Khutbah Wukuf Ajak Kerukunan dalam Keberagaman

Khutbah untuk amalan wukuf jamaah calon haji di Padang Arafah menyampaikan sejumlah pesan. Salah satunya mengenai kerukunan dalam keberagaman sebagaimana pesan pokok prosesi berdiam diri di kawasan Armuzna itu.

“Ada tiga tema pokok dalam haji yaitu menahan hawa nafsu, menghindari kemaksiatan dan membina kerukunan,” kata penceramah Wukuf Arafah KH Yahya Cholil Staquf di Arafah, Senin (20/8).

Tema pokok itu merupakan buah dari kesadaran moral dan nalar. “Nukan karena dorongan hasrat dan emosi,” kata Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu.

Menurut Naib Amirul Hajj tersebut, dalam berihram, saat wukuf setiap calon haji akan menanggalkan segala status sosial dan kehidupan dunianya untuk sementara.

Tidak ada lagi perbedaan status dan semua ada dalam kesetaraan. Di masa kini, dia mengatakan umat manusia berada dalam pertentangan karena perbedaan. Parahnya, hal itu justru menjadi akar dari terjadinya permusuhan antarsesama.

“Jika keadaan ini diteruskan maka Indonesia tidak akan bertahan sebagai bangsa,” kata dia.

Untuk itu, dia mendorong jamaah haji Indonesia untuk selalu mengedepankan cinta kasih atau “rahmah” untuk bisa merajut kerukunan meski berbeda satu sama lain.

“Bangsa Indonesia dan seluruh umat manusia membutuhkan rekonsiliasi. Rekonsiliasi bangsa dan peradaban. Dan jika kita mencari titik tolak untuk rekonsiliasi, itu adalah ‘rahmah’,” katanya.

 

REPUBLIKA

Kisah Jamaah Saat Badai di Arafah

ARAFAH — Angin kencang disertai hujan yang mendera Arafah pada Ahad (19/8) malam sempat membuat risau jamaah di tenda-tenda jamaah haji Indonesia. Kendati demikian, pada Senin (20/8) pagi menjelang pelaksanaan wukuf, jamaah mengatakan sudah tenang.

Rustam (65 tahun) menuturkan, begitu angin kencang dan hujan melanda, ia sempat keluar tenda untuk berlindung di bawah pohon. Namun, seturut angin yang kian kencang, pohon tempatnya berlindung bergoyang hebat.

“Takut saya, Pak. Nanti kalau roboh bisa-bisa saya yang kena dam,” kata warga Samarinda itu saat ditemui di Maktab 21, Arafah.

Jamaah yang telah berihram memang dilarang mencabut tumbuh-tumbuhan. Ia kemudian masuk lagi ke dalam tenda dan bergabung dengan jamaah lainnya.

Di dalam tenda, kata Zainal Abidin (40), jamaah yang setenda dengan Rustam, jamaah berzikir dan membaca talbiyah. “Kami baca keras-keras sampai akhirnya berhenti. Alhamdulillah, semua selamat,” kata dia.

Hingga angin kencang selesai, tenda itu hanya robek sedikit di bagian bawah. Seperti seluruh tenda jamaah lainnya, ia masih berdiri tegak.

Angin kencang dan hujan yang melanda Arafah berhenti sekitar pukul 20.30 waktu setempat. Listrik yang sempat padam menyala lagi sekitar sejam setelah angin reda.

Ada sejumlah tenda yang roboh, tetapi seluruhnya tenda logistik. Kendati demikian, sejumlah jamaah dari Kloter 79 Surabaya yang tinggal di Maktab 52 sempat dievakuasi sementara ke tenda Kloter 53 Jakarta-Pondok Gede akibat tenda yang sempat doyong.

Kasatgas Arafah Arsyad Hidayat menyatakan, tak ada korban jiwa akibat angin kencang semalam. Tenda-tenda yang roboh juga telah didirikan kembali. “Alhamdulillah, tenda-tenda kita masih kuat,” kata dia, Senin (20/8) pagi.

