaah untuk haji reguler dan 13.600 jamaah untuk haji khusus.

 

 

BPIH dalam Rupiah Dinilai Untungkan Jamaah

Pelunasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) tahap pertama sudah dimulai Kamis (19/5). Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pelunasan BPIH tahun ini menggunakan mata uang rupiah, bukan lagi dolar AS.

Kepala Cabang Pembantu BNI Syariah, Tebet, Jakarta Selatan, Rachmat Basuki menilai, penggunaan mata uang rupiah dalam pelunasan BPIH menguntungkan calon jamaah haji (calhaj). “Lebih nyaman kurs rupiah karena ada angka kepastian,” ujar Rachmat yang ikut memantau pelunasan BPIH di BNI Syariah, Tebet, Kamis (19/5).

Pada musim-musim haji sebelumnya ketika pelunasan BPIH menggunakan dolar AS, jelas dia, banyak calhaj yang menunggu kurs dolar AS turun sebelum melunasi BPIH.

Hal senada dikatakan Pengganti Sementara General Operational Manager Kantor Cabang BNI Syariah Bendungan Hilir, Retno. Menurut dia, penggunaan mata uang rupiah dalam pelunasan BPIH  memudahkan pelayanan. Jamaah pun mendapat kepastian angka pelunasan.

Berkat penggunaan rupiah, lanjut Retno, calhaj tidak lagi harus menunggu pukul 10.00 WIB untuk melunasi BPIH seperti terjadi tahun-tahun sebelumnya. Kala itu, calhaj memilih menanti perkembangan harga kurs dolar AS terlebih dahulu sebelum melunasi BPIH. “Tahun ini mulai jam delapan sudah bisa langsung bayar,” katanya menerangkan.

Pantauan Republika di sejumlah bank penerima setoran (BPS) BPIH, suasana pelunasan tahap pertama masih relatif sepi. Belum banyak calhaj yang melunasi BPIH. Di Bank Muamalat Cabang Matraman, Jakarta, misalnya, belum ada satupun calhaj yang melakukan pelunasan.

Begitu pula di Kantor Cabang Pembantu (KCP) BNI Syariah Tebet. “Kalau di sini ada dua orang yang masuk list tahun ini,” ujar Customer Service KCP BNI Syariah Tebet Hanita Annisa.

Di KCP BRI Syariah Tebet Timur juga belum banyak yang melunasi BPIH pada hari pertama. Sedangkan di Kantor Cabang BNI Syariah Bendungan Hilir, baru enam calhaj yang melakukan pelunasan.

Menurut Pengganti Sementara General Operational Manager Kantor Cabang BNI Syariah Bendungan Hilir, Retno, masih sedikitnya calhaj yang melunasi BPIH karena masa pelunasan baru memasuki hari pertama. “Pelunasan juga dilakukan di delapan cabang pembantu,” katanya.

Pelunasan BPIH tahap pertama akan berlangsung hingga 10 Juni mendatang. Besaran BPIH berbeda-beda tiap embarkasi. Untuk Embarkasi DKI Jakarta, BPIH mencapai Rp 34.127.046. Selain DKI Jakarta, terdapat 11 embarkasi lainnya dengan besaran BPIH berbeda-beda. Embarkasi Aceh sebesar Rp 31.117.461, Medan Rp 31.672.827, dan Batam Rp 32.113.606.

Kemudian Embarkasi Padang sebesar Rp 32.519.099, Palembang Rp 32.537.702, Solo Rp 34.841.414, Surabaya Rp 34.941.414, Banjarmasin Rp 37.583.508, Balikpapan Rp 37.583.508, Makassar Rp 38.905.808, dan Lombok Rp 37.728.961.

 

 

sumber: Republika Online

Kemenag Percepat Pengumuman Calhaj Berangkat 2016

Kementerian Agama mempercepat pengumuman nama calon jamaah haji yang akan berangkat pada musim haji tahun 2016. Ini dilakukan guna mengantisipasi adanya keterlambatan visa jamaah.

Direktur Urusan Haji dalam negeri Kementerian Agama, Ahda Barori mengatakan, rencananya pengumuman nama calon jamaah haji yang akan berangkat dilakukan Januari mendatang.

“Kita melakukan persiapan lebih awal. Terbukti dari evaluasi ini kita lakukan seminggu setelah kepulangan jamaah. Hasil dari evluasi ini akan membuat pedoman untuk bisa mempercepat persiapan haji yang akan datang. Termasuk penertiban passpor jamaah,” ujar Ahda Barori saat ditemui di acara rakernas evaluasi haji 2015 di hotel Mercure Ancol Jakarta, Rabu (4/11).