Pagi itu, jamaah sudah tampak beraktivitas menjelang wukuf. Sebagian mereka tampak sarapan, lainnya duduk-duduk di luar tenda. Sebagian lainnya menyibukkan diri dengan membaca Alquran dan berzikir.

Badan Meteorologi Arab Saudi mencatat kecepatan angin semalam berkecepatan sekitar 37 kilometer per jam. Selain di Arafah, angin kencang dan hujan juga terjadi di wilayah Makkah dan Mina. Badan Meteorologi juga memperkirakan kemungkinan terjadinya banjir di Makkah.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, angin kencang juga sempat menunda dibagikannya katering pada jamaah. “Jadi, ini bukan karena katering-nya tidak ada, tapi dihentikan dulu karena cuaca,” kata Lukman.

Menurutnya, ia sempat menyaksikan ada tenda yang roboh semalam. Kendati demikian, tak ada jamaah di dalam tenda tersebut. “Tampaknya, memang tenda itu bukan buat jamaah,” ujar Amirul Haj tersebut.

 

REPUBLIKA

Panitia Safariwukufkan 125 Jemaah Haji

Makkah (PHU)—Tak seluruh jemaah haji yang berada di Tanah Suci bisa melaksanakan wukuf di Arafah Senin (20/8) nanti. Sedikitnya 125 jemaah akan disafariwukufkan karena harus masih menderita sakit kambuhan dan mengalami demensia.

Jumlah itu dihimpun hingga Jumat (17/8) sore. “Namun angka tersebut bisa saja berubah, karena bisa saja ada yang wafat maupun ada tambahan dari jemaah yang sakit,” kata Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Nizar di Kantor Daker Makkah, Sabtu (18/8) malam.

Nizar menjelaskan jemaah yang mengalami demensia atau disorientasi akan disafariwukufkan, dengan kawalan ketat petugas haji. Menurut dia, jemaah yang mengalami disorientasi tidak dibadalhajikan karena masih bisa dibawa ke Arafah.

Ia mengingatkan wukuf merupakan esensi haji sehingga sebisa mungkin jemaah dihadirkan di Arafah. Selain itu, para jemaah yang mengalami demensia atau disorientasi di Tanah Suci terkadang langsung sembuh begitu tiba di Tanah Air.

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi memutuskan pukul 07.00 waktu setempat pada Ahad (19/8) merupakan batas akhir penentuan jumlah jemaah yang perlu disafariwukufkan.

Menurut Nizar, pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Pusat Kesehatan Haji sempat berpendapat bahwa jemaah yang mengalami disorientasi sebaiknya dibadalhajikan. “Tapi dalam rapat kemarin kita sepakati disafariwukufkan dengan catatan dikawal ketat agar tidak membahayakan orang lain,” kata Nizar.

Jemaah yang bisa disafariwukufkan yakni mereka yang apabila digerakkan tidak membahayakan jiwanya. Selain itu juga mereka yang tidak tergantung dengan alat yang tidak bisa dipindahkan.

Bagi jemaah yang mengalami sakit parah dan berergantung pada alat yang sifatnya tidak bisa dipindahkan ke tempat lain, akan dibadalhajikan. Jemaah lain yang dibadalhajikan yakni yang wafat di Tanah Suci. Jamaah ghaib yakni yang tidak diketahui keberadaannya ketika dilakukan pendataan terakhir juga akan dibadalhajikan.

Untuk kepentingan safari wukuf, PPIH Arab Saudi telah menyiapkan bus sebanyak 10 unit. Jemaah yang disafariwukufkan akan berbaring jika tak bisa duduk di bus-bus tersebut.

“Kapasitas busnya pun berbeda, bus untuk jemaah yang bisa duduk akan muat lebih banyak. Tapi kalau bus yang diisi jemaah yang harus terbaring maksimal 12 jemaah,” kata Nizar.

Sebelumnya, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Eka Jusup Singka menyebutkan, kriteria safari wukuf adalah jemaah masih memiliki kesadaran baik, bisa dipindah tanpa merusak fungsi organ tubuh, penyakitnya tidak menular, pernapasan baik, dan tak dalam krisis hipertensi. (mch/ab).

Tempat Berdo’a Paling Mustajab di Makkah

Keistimewaan Berdoa di Makkah 
Umroh dan haji merupakan ibadah istimewa. Ketika berdoa di baitullah saat melaksanakan rangkaian ritual haji dan umroh para jamaah selalu menyempatkan berdoa di tempat berdoa paling mustajab di Makkah. Tak jarang sanak saudara dan tetangga menitipkan doa kepada mereka yang berangkat haji atau umroh dengan keyakinan doa tersebut akan segera dikabulkan.

Keistimewaan umroh dan haji ini tertera dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Majah yang intinya menyatakan janji Allah bahwa Ia akan mengabulkan doa, memberikan apa yang diminta jika doa tersebut dipanjatkan saat melaksanakan ibadah haji dan umroh.

Tempat Berdoa Paling Mustajab di Makkah
Di Madinah tempat berdoa paling mustajab adalah Raudhoh. Di Makkah terdapat beberapa tempat berdoa paling mustajab yaitu:

1. Multazam
Multazam adalah tempat yang berada di antara Hajar Aswad dan pintu Kabah. Tempat ini diyakini oleh para ulama dari berbagai mazhab sebagai tempat paling mustajab untuk berdoa. Keyakinan ini berdasar pada hadits riwayat sahabat Abdullan Bin Abbas yang diriwayatkan dalam hadits riwayat Ahmad “Multazam adalah tempat dikabulkannya doa. Tak ada satu pun doa seorang hamba di Multazam kecuali akan dikabulkan” Maka setiap kali umroh dan berhaji para jamaah berdesakan di Multazam dengan harapan akan dikabulkan.

2. Hijir Ismail
Hijir Ismail merupakan tempat favorit kedua untuk berdoa. Seringkali jamaah harus berdesakan demi mendirikan sholat sunnah dan berdoa di Hijir Ismail. Dahulu Hijir Ismail adalah bagian dari Kabah. Sholat di Hijir Ismail sama dengan sholat di dalam Kabah. Namun ada baiknya ketika menunaikan sholat di Hijir Ismail menghadapnya tetap ke arah Kabah sebab tidak semua orang paham bahwa Hijir Ismail pernah menjadi bagian dari Kabah sehingga diperbolehkan menjadi arah sholat.

3. Talang Emas (di bawah pancuran)
Di area Hijir Ismail ada sebuah tempat yang pernah digunakan sebagai tempat tinggal Hajar dan Ismail. Tempat ini kini ditandai dengan sebuah pancuran yang terbuat dari emas. Di bawah pancuran talang emas terutama ketika turun hujan para jamaah haji dan umroh berebut untuk berdoa dengan keyakinan cepat dikabulkan

4. Di belakang maqom Ibrahim
Para jamaah umroh dan haji biasa berdoa di bagian belakang maqom Ibrahim setelah melaksanakan thawaf. Maqom Ibrahim bukan makam atau kuburan namun merupakan tempat nabi Ibrahim pernah berdiam.

5. Saat mengerjakan sai
Sai merupakan rangkaian ibadah umroh dan haji. Saat mengerjakan sai diyakini doa-doa lebih mustajabah. Maka salah satu tempat berdoa paling mustajab di Makkah adalah tempat saat melakukan ibadah sai. Sai memang bukan bagian dari masjidil Haram. Sejarah Sai merupakan contoh perjuangan demi melindungi keluarga. Sai meneladani perjuangan Hajar dalam mencari air demi Ismail kecil yang menangis kehausan. Sai adalah perjuangan.