Ia menjelaskan, kementerian agama juga akan segera mengurus paket layanan yang harus dipenuhi dari pemerintah Arab Saudi untuk selanjutnya dilakukan proses passpor dan pemvisaan. Setelah itu baru akan merapihkan kloter calon jamaah.

Hal serupa disampailan oleh Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kementerian Agama, Abdul Djamil. Ia mengatakan setelah menyusun paket layanan dari pemerintah Arab Saudi, kementerian agama akan menyelesaikan proses pemvisaan seluruh jamaah.

Baru kemudian membagi kloter jamaah. Jangan sampai calon jamaah yang berangkat kloter awal tetapi visanya belum jadi. Atau justru calon jamaah yang berangkat kloter terakhir visanya sudah diurus.

“Kalau visa udah jadi semua kan urus kloter gampang. Tapu itu nanti akan kita follow up rumusan atau pembicaraan yang bersifat teknis dengan tim,” katanya.

 

sumber:Republika Online

Masalah Haji Ini Kompleks

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Abdul Djamil menghadiri Focus Group Discussion (FGD) untuk membahas pembukaan program studi atau fakultas haji dan umrah di IAIN Bengkulu, Jumat (8/4). Dalam FGD tersebut Djamil memberikan informasi terkait komponen-komponen yang dibahas dalam haji.

“Kami berharap dapat memberikan informasi mengenai haji agar gagasan untuk mengangkat persoalan haji dan umrah sebagai satu bidang kajian seperti yang diajukan Rektorat IAIN Bengkulu,” jelas dia di Kantor Rektorat IAIN Bengkulu, Jumat (8/4).

Djamil menyarankan agar haji ini tidak berada di bawah Fakultas Dakwah, karena haji tidak hanya membahas masalah fikih dan dakwah saja, tetapi di dalamnya terdapat manajemen, keuangan, dan banyak masalah lainnya. Beberapa kendala yang dapat dijadikan pembahasan dalam mata kuliah di antaranya kasus hukum mabit di Mina.

Beberapa tahun terakhir Mina tak lagi menampung seluruh jamaah haji dunia, maka ada jamaah beberapa negara yang ditempatkan di Mina Jadid, termasuk 20 ribu jamaah haji Indonesia. Aturan hukum fikih soal mabit di luar Mina ini dapat dibahas lebih jauh oleh kajian ilmiah untuk membantu menemukan solusi.

“Masalah haji ini sangat kompleks, berdasarkan perspektif akademik betapa luasnya problem masalah haji yang layak dijadikan objek studi,” jelas dia. Masalah lain adalah mengularnya masa tunggu haji.

Saat ini masa tunggu haji sudah mencapai 24 tahun seperti yang terjadi di Sulawesi Selatan menyusul Kalimantan Selatan dengan masa tunggu 22 tahun. Ini berkaitan dengan usia pendaftar, yang saat ini tak ada batas maksimal usia pendaftaran.

Kemenag memberikan solusi bagi mereka yang lanjut usia diatas 75 tahun dapat didahulukan, asalkan mendaftar minimal 2 tahun sebelumnya. Namun, banyak yang mendaftar berada di usia 50 tahun keatas, karena logikanya mereka telah siap secara materil.

 

sumber:Republika Online

Raja Salman Undang Keluarga Korban Crane Tunaikan Ibadah Haji

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH — Khadimul Haramain, Penjaga Dua Masjid Suci, Raja Salman Bin Abdul Aziz mengeluarkan perintah untuk melakukan pembayaran uang santunan kepada keluarga korban peristiwa crane yang jatuh di Masjidil Haram.

Raja Salman bin Abdul Aziz juga menjamin dua anggota keluarga dari korban tewas pada peristiwa tersebut, untuk melaksanakan ibadah haji tahun depan sebagai tamu raja.

“Bagi korban luka-luka yang tidak dapat melakukan haji tahun ini, maka dapat melakukan ibadah haji tahun depan sebagai tamu raja,” demikian keterangan resmi Istana Kerajaan Arab Saudi.

Keluarga korban yang mendampingi perawatan di rumah sakit, jelas keterangan lebih lanjut, akan diberikan visa kunjungan selama sisa jangka waktu haji dan kembali ke negara mereka.

Dilansir dari Saudi Press Agency (SPA) pemberian santunan Raja Salman kepada koban sebagai berikut: pertama, 1 juta Riyal atau Rp 3.8 Miliar untuk korban tewas dalam kecelakaan.

Kedua, 1 juta Riyal atau Rp 3.8 Miliar untuk korban cedera yang mengakibatkan cacat permanen. ketiga, 500 ribu Riyal atau Rp 1.9 Miliar untuk korban luka-luka.

Redaktur : Damanhuri Zuhri
Reporter : c07