Hajar berlari-lari hingga tujuh kali bolak-balik antara bukit Shofa dan Marwah. Perjuangan Hajar tanpa berkeluh kesah dan tetap berharap ridho Allah. Maka perjuangan inilah yang menjadi tauladan bagi para jamaah umroh dan haji untuk tak mengenal lelah ketika harus beribadah. Sama seperti keyakinan Hajar para jamaah haji dan umroh juga berkeyakinan bahwa doa-doa yang dilantunkan selama berlari-lari kecil ketika sai akan dikabulkan Allah.

6. Di bukit Shafa
Bukit Shafa merupakan tempat dimulainya ibadah Sai. Sebelum ritual Sai dimulai para jamaah umroh dan haji para jamaah biasa berdoa di bukit Shafa. Jika ada tempat paling mustajab untuk berdoa yang berada di luar wilayah Masjidil Haram maka bukit Shafa lah tempatnya.

7. Di Bukit Marwah
Marwah adalah lokasi Sai berakhir. Di bukit Marwah saat putaran terakhir Sai para jamaah akan bertahallul atau memotong rambut. Seperti halnya bukit Shofa dan lokasi tempat berlari-lari kecil Sai, bukit Marwah adalah tempat yang mustajab untuk berdoa.

Tempat-tempat berdoa paling mustajab di Makkah menjadi favorit para jamaah haji dan umroh untuk berdoa. Namun bukan berarti di luar lokasi tersebut doa-doa tidak dikabulkan Allah. Adalah kewajiban setiap makhlukNya sebagai orang beriman untuk senantiasa bertawakal setelah ikhtiar. Ketika berdoa di tempat-tempat tersebut pun harus disertai perasaaan harap-harap cemas doa dikabulkan. Tempat berdoa paling mustajab tersebut diyakini mempermudah doa diijabah Allah berdasarkan tauladan dari Rasulullah dan para tabiin.

Namun hendaknya ketika berdoa tidak perlu merugikan orang lain dengan berdesakan dan saling mendorong agar tidak timbul kericuhan. Terkabulnya doa merupakan hak Allah sepenuhnya. Otoritas yang tidak bisa ditawar. Jangan sampai bersuudzon, mencela Allah apabila doa yang dilantunkan di tempat-tempat mustajabah ternyata tak kunjung dikabulkan. Karena doa yang tak dikabulkan bisa saja diganti menjadi sesuatu yang lebih baik atau akan diberikan kebaikan di akherat sebagai pengganti doa di dunia.

Di Mana Doa Paling Mustajab di Hijir Ismail?

Bagi umat Muslim, nama Hijir Ismail tidak asing lagi. Hijir Ismail adalah bagian  dari kabah (kira-kira 3 meter). Oleh sebab itu tidak sah thawaf seseorang jika hanya mengelilingi Ka’bah tanpa mengelilingi Hijir Ismail.

Walau posisinya di luar Ka’bah, Hijir Ismail masih merupakan bagan dari ka’bah. Di dalam Hijir Ismail yang kecil itulah orang berebutan masuk, shalat dan berdoa meminta apa saja sesuai dengan hajat masing-masing. Konon do’a yang paling mustajab di Hijir Ismail dilakukan di bawah talang air.

Setengah lingkaran Hijir Ismail membentang sepanjang 21,57 meter. Garis tengah dari Rukun Hajar Iraqi dan Rukun Syami 11,94 meter, dan dari dinding Ka’bah ke bagian dinding dalam 8,42 meter. Lebar kedua sisi pintunya 2,29 meter, panjang dari pintu ke pintu 8,77 meter. Di dalam Hijir Ismail yang kecil itulah orang berebutan masuk, shalat dan berdoa meminta apa saja sesuai dengan hajat masing-masing. Konon do’a yang paling mustajab di Hijir Ismail dilakukan di bawah talang air.

Sejak fisik bangunannya terpisah dari Ka’bah, Hijir Ismail mengalami perbaikan. Dan orang yang pertama kali memperbaiki Hijir Ismail dengan memasang marmer pada pilar Hijir adalah Abu Ja’far Manshur, khalifah Bani Abbasiah, pada 140 Hijriyah. Demikian seterusnya Hijir Ismail mengalami pembaharuan dari tahun ke tahun sampai sekarang ini.

Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail telah membangun Ka’bah secara sempurna termasuk di dalamnya Hijir ini. Kemudian dinding Ka’bah sempat roboh akibat bekas kebakaran dan banjir yang menerjangnya. Kemudian pada tahun 606 Masehi, kaum Quraisy merobohkan sisa dinding Ka’bah lalu merenovasi kembali.

Akan tetapi, karena kekurang dana yang halal untuk menyempurnakan pembangunan sesuai pondasi yang dibangun Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, akhirnya mereka mengeluarkan bagian bangunan Hijir dan sebagai gantinya mereka membangun dinding pendek, sebagai tanda bahwa ia termasuk di dalam Ka’bah.

Hal ini dilakukan karena mereka telah memberikan syarat pada diri mereka sendiri untuk tidak akan menggunakan dana untuk pembangunan Ka’bah kecuali dari dana yang halal. Mereka tidak menerima biaya dari hasil pelacuran, tidak juga jual beli riba dan tidak juga dana dari menzalimi seseorang.

Hijir Ismail terletak disebelah utara Ka’bah, dilingkari oleh tembok lebar (Al-Hathimu). Hijir Ismail setiap saat dipenuhi hamba-hamba Allah, terutama ketika musim haji. Di tempat ini jamaah haji melakukan shalat, berdoa dan sebagainya.

Tempat ini sama mulianya dengan di dalam Ka’bah. Diriwayatkan bahwa pada suatu hari Siti Aisyah ingin sekali memasuki Ka’bah dan beribadah di dalamnya, lalu Rasulullah SAW memerintahkan masuk Hijir Ismail saja dan tidak ke dalam Ka’bah, sebab shalat atau beribadah di Hijir Ismail sama dengan di dalam Ka’bah.

 

REPUBLIKA

Muasassah Berikan Jemaah Haji Batu Kerikil Untuk Lontar Jumrah

Makkah (PHU)—Puncak prosesi ibadah haji tinggal menunggu hari, persiapan demi persiapan sudah dilakukan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi terutama persiapan di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina).

Terobosan-terobosan baru demi melayani dan memudahkan jemaah terus dilakukan saat jemaah berada di Armina. Khsusunya di Arafah terobosan baru tersebut antara lain penambahan urinoir, penggunaan lampu LED saat wukuf, penyediaan sabun pencuci tangan dan penambahan toilet portable.

Untuk di Muzdalifah, ada beberapa terobosan baru yang dapat dirasakan jemaah haji antara lain, penyediaan karpet sebagai alas duduk jemaah, tahun lalu jemaah haji Indonesia hanya diberikan karpet 50%, tahun ini Muasassah akan menjanjikan seluruh jemaah akan diberikan karpet sebagai alas duduknya saat berada di Muzdalifah.

“Kalau tahun yang lalu ada alas untuk duduk jemaah yaitu karpet, tahun lalu masih 50% tahun ini muasassah menjanjikan akan seluruhnya akan diberi alas karpet,” kata Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis beberapa waktu lalu.

Terobosan selanjutnya adalah tahun ini Muasassah akan memberikan satu bungkus batu kerikil kepada jemaah untuk lontar jumrah, jadi jemaah kini tidak perlu lagi memungut, mengumpulkan lalu membawanya batu dari Muzdalifah.

“Jemaah haji akan diberikan batu kerikil untuk melaksanakan lontar jumrah, sehingga kini jemaah tidak perlu lagi memungut, mengumpulkan lalu membawa batu, kerena setiap jemaah akan diberikan satu bungkus batu saat di Muzdalifah,” kata Sri Ilham.(mch/ha)

 

KEMENAG RI

Bekal Kurma dan Air Zamzam Saat Beraktivitas

Agar kesehatan tubuh tetap terjaga selama beribadah haji, para jamaah dianjurkan untuk membawa bekal kurma saat beraktivitas. Selain itu, rajin-rajin pula meminum air zamzam, agar terhindar dari dehidrasi.

Air zamzam yang penuh berkah dapat memenuhi kebutuhan cairan tubuh, sedangkan kurma, memiliki manfaat yang sangat luar biasa karena dapat memenuhi kebutuhan gizi dan kalori. Kendati manis, kurma tidak membahayakan jamaah haji yang sedang menderita kencing manis.

Persiapan kurma dan air zamzam perlu diperhatikan, lantaran jamaah membutuhkan asupan untuk menghadapi situasi berbeda, sehingga mereka berpeluang mengalami kelemasan dan kelemahan. Untuk memudahkan, jamaah harus sering meminum air zamzam setiap kali beribadah ke Masjidil Haram atau Masjid Nabawi.

Bila perlu, Anda juga dapat mempersiapkan botol khusus untuk menampung air zamzam, sehingga dapat dikonsumsi sewaktu-waktu. Upaya memenuhi kebutuhan cairan tubuh ini terbilang krusial, terutama saat musim haji kali ini yang diprediksi akan diterpa suhu panas yang cukup ekstrem.

 

REPUBLIKA

Maktab Siapkan Batu Lempar Jumrah untuk Jamaah Indonesia

MAKKAH — Amirul Hajj Lukman Hakim Saifuddin mengatakan batu untuk amalan melempar batu atau jamrah sudah disediakan unit pengelola fasilitas jamaah dari Arab Saudi (maktab). Jamaah haji tidak perlu mencarinya secara swadaya.

“Batu kami carikan demi keselamatan jamaah,” kata Lukman usai meninjau kawasan Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina), Kamis (16/8).

Dia mengatakan jika batu jamrah tidak disediakan maktab, maka jamaah sudah tentu mencari sendiri. Dengan begitu, saat tahapan haji memasuki fase menginap sementara (mabit) di Muzdalifah jamaah akan berkeliling mencari batu.

Pada proses pencarian itu, kata dia, jamaah kadang lupa dengan keselamatannya sendiri saat harus menyeberang jalan raya. Lalu lintas di Saudi menggunakan sistem lajur kanan yang berbeda dengan di Indonesia.

Di Indonesia, kata dia, menggunakan sistem lajur kiri karena umumnya mobil menggunakan setir kanan. “Beda kiri kanan jalan ini beda, sehingga bahaya,” kata dia.

Perbedaan lajur jalan raya membuat orang Indonesia terkadang gagap saat menyeberang jalan di Saudi. Dalam beberapa kasus, terdapat jamaah yang mengalami kecelakaan tertabrak kendaraan. Selain itu, mobil di Saudi umumnya dipacu kencang oleh pengemudinya.

“Sehingga maktab cari kerikil untuk jamaah daripada malah membahayakan keselamatan,” katanya.

Selain alasan itu, Lukman mengatakan jamaah bisa fokus untuk amalan haji lainnya jika batu untuk jamrah sudah dicarikan oleh maktab.

 

REPUBLIKA

Kenali Titik Krusial Arafah, Muzdalifah, dan Mina

Jamaah calon haji diminta agar mengenali Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna) sebagai titik krusial dalam ibadah haji. Pada fase tersebut segala kemampuan fisik dan mental bisa terkuras.

“Para jamaah harus mengetahui rentetan itu semua sehingga mereka bisa mengukur diri,” kata Jaetul di Makkah, Rabu (15/8).

Dia mengatakan, JCH akan banyak berjalan kaki saat fase Armuzna berkilo-kilometer dengan tantangan cuaca panas dan paparan cahaya matahari. Maka mereka bisa sangat keletihan jika tidak dilakukan perencanaan aktivitas secara terpadu.

Saat fase Mina, dia mencontohkan jamaah setidaknya harus berjalan kaki menempuh jarak 2,5 kilometer bahkan lebih tergantung tempat tinggalnya untuk melakukan amalan melempar batu atau jumrah.

Sebelum itu, kata dia, jamaah harus mulai melakukan perjalanan pada 8 Dzulhijah atau Minggu (19/8), untuk rukun haji wukuf di Arafah. Wukuf berlangsung sehari kemudian hingga sore hari. Meski menggunakan bus tetapi akan ada proses panjang perjalanan yang melelahkan, terutama bagi calhaj yang berusia lanjut dan mereka yang mengalami gangguan kesehatan.

Selama di Arafah, kata dia, jamaah akan tinggal untuk menjalani prosesi wukuf mulai terbitnya matahari pada 9 Dzulhijah (Senin, 20/8) hingga sang surya tenggelam. Kemudian jamaah akan mulai bergerak menuju Muzdalifah untuk mabit hingga pukul 01.00 WAS di hari berikutnya.

Dari Muzdalifah, lanjut dia, JCH akan bergerak menuju tenda di Mina untuk tinggal sementara. Selanjutnya, mereka akan keluar tenda berjalan kaki menuju area jamarat untuk melakukan wajib haji jumrah aqabah kemudian kembali lagi ke tenda Mina.

Menilik tahapan yang panjang dan tergolong melelahkan untuk fase Armuzna di atas, maka tidak mengherankan jika banyak JCH terkendala kebugaran saat tahapan tersebut.

Kepala Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, Nirwan Satria selalu mengingatkan jamaah untuk tidak terforsir dalam kegiatan yang sifatnya tidak prioritas karena fase Armuzna sangat menguras energi.

“Haji itu wukuf, sebaiknya fokus untuk memulihkan kebugaran dalam fase Armuzna,” katanya.

REPUBLIKA

Impian Amerika di Tanah Suci

Ada yang lain dari Bahasa Inggris Aksen Amerika Serikat. Saat diucapkan, ada semacam urgensi dalam nadanya. Orang mudah menangkap kesan, yang berbicara ingin dunia bergerak semau mereka. Setidaknya, demikian yang keluar dari mulut Yusuf Ali (50 tahun) saat ditemui di Bandara King Abdulaziz, Jeddah.

Pria itu berkulit legam dengan postur yang masih gagah meski tak sedemikian jangkung. Ada sekutip rambut putih di kepalanya. Coklat warna matanya ditutupi kaca mata tebal. Pakaian ihram sudah ia kenakan itu hari.

C’mon, I need to go to Mecca right now,” kata dia pada petugas Arab Saudi yang kemudian hadir memberikan bantuan.

Paspor berwarna biru tua bersegel gambar keemasan elang yang menggenggam 13 busur panah ia kibas-kibaskan. Agaknya Yusuf Ali paham, itu lelayang adalah salah satu yang paling kuat di dunia.

Ia menunggu tak sabar angkutan menuju Makkah itu hari. Rencananya, ia hendak menggunakan taksi saja sebab tak ingin menunggu lama. Apa mau dikata tak ada layanan transportasi itu dari Bandara Jeddah ke Makkah. Di sini bukan New York atau Los Angeles, atau Minnesota tempatnya tinggal.

Istrinya, Su’ad Yusuf punya pembawaan yang lebih santai dan ceria. Senyum kerap terkembang di wajahnya yang sewarna kayu jati dengan mata berbinar-binar. Hari itu, ia mengenakan abaya hitam dengan hijab di kepala. Ia perempuan yang tinggi semampai, masih belum hilang kecantikan masa mudanya.

“Berapa lama lagi dari sini sampai Makkah?” tanya dia. Saat mengetahui jawabannya hanya sekitar sejam berkendara dari Jeddah, ia menunjukkan keterkejutan yang tulus dengan rahang terjatuh dan mulut terbuka seperti aktris-aktris di film-film Hollywood. “Wow,sudah sebegitu dekatkah!?” kata dia penuh semangat.

Ia kemudian berkisah panjang soal jalan panjang memutarnya menuju Tanah Suci. Dari tempat Su’ad lahir di Mogadishu, Somalia, ke Arab Saudi sedianya hanya perlu menempuh perjalanan melalui darat ke utara kemudian menyeberangi Laut Merah ke timur.

Meski begitu, perang sipil meletus di Somalia sejak akhir 1980-an dan memuncak pada awal 1990-an. Sedikitnya 300 ribu orang tewas dari perang yang sampai sekarang belum benar-benar selesai itu. Su’ad menuturkan, beberapa keluarga jauhnya ikut jadi korban. Mata Su’ad tiba-tiba sendu saat mengenang perang tersebut.

Bersama ratusan ribu warga Somalia saat itu, Su’ad dan Yusuf Ali terpaksa melarikan diri dari gelombang kekerasan pada 1992. Mengarungi Afrika menuju ujung barat benua itu kemudian terbang melintasi Samudera Atlantik sebagai pengungsi ke Amerika Serikat.

Di Negeri Paman Sam, seperti banyak pengungsi dari Somalia lainnya, Yusuf Ali dan Su’ad memilih Minnesota di bagian Midwestern yang lebih dekat ke wilayah utara Amerika Serikat untuk memulai hidup baru. Minnesota saat ini adalah wilayah dengan komunitas keturunan Somalia terbanyak di Amerika Serikat. Sekitar 80 ribu keturunan Somalia tercatat tinggal di wilayah itu pada 2016.

Su’ad kembali tercengang saat tahu bahwa panas di Padang Arafah nanti bisa mencapai 53 derajat celcius alias 127 fahrenheit merujuk hitungan suhu standar AS. “Berbeda sekali dengan Minnesota yang dinginnya minta ampun,” kata dia.

Di Minnesota, mereka perlahan mencari modal bekerja serabutan untuk memulai usaha dan akhirnya punya cukup biaya untuk hidup nyaman. Empat putra-putri mereka lahir di tanah asing tersebut.

Yang paling tua, kata Su’ad, seorang putra berusia 23 tahun dan yang paling muda 15 tahun. Biaya sekitar 8.000 dolar AS atau setara Rp 115 juta untuk bepergian ke Tanah Suci untuk masing-masing orang dari Minnesota tak lagi memberatkan buat pasangan suami istri tersebut.

Seperti saat meninggalkan Somalia lebih dua dekade lalu, Yusuf Ali dan Su’ad kembali menempuh perjalanan berdua saja. Mereka mulanya berangkat dengan rombongan yang difasilitasi agensi perjalanan, namun memilih memisahkan diri di Dubai untuk menemui saudara jauh sejenak.

Su’ad mengatakan, sangat senang bisa bertemu banyak Muslim lainnya di Tanah Suci. Ini lain dengan keadaan di Tanah Air barunya yang tak begitu menenangkan buat umat Islam dengan kebangkitan sentimen tempatan belakangan beserta sorotan negatif terhadap imigran.

Yusuf Ali mengiyakan, kondisi di sebagian wilayah Amerika Serikat saat ini bukan yang paling ideal untuk umat Islam dan para imigran. Kendati demikian, ia tak bisa memungkiri, terbukanya kesempatan menggapai “American Dream” di negara itu adalah juga yang mengantarkannya ke Tanah Suci tahun ini.

“Ini memang sudah lama jadi impian terbesar saya. Kalau tak untuk berhaji, saya tak akan susah payah ke sini,” kata dia. “Saya ingin ke sini lima kali lagi,” kata Su’ad menimpali setengah berkelakar. Bus mereka menuju Makkah akhirnya tiba. Petugas dari Saudi melambaikan tangan memanggil mereka berdua. Sembari tersenyum lebar, Su’ad menemani Yusuf Ali berjalan menuju impian mereka.

Oleh: Fitriyan Zamzami dari Jeddah, Arab Saudi

 

REPUBLIKA